UMKM di Indonesia adalah sebuah bentuk pertahanan ekonomi nasional. Kenapa saya katakan demikian? Karena telah teruji, UMKM mampu menyelamatkan ekonomi nasional pada krisis tahun 1998
Jakarta (ANTARA) – Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia menyebut keberadaan UMKM jadi benteng pertahanan ekonomi Indonesia di tengah krisis yang dihadapi.
Dalam “4th Side Event G20, Stakeholders Consultation: SMEs Opportunity on Global Value Chain and Logistic Solution” yang dipantau secara daring di Jakarta, Jumat malam, Bahlil mengemukakan UMKM jadi penyelamat ekonomi Indonesia saat krisis ekonomi pada 1998 dan kini turut mendukung pemulihan pascapandemi Covid-19.
“UMKM di Indonesia adalah sebuah bentuk pertahanan ekonomi nasional. Kenapa saya katakan demikian? Karena telah teruji, UMKM mampu menyelamatkan ekonomi nasional pada krisis tahun 1998,” katanya.
Kala itu, Bahlil menyebut inflasi Indonesia mencapai 88 persen sehingga menyebabkan semua perusahaan pailit dan bahkan tidak mampu lagi menjalankan usahanya. Saat itu, hanya UMKM yang mampu bertahan dari krisis dan mampu mendukung ekonomi nasional.
Kemudian, pada awal pandemi di tahun 2020, kondisi sulit kembali melanda Indonesia. Banyak perusahaan besar tidak bisa lagi mengoptimalkan usahanya.
“UMKM jugalah yang menyelamatkan ekonomi nasional Indonesia. Saya punya keyakinan, tidak hanya di Indonesia, kalau bicara keadilan ekonomi, maka hampir semua negara akan melakukan hal yang sama,” katanya.
Karena perannya yang penting itu, menurut Bahlil, sudah saatnya harus ada sinergi antara pengusaha besar dan UMKM untuk saling mendukung.
“Tidak bisa lagi pengusaha besar berjalan sendiri tanpa melibatkan UMKM. Dalam pandangan saya, investasi yang sehat, investasi berkualitas itu apabila ada sinergitas, kolaborasi untuk sama-sama mengangkat,” ujarnya.
Bahlil menuturkan pihaknya telah membuat kebijakan untuk mendorong agar ada kolaborasi antara pengusaha besar dan pengusaha kecil.
Ia menyebut selama ini belum ada aturan mengenai hal tersebut, dan ia mengadopsinya dari negara-negara G20 lainnya yang telah menerapkannya seperti Jepang dan Korea Selatan.
“Sudah saatnya kita menjaga mereka (UMKM) dan bisa mendorong mereka untuk naik kelas,” imbuhnya.
Di sisi lain, Bahlil mengakui masih ada tantangan yang harus dihadapi untuk bisa mewujudkan UMKM yang tangguh dan bisa menjadi bagian dari rantai nilai global (global value chain).
Ia meminta agar tidak ada pihak atau negara yang merasa lebih unggul sehingga melakukan monopoli akses. Menurutnya, harus ada nilai kebersamaan untuk bisa bangkit dan pulih.
Mantan Ketum Hipmi itu juga menekankan pentingnya digitalisasi yang tidak bisa lagi dihindari saat ini.
“Saya punya keyakinan Pak Teten (Menkop UKM) adalah Menkop yang sangat inovatif, kreatif, dalam merumuskan langkah-langkah UMKM untuk go international,” tutup Bahlil.
Baca juga: Bahlil: Komitmen investasi Korsel Rp100 triliun mulai terealisasi
Baca juga: Bahlil ajak calon wisudawan UGM jadi pengusaha dukung investasi RI
Baca juga: Pimpin raker Satgas Investasi, Bahlil tepis Indonesia terancam resesi
Pewarta: Ade irma Junida
Editor: Biqwanto Situmorang
COPYRIGHT © ANTARA 2022
Artikel ini bersumber dari www.antaranews.com.