tribun-nasional.com – Dunia maya tengah gempar lantaran seorang hacker bernama Bjorka. Ia menjadi sosok yang saat ini menghebohkan dunia internet dan membuat pemerintah Indonesia mulai ketar ketir.
Bjorka adalah hacker yang diduga meretas situs Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo). Bahkan, Bjorka juga mengklaim telah mengakses dokumen rahasia milik Badan Intelijen Negara (BIN) yang dikirimkan ke Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Namun tahukah Anda bahwa ada hacker asal Indonesia yang bikin heboh karena berhasil menjebol sistem satelit.
Adalah dua penggiat keamanan komputer asal Indonesia, Jim Geovedi Security Consultant Bellua Asia Pasific, dan Raditya Iryandi yang melakukan pembuktian bahwa informasi melalui satelit masih rawan penyusupan.
Jim kemudian sempat mempresentasikan temuannya dalam Bellua Cyber Security Asia 2006 lalu di Jakarta.
“Tujuan saya memberikan presentasi ini lebih ke arah membangkitkan awareness ke publik. Bahwa masalah ini belum tersentuh dari sisi sekuriti dan legalitas,” ujar Jim dikutip dari Detikcom, Senin (12/9/2022).
Jim menjelaskan, apa yang dilakukan dirinya dan Radit adalah membuat sambungan ke satelit dan menggunakan layanan-layanan yang sebenarnya bukan untuk mereka.
“Ibarat connect ke wireles hotspot yang free,” kata Jim.
Meski hanya melakukan itu, Jim mengatakan ada data-data klien satelit yang bisa terlihat oleh mereka.
Ini berarti pada dasarnya mereka sudah berhasil menembus keamanan satelit. Selain itu, ujar Jim, dalam percobaan itu terbukti mereka bisa melakukan packet sniffing pada beberapa satelit, terutama yang sudah tua.
Packet sniffing adalah teknik yang memanfaatkan perangkat pengawasan jaringan untuk menguping paket data yang lewat di sebuah jaringan.
Data atau informasi apapun yang dialirkan melalui satelit biasanya tidak disandikan (enkripsi). Ini karena data yang dikirimkan via satelit selalu diusahakan sekecil mungkin, sedangkan enkripsi bisa memperbesar ukuran data.
“Satelit itu masalahnya kompleks. Ada masalah latensi, keterbatasan transport, belum lagi ada packet loss yang relatif besar. Maka, biasanya, datanya jarang dienkripsi,” ujarJim.
Menurut Jim, eksperimen yang dilakukan ia dan Radit bisa dilakukan juga oleh banyak orang lain. Syaratnya adalah pengetahuan dasar tentang networking, pengetahuan soal satelit, dan adanya perangkat yang memadai.
“Basic networking saja yang dibutuhkan, misalnya bisa assign IP address di interface-nya, atau bisa compile ulang kernel Linux untuk mendukung driver perangkat,” terang Jim.