Setiap hari, kami berharap dia masih ada bersama kami
Jakarta (ANTARA) – Seperempat abad telah berlalu sejak kematiannya yang tragis dalam usia 39 tahun, namun Putri Diana masih jadi topik hangat dan memikat di dunia dan nasibnya masih menyisakan jejak di kerajaan Inggris.
Diana meninggal dunia pada 31 Agustus 1997, kala itu mobil yang dinaikinya bersama sang kekasih Dodi al-Fayed mengalami kecelakaan di terowongan Paris saat mengebut untuk menghindari kejaran paparazzi yang naik motor.
Kematiannya menimbulkan krisis monarki, setelah perpisahannya dengan pewaris takhta Pangeran Charles, dan penderitaannya selama menjadi anggota kerajaan.
Jutaan orang berkabung atas “people’s princess”, apa yang dideskripsikan Perdana Menteri Tony Blair mengenai Diana, yang jadi salah satu perempuan di dunia yang paling sering dipotret.
Baca juga: Mengulik rahasia di balik gaun Putri Diana di film “Spencer”
Baca juga: Interpretasi Putri Diana versi Kristen Stewart pukau Venesia
Dua puluh lima tahun kemudian, kepopuleran Diana belum meredup. Ada film “Spencer” yang baru dirilis, berkisah tentang akhir pernikahan Charles dan Diana, serial dokumenter “The Princess” dari sutradara nomine Oscar Ed Perkins, sementara drama Netflix “The Crown” baru-baru ini mengambil fokus kehidupan Diana di kerajaan.
Hingga saat ini sudah banyak buku, artikel, program tv bahkan musikal tentang Diana yang pernah muncul di Broadway.
“Diana masih punya pengaruh, masih ada dokumenter tentang dirinya, kisah tentang dirinya, orang-orang masih tertarik dengan perempuan ini,” kata penulis Andrew Morton dikutip dari Reuters.
Bagi keluarga kerajaan, termasuk dua putranya, Pangeran William dan Pangeran Harry, kehadiran Diana masih terasa. Kedua putranya pernah bicara tentang trauma akibat kematian sang ibu yang mempengaruhi kesehatan mental mereka bertahun-tahun kemudian. Mereka baru berusia 15 dan 12 tahun ketika berjalan mengantarkan peti mati sang ibu di London.
“Setiap hari, kami berharap dia masih ada bersama kami,” kata William saat dia dan Harry meresmikan patung Diana di Kensington Palace, London, tahun lalu.
“Saya merasakan kehadirannya di hampir setiap apa yang saya lakukan,” kata Harry dalam wawancara televisi, April.
Pangeran Charles akhirnya keluar dari bayang-bayang kematian mantan istrinya, kini dia sudah 17 tahun menikah dengan Camilla, perempuan yang menurut Diana bertanggungjawab atas kandasnya pernikahan mereka. Namun, jajak pendapat menunjukkan masalah tersebut masih dirasakan sebagian orang.
“Saya kira ada generasi orang-orang yang merasa dia (Camilla) yang patut disalahkan untuk hancurnya pernikahan mereka yang bagai dongeng,” kata Morton.
Bukan cuma kehidupan Diana yang jadi bahan pembicaraan, begitu juga kematiannya.
Pemeriksaan panjang menyimpulkan Diana dan al-Fayed meninggal akibat kelalaian pengemudi saat melarikan diri dari paparazzi.
Ayah Al-Fayed, Mohamed, mengklaim pembunuhan itu dilakukan oleh dinas rahasia Inggris atas perintah mendiang suami Ratu Elizabeth, Pangeran Philip.
Penyelidikan polisi yang memeriksa kemungkinan Diana dibunuh, membantah sejumlah teori konspirasi dan mengatakan bahwa Paul telah mabuk dan mengemudi terlalu cepat.
Namun spekulasi bahwa dia adalah korban dari rencana pembunuhan masih bertahan, dan salah satu mantan pengawal Diana menjadi berita utama minggu ini karena mengatakan petugas keamanan Inggris mungkin secara tidak sengaja menyebabkan kecelakaan itu.
Jadi, mengapa kisah hidup dan kematian Diana sangat diminati publik?
“Saya pikir satu-satunya momen lain dalam hidup saya yang benar-benar membuat waktu serasa berhenti adalah 9/11,” kata sutradara Perkins kepada Reuters.
“Kematian Diana benar-benar momen di mana seluruh dunia sepertinya hanya fokus pada peristiwa tunggal ini.”
Dia berusia 11 tahun pada saat itu, dan mengingat curahan emosi kolektif dan adegan berkabung yang belum pernah terjadi sebelumnya.
“Kita sebagai manusia telah menceritakan kepada diri kita sendiri variasi mitos dongeng selama ribuan dan ribuan tahun. Dan tiba-tiba semacam dongeng kehidupan nyata ini muncul,” katanya.
“Dan pernikahan ini, romansa dongeng ini, muncul ke panggung publik dan memberi banyak orang secercah harapan, sesuatu yang benar-benar mereka percaya dan mereka harap bisa berjalan lancar. Dan saya pikir banyak orang menjadi tertarik secara emosional dalam menginginkan cerita itu berhasil.”
Dalam biografinya tahun 2010, Blair menulis bahwa deskripsinya yang terkenal tentang “people’s princess” sekarang tampak “klise” dan “berlebihan”, tetapi mengatakan bahwa itulah cara Diana melihat dirinya sendiri dan bagaimana ia harus diingat.
“Apakah Diana ratu di hati masyarakat? Lihat saja buktinya,” kata Morton. “Segunung bunga, fakta bahwa orang-orang berduka, mungkin lebih sedih dibandingkan keluarga mereka sendiri.”
Baca juga: Dokumenter “The Princess” ajak penonton tenggelam dalam kisah Diana
Baca juga: Film dokumenter Putri Diana rilis cuplikan pertama
Baca juga: “Spencer”, mengenal sosok Putri Diana melalui kisah yang lain
Penerjemah: Nanien Yuniar
Editor: Alviansyah Pasaribu
COPYRIGHT © ANTARA 2022
Artikel ini bersumber dari www.antaranews.com.