tribun-nasional.com – Akademisi Institut Teknologi Bandung (ITB) ini menyatakan harga kendaraan listrik di segmen besar atau niaga masih cenderung tinggi. Sehingga transisi para pengguna serta produksi pun belum sebanyak passenger car tenaga listrik.
Sebagai ilustrasi adalah harga baterai kendaraan listrik jenis Lithium per KWh di luar packing dan setting serta casing saat ini berkisar 160 dolar Amerika Serikat (AS).
“Jadi jika untuk mobilitasnya sebuah truk besar memerlukan baterai berkapasitas 400 KWh, untuk baterai saja sudah membutuhkan biaya sekitar Rp 960 juta. Jelas tidak ekonomis,” tandasnya.
Tak hanya sampai di situ, bobot baterai per KWh berkisar 5-7 kg, tergantung teknologi dan produsennya. Maka untuk 400 KWh dari baterai saja sudah mencapai 2 sampai 2,8 ton yang harus dibawa truk.
“Kondisi ini di luar bobot barang yang harus diangkut. Jelas akan mengurangi daya angkut barangnya hanya karena harus menggendong baterai yang sangat berat,” kata Yannes Martinus Pasaribu.
Kini menilik populasi, kendaraan niaga dalam negeri hanya sekitar 1 persen dari jumlah total populasi 149,7 juta lebih kendaraan bermotor yang ada di Indonesia.
Sehingga konsentrasi pengembangan baterai kendaraan listrik atau Battery Electric Vehicle (BEV) jangka menengah secara strategis lebih tepat ditujukan bagi kendaraan penumpang roda empat dan roda dua. Keduanya memiliki populasi paling besar.
Bila menyimak harga mobil listrik kelas passenger car di Indonesia masih cenderung tinggi jika dibandingkan dengan daya beli masyarakat yang berkisar di angka Rp 200-300 jutaan, bisa dibayangkan pula harga kendaraan elektrifikasi kategori commercial vehicle.