Fasilitas fitofarmaka Kemenperin baru berproduksi pada 2027

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mendirikan fasilitas pengembangan obat melalui pengolahan bahan baku alam atau fitofarmaka bernama House of Wellness. Langkah ini dilakukan sebagai bentuk dukungan terhadap hilirisasi industri farmasi di dalam negeri.

Fasilitas, yang pendanaannya bersumber dari surat berharga syariah negara (SBSN), ini dibangun dengan tujuan sebagai sarana penumbuhan industri ekstrak, obat herbal terstandar, dan khususnya fitofarmaka. Selain itu, mengolah bahan baku alam menjadi simplisia, obat herbal terstandar, dan fitofarmaka yang memenuhi standar cara pembuatan obat tradisional yang baik (CPOTB).

House of Wellness juga diklaim sebagai batu loncatan Indonesia dalam memproduksi alat kesehatan. Untuk melaksanakan seluruh fungsinya tersebut, fasilitas ini berdiri di atas lahan 3.000 meter persegi di kawasan Balai Besar Standarisasi dan Pelayanan Jasa Industri (BSPJI) Kimia, Farmasi, dan Kemasan di Jakarta.

Menteri Perindustrian (Menperin), Agus Gumiwang Kartasasmita, berharap, fasilitas industri farmasi ini bisa bermanfaat secara maksimal sehingga mampu berkontribusi terhadap penguatan ketahanan kesehatan melalui peningkatan kemandirian obat nasional.

“Kami menjadikan BSPJI Kimia, Farmasi, dan Kemasan sebagai pusat kolaborasi seluruh stakeholder industri obat berbahan baku alam,” ujarnya dalam acara “Topping Off Ceremony House of Wellness Fasilitas Produksi Fitofarmaka” di Jakarta, seperti melansir keterangan Kemenperin, Jumat (19/8).

Kepala Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri (BSKJI) Kemenperin, Doddy Rahadi, menambahkan, pembangunan House of Wellness hingga saat ini sudah sampai tahap struktur dan segera memasuki fase selanjutnya. Pengerjaannya ditargetkan rampung dan mulai beroperasi pada 2024 sehingga baru bisa berproduksi tahun 2027.

“House of Wellness ini dilengkapi beberapa fasilitas, seperti laboratorium quality control (QC), laboratorium pengembangan produk, dan laboratorium pengujian bahan alam yang terakreditasi ISO 17025,” ucapmua.

Ke depan, tambah Doddy, fasilitas akan dikembangkan sebagai pusat pengembangan dan otentifikasi minyak atsiri, yang akan dipadukan dengan teknologi 4.0 dan masuk ke dalam ekosistem SINDI 4.0, yang mempertemukan semua perusahaan dan institusi di Indonesia yang ingin bertransformasi dan terhubung dengan semua orang.


Artikel ini bersumber dari www.alinea.id.

Tinggalkan Balasan