Travel  

Harga BBM Naik, Okupansi Hotel Non-bintang Diprediksi Turun sampai 5 Persen

Harga BBM Naik, Okupansi Hotel Non-bintang Diprediksi Turun sampai 5 Persen

tribun-nasional.com – Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) berdampak sangat signifikan terhadap sektor pariwisata dan ekonomi kreatif, termasuk perhotelan.

Bahkan, hotel non-bintang dan akomodasi lain sejenis diprediksi mengalami penurunan okupansi sebesar lima persen.

Hal itu diungkapkan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno dalam Weekly Press Briefing Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), Jakarta Pusat, Senin (12/9/2022).

“Kondisi ini tidak dapat dihindari bahwa industri parekraf identik dengan mobilitas manusia dan mobilitas manusia identik dengan penggunaan energi,” kata Sandiaga, Senin.

Tak hanya hotel non-bintang

Hotel bintang yang jadi referensi dan preferensi segmen ekonomi menengah ke atas juga memiliki risiko terimbas, meski lebih rendah dibandingkan hotel-hotel yang ada di strata ekonomi menengah ke bawah.

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa dari 700.000 akomodasi yang terdiri dari hotel bintang, non-bintang, dan akomodasi lainnya memiliki rata-rata tingkat hunian sebesar hampir 40 persen.

“Dengan kenaikan harga BBM kali ini, wisatawan yang tetap memiliki daya beli berwisata akan lebih menekan pengeluarannya saat berwisata. Itu kira-kira jumlahnya sekitar 10 persen,” kata Sandiaga.

3 Kebijakan Kemenparekraf menyikapi kenaikan harga BBM

Menyikapi kenaikan harga BBM ini, Sandiaga mengatakan bahwa pihaknya telah mengeluarkan tiga kebijakan setelah proses evaluasi berlangsung.

“Pariwisata menjadi kebutuhan utama, katanya perlu untuk healing, katanya sesekali perlu refreshing, tapi enggak boleh bikin kantung kering, apalagi bikin kepala pening,” ujarnya.

Adapun tiga kebijakan itu berupa:

1. Bantuan bimbingan teknis dan pendampingan kepada pelaku usaha parekraf usaha mikro kecil, dan menengah (UMKM) agar bisa mengelola pembiayaan dan biaya operasional lebih baik.

2. Mendorong wisata minat khusus yang berpotensi mengurangi konsumsi BBM, baik secara langsung maupun tidak langsung, seperti sports tourism berupa wisata lari dan gowes.

Berikutnya adalah dengan mengembangkan wisata minat khusus yang berkaitan dengan ekowisata.

“Jadi kegiatan-kegiatan (sport tourism dan ecotourism) lebih menyatu dengan alam sehingga kegiatan yang menggunakan kendaraan itu bisa dikurangi,” tuturnya.

3. Secara jangka panjang, industri parekraf juga harus mulai shifting secara konsisten ke sumber energi baru dan terbarukan.

“Bagaimana mereka mengurangi penggunaan dari energi fosil yang sekarang harganya meningkat, tapi mulai menggunakan energi listrik, energi surya, maupun sumber daya bio yang banyak ditemui di destinasi wisata,” ujar Sandiaga.

Ia berharap langkah ini bisa membantu sektor wisata, terutama pariwisata domestik dan parekraf dalam menyikapi naiknya harga BBM.

Tinggalkan Balasan