tribun-nasional.com – Jakarta, CNBC Indonesia – Sentimen resesi menghantui pasar batu bara sepanjang minggu membuat harganya anjlok ke level US$380 per ton.
Pada perdagangan akhir pekan (7/10/2022) harga batu bara tercatat US$380,15 per ton, longsor 6,36% dibandingkan kemarin. Sepanjang pekan, harga batu bara anjlok 6,76% secara point-to-point, menjadi yang terburuk sejak pekan pertama Agustus.
Resesi dunia membuat harga batu bara lesu karena kekhawatiran susutnya permintaan. Berbagai peringatan resesi dikeluarkan salah sataunya oleh lembaga di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa yang memfokuskan diri pada perdagangan dan pembangunan (UNCTAD).
“Semua wilayah akan terimbas. Ini adalah alarm bahaya bagi negara berkembang yang memiliki persoalan gagal bayar utang,” tutur UNCTAD dalam laporannya Trade and Development Report 2022.
Survei terbaru dari perusahaan akuntan multinasional KPMG juga menunjukkan kencangnya kekhawatiran resesi.nKPMG melakukan survei terhadap 1.300 petinggi perusahaan antara Juli-Agustus.
Survei yang diterbitkan pada Rabu (5/10/2022) kemarin menunjukkan delapan dari 10 petinggi perusahaan percaya jika resesi akan terjadi selambatnya dalam 12 bulan ke depan. Tujuh dari 10 petinggi perusahaan yang disurvei mengatakan resesi akan mengganggu pertumbuhan.
Selain iu resesi, keputusan Rusia untuk mengirim kembali gas ke Eropa serta pasokan gas yang membaik membuat harga batu baraanjlok. Batu bara merupakan sumber energi alternatif bagi gas sehingga pergerakan gas akan berimbas ke batu bara.
Pasokan Sulit di Musim Dingin
Pengiriman batu bara Australia ke barat laut Eropa meningkat menjadi 9,2 juta ton pada Januari-Juni 2022 dari 5,4 juta ton pada periode yang sama tahun lalu.
Di sisi lain, musim panas Australia akan mengalami kondisi cuaca normal cenderung lebih basah. Kondisi tersebut akan mengganggu pasokan. Badan Meteorologi Australia memperkirakan curah hujan masih akan mengguyur negara tersebut. Curah hujan di Sydney bahkan mencapai rekor tertinggi sejak 1950. Beberapa negara bagian seperti New South Wales juga terancam banjir padahal wilayah tersebut adalah salah satu kantung batu bara di Australia.
Begitu juga dengan Indonesia. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) juga sudah memberi peringatan cuaca ekstrem di Indonesia yang mengundang hujan deras. Hampir sebagian wilayah di Indonesia sudah memasuki musim hujan pada Oktober, termasuk di pusat tambang seperti Kalimantan.
Selain cuaca, S&P Global memperkirakan harga batu bara akan membaik pada kuartal IV-2022 karena adanya peningkatan permintaan dari India dan China.
“Harga batu bara masih akan kuat memasuki kuartal IV. Gangguan cuaca akan mengganggu pasokan sementara India dan China akan mulai menambah pasokan,” tutur S&P dalamTrade Reviewedisi 5 Oktober.
TIM RISET CNBC INDONESIA