tribun-nasional.com – Sebuah laporan menyebut Google Chrome menjadi peramban ( browser ) paling lemah saat ini. Laporan tersebut dipublikasikan oleh perusahaan virtual private network, Atlas VPN.
Hal itu dikarenakan Google Chrome tercatat memiliki kerentanan/kelemahan (vulnerability) paling banyak di antar empat browser populer lainnya.
Menurut laporan Atlas VPN, Google Chrome memiliki 303 kerentanan sepanjang tahun 2022. Angka ini menjadi jumlah kerentanan paling banyak yang dimiliki di antar-kelima browser populer tadi.
Sebagai perbandingan, dalam periode waktu yang sama, Mozilla Firefox tercatat memiliki 117 kerentanan, Microsoft Edge memiliki 103 kerentanan, Safari punya 26 kerentanan, dan Opera dengan nol kerentanan.
Data tersebut berasal dari database kerentanan VulDB untuk periode waktu sekitar sembilan bulan, tepatnya 1 Januari hingga 5 Oktober 2022.
Dibandingkan empat browser lainnya, Google Chrome disebut menjadi satu-satunya browser yang memiliki kerentanan baru dalam lima hari pertama di bulan Oktober. Kerentanan Google Chrome yang terbaru termasuk CVE-2022-3318, CVE-2022-3314, CVE-2022-3311, CVE-2022-3309, dan CVE-2022-3307.
Laporan Atlas VPN mengatakan bahwa kelima vulnerability tersebut dapat menyebabkan kerusakan memori di komputer. Pengguna dapat menambal kerentanan tersebut dengan melakukan pembaruan (update) browser Google Chrome versi 106.0.5249.61.
Bila dilihat secara keseluruhan, Google Chrome juga memiliki total kerentanan paling banyak dibanding Mozilla Firefox, Microsoft Edge, Safari, dan Opera.
Menurut laporan Atlas VPN, browser Chrome bikinan Google ini memiliki jumlah kerentanan kumulatif sebanyak 3.159, sejak dirilis pada 2008 silam. Sedangkan, Mozilla Firefox berada di posisi kedua dengan kerentanan mencapai 2.361 sejak dirilis.
Selanjutnya, Safari memiliki total 1.139 vulnerability sejak dirilis Apple pada 2003 silam, lalu Microsoft Edge tercatat memiliki 806 kerentanan kumulatif. Opera menjadi browser yang paling sedikit memiliki kerentanan sejak dirilis, yaitu 344 kerentanan.
Meski paling sedikit tercatat memiliki kerentanan, sebenarnya Opera berbagi sumber kode yang sama dengan Google Chrome.
Baik Google Chrome, Microsoft Edge, dan Opera, ketiga browser ini menggunakan kode sumber dari proyek sumber tebuka (open source) berbasis Chromium. Dengan kata lain, Baik Google Chrome, Microsoft Edge, dan Opera berbagi mesin browser Chromium yang sama. Dengan begitu, kerentanan di Chromium dapat memengaruhi ketiga browser tersebut.
Meski begitu, Atlas VPN mengatakan bahwa tidak semua kerentanan akan memengaruhi seluruh browser yang berbasis Chromium. Sebab, setiap perusahaan dapat menggunakan sumber kode browser mereka dengan cara yang berbeda.
Pengguna juga dapat selalu rutin memperbarui browser ke versi terbaru agar tetap aman dari kerentanan. Pengguna juga perlu berhati-hati ketika menginstal aplikasi pendukung (plug-in) browser dari pihak ketiga, sebagaimana dihimpun KompasTekno dari situs AtlatVPN, Selasa (11/10/2022).