tribun-nasional.com – Jakarta, CNBC Indonesia – Bursa Malaysia Derivatives Exchange pada perdagangan hari ini (10/10/2022) ditutup untuk memperingati Hari Maulid Nabi, dan dijadwalkan akan kembali beroperasi besok.
Melansir Refinitiv, pada Jumat (7/10) pekan lalu, harga CPO berhasil ditutup melesat 3,7% ke MYR 3.841/ton (US$ 826,38/ton) dan menjadi kenaikan selama tujuh hari beruntun. Dengan begitu, harga CPO telah menanjak 12,4% di sepanjang pekan lalu. Kenaikan tersebut menjadi kenaikan terpanjang sejak Maret 2021.
Menurut Pendiri Palm Oil Analytics Singapura Sathia Varqa bahwa melesatnya harga CPO sejalan dengan kenaikan harga minyak saingan, seperti minyak kedelai dan minyak mentah dunia.
Harga minyak kedelai di Chicago Board of Trade (CBOT) berakhir naik 0,4% dan telah reli selama empat hari beruntun, sedangkan bursa komoditas minyak kedelai di Dalian China masih ditutup untuk perayaan hari besar.
Selain itu, harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) sepanjang pekan lalu melesat 16,5% ke US$ 92,64/barel, dan Brent naik US$ 11,32% ke 97,92/barel setelah perkumpulan negara-negara produsen minyak mentah OPEC+ memutuskan untuk memangkas produksinya sebesar 2 juta barel per hari (bph), ketika pasokan minyak mentah dunia sudah ketat.
Bahkan, beberapa lembaga keuangan ternama seperti USB Global Wealth Management memprediksikan harga minyak mentah akan kembali ke atas US$ 100/barel dalam beberapa kuartal ke depan.
Goldman Sachs juga menaikkan perkiraan rata-rata harga Brent 2022 menjadi US$104 per barel dari US$99 per barel dan perkiraan 2023 menjadi US$110 per barel dari $ US108 per barel.
Bank asal Amerika Serikat tersebut juga menaikkan perkiraan harga Brent kuartal keempat 2022 dan kuartal pertama 2023 masing-masing sebesar US$10 per barel menjadi US$110 dan US$115 per barel.
Jika harga minyak mentah dunia melesat, tentunya akan menjadi katalis positif untuk pasar nabati khususnya CPO, karena para pembeli akan beralih ke CPO untuk dijadikan alternatif bahan baku untuk biodiesel.
Pekan ini, Dewan Minyak Sawit Malaysia dijadwalkan akan merilis data persediaan dan permintaan CPO pada September 2022. Konsensus Reuters memperkirakan persediaan CPO Malaysia akan naik ke level tertinggi hampir tiga tahun.
Analis Reuters memproyeksikan persediaan CPO Malaysia pada September 2022 akan menjadi 2,27 juta ton, naik 8% dan menjadi yang tertinggi sejak 2019 karena produksi CPO diperkirakan akan naik 2% menjadi 1,76 juta ton.
Sementara itu, laporan prospek ekonomi Malaysia telah memprediksikan harga CPO akan diperdagangkan di sekitar level MYR 4.300/ton (US$928,93/ton) pada tahun 2023, turun dari prediksi tahun ini di MYR 5.000/ton.
Penurunan prediksi tersebut karena Departemen Meteorologi Malaysia memproyeksikan adanya hujan lebat mulai Oktober 2022 dan seterusnya, sehingga ada kekhawatiran bahwa musim muson akan terjadi pada akhir tahun dan mengganggu produksi CPO Malaysia.
TIM RISET CNBC INDONESIA