Biden Ingin Seimbangkan Kepentingan dan Ideologi dalam Lawatan Timur Tengah

Presiden Amerika Joe Biden akan memulai lawatannya ke Timur Tengah dengan meninjau sistem pertahanan udara Israel.

Pemerintahannya mendesakkan hubungan keamanan yang lebih dalam antara Israel dan negara-negara tetangganya, termasuk mengintegrasikan sistem pertahanan udara mereka untuk menghadapi ancaman Iran.

John Kirby, Koordinator Komunikasi Strategis di Dewan Keamanan Nasional, mengatakan, “Secara bilateral kami berbicara dengan negara-negara di kawasan itu secara khusus tentang kemampuan pertahanan udara dan apa yang dapat kami lakukan untuk membantu pertahanan mereka dan kemudian menjajaki gagasan untuk bisa mengintegrasikan semua pertahanan udara itu bersama-sama.”

Tugas itu tidak mudah karena Israel kini berada di bawah pemerintahan sementara.

Dari Tel Aviv, Biden akan terbang langsung ke Jeddah, yang pertama bagi seorang presiden Amerika. Ini adalah sinyal lainnya dari Arab Saudi yang selama ini menolak mengakui Israel yang menduduki Palestina.

Yasmine Farouk, seorang cendekiawan di Program Timur Tengah Carnegie Endowment for International Peace, mengatakan, “Arab Saudi telah membuat konsesi, bahkan diam-diam membuat kesepakatan dengan Israel. Tetapi jangan terburu-buru mengatakan bahwa ini adalah langkah pertama menuju normalisasi.”

Di Jeddah, Biden akan bertemu para pemimpin negara-negara Teluk ditambah Mesir, Irak dan Yordania, untuk menyampaikan jaminan Amerika atas keamanan negara-negara itu. Sebaliknya, ia meminta mereka ikut menanggung beban sementara Amerika berfokus pada perang Ukraina dan ancaman China. Ia akan mendesakkan perpanjangan gencatan senjata di Yaman, dan mendorong negara-negara produsen agar memompa lebih banyak minyak untuk mengatasi lonjakan harga akibat perang di Ukraina.

Biden harus menyeimbangkan kepentingan strategis Amerika itu dan bekerja sama dengan rezim otoriter, dengan nilai-nilai yang dijunjung Amerika seperti hak asasi. Namun, aktivis telah mengkritik rencana Biden untuk bertemu Raja Salman dan Putra Mahkota Mohammed bin Salman dan memperbaiki hubungan dengan Arab Saudi, yang pernah disebutnya sebagai negara paria.

Ketika bertemu Presiden Palestina Mahmud Abbas di Tepi Barat, Biden akan menegaskan kembali dukungan bagi solusi dua negara. Pengamat juga akan mencermati bagaimana ia menangani kasus Shereen Abu Akleh. Menurut kalangan pakar di Amerika, wartawati Amerika Palestina itu kemungkinan besar tewas oleh peluru Israel.[ka/jm]

Artikel ini bersumber dari www.voaindonesia.com.

Tinggalkan Balasan