tribun-nasional.com – PT Pertamina EP Zona 7 Subang Field, memberdayakan petani dan usaha kecil melalui dua program unggulan, yaitu Pemanfaatan Serat Daun Nanas (Pesona) di Kabupaten Subang dan Jerih Kerja Karawang Semangat Petani Sehat Ketahanan Pangan Meningkat (Jejak Setapak) di Kabupaten Karawang, Jawa Barat.
Ndirga Andri Sisworo, Senior Manager PEP Subang Field, dalam keterangan di Jakarta, Minggu, mengatakan program Pesona Subang dan Jejak Setapak adalah salah satu kontribusi perusahaan dalam menjaga kondisi pertanian masyarakat agar tetap lestari. Hal ini sejalan dengan komitmen perusahaan untuk menjalankan bisnis migas berkelanjutan yang berlandaskan prinsip Environmental, Social and Governance (ESG), dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan di sekitar wilayah daerah operasi perusahaan.
“Kami berupaya memperbaiki struktur kesehatan tanah sawah melalui pertanian organik, mendukung Sustainable Development Goals (SDGs) 15 terkait ekosistem darat dan SDGs 2 dalam mewujudkan kondisi tanpa kelaparan dalam penetapan kawasan pertanian berkelanjutan di tengah berkurangnya lahan sawah setiap tahun,” jelasnya.
Melalui Pesona Subang, Ndirga mengatakan pihaknya berharap ada perubahan dan peningkatan dari pemahaman, kesadaran akan pemanfaatan limbah daun nanas, keterampilan mengolah dan pemanfaatannya.
Ndirga menjelaskan pengembangan program Pesona dilatarbelakangi oleh Subang sebagai daerah penghasil nanas terbesar di Jawa Barat. Ternyata dibalik keuntungan besar dari penjualan buah nanas, terdapat masalah limbah yang masif dalam pertanian nanas. Limbah daun nanas menjadi masalah lingkungan yang belum mendapatkan solusi yang efektif hingga saat ini.
“Kami bersama mitra binaan di sana memanfaatkan limbah daun nanas sebagai bahan serat alam berkualitas. Serat daun nanas sangat baik sebagai bahan tekstil ramah lingkungan, bisa jadi komposit pengganti fiberglas, serta sebagai bahan baku kertas,” ujarnya.
Pada tahun pertama, lanjut Ndirga, PEP Subang Field bersama mitra binaan melakukan optimalisasi produksi. PEP Subang Field pun memberikan bantuan mesin dekortikator untuk produksi pengolahan daun nanas menjadi serat dan beberapa alat tenun.
“Kami pun memberikan pelatihan pengolahan dan pembentukan kelompok selain pembentukan koperasi bank daun nanas,” katanya.
Tahun ini, sesuai dengan peta jalan program Pesona Subang, memasuki fase peningkatan kapasitas masyarakat. PEP Subang Field membuat program pelatihan kerajinan serat daun nanas dan pelatihan pewarna alami. Selain itu, ada juga pelatihan kreasi lukis dan pelatihan pengolahan kompos rendeman daun nanas.
Sementara itu, untuk program Jejak Setapak di Kabupaten Karawang, yang sebelumnya dilakukan secara terpisah oleh mitra binaan di sektor pertanian dan akuaponik, kini sudah terintegrasi melalui Koperasi Paguyuban Saripati Tani.
Ndirga menyebutkan latar belakang program Jejak Setapak adalah realita Karawang sebagai lumbung padi nasional terancam akibat luas lahan yang menurun setiap tahun. Selain itu ada ancaman kerusakan lahan akibat penggunaan pupuk kimia dan pestisida. Mengutip data Food and Agricultural Organization (FAO), 69 persen tanah pertanian di Indonesia dikategorikan sudah rusak parah.
“Kami juga melihat urgensi regenerasi petani, apalagi menurut data Kementerian Pertanian, petani muda Indonesia hanya 8 persen dari total petani yang mencapai 33,4 juta orang,” katanya.
Ketua Koperasi dan Paguyuban (Kelompok Tani) Saripati Tani, H. Sartim mengatakan inovasi pertanian organik menjadi andalan pada program Jejak Setapak. Saat ini Saripati Tani mengelola 6,7 hektare lahan pertanian organik dengan mengaplikasikan sistem organik pemanfaatan botol plastik 10 kg.
Sartim menyebutkan pertanian organik dapat meregenerasi kesuburan tanah secara alami dan dapat menopang kegiatan pertanian dalam jangka panjang. Hal ini berbeda dengan pertanian nonorganik yang mengandalkan pupuk kimia. Secara ekonomi, keunggulan pertanian organik juga memiliki nilai harga yang lebih tinggi dari beras nonorganik.
“Peningkatan gaya hidup sehat yang marak diterapkan turut meningkatkan nilai tawar beras organik sebagai pilihan produk yang lebih sehat,” katanya.
Hendra Wijaya, Sekretaris Koperasi Sari Pati Tani, menambahkan Jejak Setapak saat ini fokus pada pemberdayaan di tiga sektor, yaitu pertanian organik, akuaponik, dan UKM yang melibatkan ibu-ibu. Total ada 56 orang yang tergabung dalam program ini.
“Ada 37 orang yang tergabung dalam Paguyuban Saripati Tani, 9 pemuda di akuaponik, dan 10 ibu-ibu yang mengelola usaha kuliner memanfaatkan produk beras dari pertanian organik yang dikembangkan Jejak Setapak,” katanya.
Hendra menyebutkan omzet petani dalam program Jejak Setapak mencapai Rp240 juta per panen. Sedangkan omzet pemuda yang mengelola akuaponik sebesar Rp5,9 juta per bulan.