Ribuan pekerja kereta api di Inggris kembali menggelar aksi mogok, Kamis (18/8), melumpuhkan layanan kereta di berbagai penjuru negara itu.
Aksi mogok baru ini merupakan buntut dari perselisihan yang sedang berlangsung mengenai gaji dan kondisi kerja yang diperburuk oleh krisis biaya hidup yang semakin dalam. Hanya sekitar 20 persen kereta yang beroperasi di Inggris sebagai akibat dari pemogokan anggota serikat pekerja kereta kali ini.
Serikat pekerja kereta telah melakukan beberapa pemogokan dalam beberapa bulan terakhir. Pemogokan yang direncanakan pada hari Jumat diperkirakan akan mempengaruhi jaringan kereta bawah tanah London Underground serta layanan bus di ibu kota, sementara pemogokan lain pada hari Sabtu akan mengganggu perjalanan kereta nasional.
Mick Lynch, pemimpin serikat pekerja Kereta, Maritim dan Transportasi, menuduh “agenda antiserikat” pemerintah Konservatif Inggris memperpanjang perselisihan perburuhan ini.
Ia mengatakan pekerja kereta api, seperti pegawai sektor publik lainnya di Inggris, sedang berjuang untuk mengatasi melonjaknya harga makanan dan bahan bakar. Tingkat inflasi negara itu melonjak ke level tertinggi baru selama 40 tahun, yakni 10,1 persen pada Juli, menurut data resmi.
“Masyarakat di negeri ini sudah muak dengan gaji rendah. Jutaan orang tidak memiliki gaji yang layak selama beberapa dekade,” kata Lynch di stasiun kereta api Euston London, Kamis (18/8). “Para pekerja sektor publik di layanan kesehatan, pendidikan, transportasi, dan berbagai jenis layanan lainnya, mengalami pemotongan gaji dan menghadapi inflasi yang merajalela.”
Pemerintah berpendapat mereka harus menggunakan dana publik untuk melindungi para pekerja kereta selama pandemi virus corona dan para pejabat menginginkan sistem layanan kereta yang berkelanjutan secara finansial untuk masa depan. Mereka mengatakan tawaran gaji yang adil sebetulnya diberikan kepada para pekerja.
Seorang juru bicara Departemen Transportasi mengatakan para pemimpin serikat pekerja “memilih untuk menimbulkan kesengsaraan dan mengganggu kehidupan sehari-hari jutaan orang” untuk keenam kalinya sejak Juni, dan bukannya berusaha untuk mencapai kesepakatan. [ab/uh]
Artikel ini bersumber dari www.voaindonesia.com.