Laporan Wartawan Tribunnews.com, Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, BEIJING – Cadangan devisa China pada bulan Juni dilaporkan telah mengalami penurunan drastis sebesar 56,5 miliar dolar AS. Hal itu dipicu kebijakan ekstrem The Fed yang mengerek suku bunga AS hingga membuat nilai dolar melesat dan menghancurkan mata uang lainnya, tak terkecuali Yuan China.
Dengan penurunan tersebut kini sisa cadangan devisa China hanya sebesar 3,071 triliun dolar AS. Jumlah ini terpaut jauh dari cadangan devisa dari bulan sebelumnya, dimana pada bulan Mei devisa China berada di angka 3,128 triliun dolar AS.
Penurunan ini bahkan jadi yang pertama kali dialami China setelah tahun 2017 silam. Menurut data yang dilansir dari Reuters cadangan devisa di China mulai mengalami penurunan sejak awal Juni lalu tepatnya setelah The Fed mengerek naik suku bunga sebesar 75 basis poin, dengan alasan untuk mengekang laju inflasi di Amerika.
Baca juga: Wang Yi Tegaskan China Mendukung Penyelesaian Damai Konflik Rusia-Ukraina
Namun akibat langkah agresif ini membuat Yuan China goyah dan turun sebanyak 0,4 persen terhadap dolar AS di sepanjang Juni kemarin. Situasi inilah yang membuat ekonomi China makin terancam.
“Saat ini, pertumbuhan ekonomi global melambat, inflasi tetap tinggi, volatilitas pasar keuangan internasional meningkat, dan lingkungan eksternal menjadi lebih kompleks dan parah,” kata Administrasi Valuta Asing Negara (SAFE).
Kepala ahli strategi FX Asia di Mizuho Bank, Ken Cheung memperkirakan penurunan cadangan devisa China akan terus berlanjut seiring dengan menguatnya posisi dolar AS dalam perdagangan internasional, dimana sejak Juni dolar telah naik 2,9 persen. Peningkatan ini diprediksi dapat menurunkan cadangan devisa China hingga ambles dibawah 3 triliun dolar AS.
Baca juga: Dampak Kebijakan Zero Covid, Industri Baja China Krisis Hingga 5 Tahun Mendatang
“Itu benar-benar tergantung pada apakah dolar dapat menguat lebih lanjut,semua tergantung pada pergerakan dolar.” tambah Cheung.
Meski saat ini cadangan devisa China tengah mengalami penurunan, akan tetapi karena fundamental ekonomi China yang tangguh membuat pemerintah negeri tirai bambu ini yakin apabila ekonomi di negaranya dapat tumbuh stabil sehingga dapat menjaga cadangan devisa negara agar terus berada di posisi aman.
Artikel ini bersumber dari www.tribunnews.com.