Ribuan pengikut Gereja Unifikasi berunjuk rasa di Korea Selatan, Kamis (18/8), memprotes liputan media Jepang yang negatif tentang agama mereka setelah tersangka dalam pembunuhan mantan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe menyalahkan gereja itu atas masalah yang dialami keluarganya.
Para pengunjuk rasa, sebagian besar orang Jepang yang menetap di Korea Selatan setelah menikahi pasangan Korea, bersikeras bahwa laporan-laporan media Jepang didorong oleh para pakar, pengacara dan pendeta Protestan yang anti-Gereja Unifikasi yang “tanpa dasar” menyalahkan gereja itu atas kematian Abe.
Mereka mengatakan bahwa laporan dan opini media semacam itu telah meresahkan para pengikut gereja itu di Jepang, yang telah menghadapi penganiayaan sosial dan ketakutan akibat tekanan anggota keluarga untuk melepaskan keyakinan mereka.
Ada kasus di mana sejumlah pengikut Gereja Unifikasi di Jepang diculik atau dikurung oleh kerabat mereka dalam usaha mengubah keyakinan agama mereka. Kasus ekstrem melibatkan seorang pria bernama Toru Goto, yang dikurung di sebuah apartemen di Tokyo selama lebih dari 12 tahun hingga 2008 sewaktu keluarganya berusaha memaksanya melepaskan keyakinannya itu.
Para pengunjuk rasa Seoul meneriakkan slogan-slogan yang mencela situasi di Jepang sebagai represi agama dan melambaikan poster-poster berbahasa Korea dan Jepang yang bertuliskan “Hentikan serangan terhadap HAM” dan “Jangan pernah memaafkan penculikan dan pengurungan”.
Gereja Unifikasi mengatakan ada sekitar 10.000 pengikut kelahiran Jepang yang saat ini tinggal di Korea Selatan setelah menikah dengan pasangan Korea. Aksi protes Kamis diikuti sekitar 4.000 orang.
Para pengikut gereja itu di Jepang dan hubungannya yang mendalam dengan politisi konservatif negara itu menjadi subjek liputan media yang intens sejak pembunuhan Abe pada 8 Juli.
Tersangka pembunuh Abe, Tetsuya Yamagami, dilaporkan menarget mantan perdana menteri itu atas dugaan hubungannya dengan Gereja Unifikasi. Yamagami membenci gereja itu karena ia yakin sumbangan besar ibunya ke gereja tersebut menghancurkan keluarganya. [ab/uh]
Artikel ini bersumber dari www.voaindonesia.com.