PM Jepang Minta Maaf Atas Hubungan Partainya dengan Gereja Unifikasi

PM Jepang Fumio Kishida pada Rabu (31/8) mengatakan partainya yang berkuasa akan memutuskan hubungan dengan Gereja Unifikasi menyusul skandal meluas yang dipicu oleh pembunuhan mantan pemimpin Shinzo Abe bulan lalu.

Hubungan nyaman yang luas antara para anggota Partai Demokrat Liberal (LDP) pimpinan Kishida, kebanyakan dari faksi pimpinan Abe, dan gereja asal Korea Selatan itu telah muncul sejak Abe ditembak mati sewaktu ia berpidato dalam kampanye bulan Juli.

Tersangka yang ditangkap di lokasi kejadian mengatakan kepada polisi ia membunuh Abe karena hubungan Abe dengan gereja. Dalam sepucuk surat yang dilihat Associated Press dan postingan di media sosial yang diduga milik tersangka, tersangka mengatakan ia yakin donasi besar ibunya ke gereja itu telah menghancurkan hidupnya.

Beberapa orang Jepang telah menyatakan pengertian, bahkan simpati, ketika rincian hidup lelaki itu muncul, sehingga menimbulkan implikasi mendalam bagi partai politik yang telah memerintah Jepang praktis tanpa putus sejak Perang Dunia II.

Gereja Unifikasi, yang didirikan di Korea Selatan pada tahun 1954 dan hadir di Jepang satu dekade kemudian, telah membangun hubungan erat dengan sejumlah anggota parlemen konservatif terkait dengan kepentingan bersama mereka menentang komunisme. Sejak 1980-an, gereja itu menghadapi tuduhan perekrutan yang bermasalah dan penjualan agama di Jepang, yang menambah kritik ke partai Kishida karena mempertahankan hubungan itu meskipun mengetahui sengketa hukum dan berbagai masalah lainnya.

Kishida merombak kabinetnya awal Agustus untuk menyingkirkan tujuh menteri yang terkait dengan kelompok itu. Di antara mereka terdapat adik Abe, Nobuo Kishi, yang mengakui bahwa para pengikut gereja itu menjadi sukarelawan dalam kampanye pemilihannya. Puluhan anggota LDP sejak itu mengakui hubungan mereka dengan gereja dan organisasi-organisasi terkait lainnya.

Ia mengatakan dalam konferensi pers bahwa ia telah menginstruksikan Sekjen LDP Toshimitsu Motegi untuk mensurvei partai sepenuhnya dan menyusun langkah-langkah kepatuhan. Kishida mengatakan ia bergegas melakukan upaya itu, tetapi hal ini mungkin memerlukan waktu karena peninjauan akan mencakup masa puluhan tahun.

Kishida meminta maaf atas hilangnya kepercayaan publik dalam politik karena skandal itu dan kurangnya penjelasannya mengenai pemakaman kenegaraan untuk Abe, salah satu pemimpin yang paling memecah belah dalam sejarah pascaperang Jepang. [uh/ab]

Artikel ini bersumber dari www.voaindonesia.com.

Tinggalkan Balasan