Travel  

Gajah-gajah Chiang Mai yang ‘Kangen’ Turis

tribun-nasional.com – Gajah-gajah Thailand kembali merana. Pasalnya, kamp gajah di Chiang Mai makin kesulitan untuk mengurus hewan-hewan tersebut.

Dilansir dari CNN, Provinsi Chiang Mai di Thailand Utara ini kehilangan pendapatan lebih dari 60 miliar baht pada periode Januari-Juni 2021. Chiang Mai jelas mengharapkan Kerajaan mau membuka provinsi ini kepada turis seperti Phuket.

Doa ini didengar oleh Pemerintah Thailand. Thailand berencana untuk membuka lima tempat wisata andalan Thailand di bulan Oktober. Mereka adalah Bangkok-Phetchaburi, Prachuap Khiri Khan, Chonburi dan Chiang Mai.

“Chiang Mai memiliki banyak rute masuk dan keluar, tidak seperti area Sandbox Phuket dan Samui, yang lebih mudah dikendalikan,” ucap Watcharayu Kuawong, direktur kantir TAT Chiang Mai.

Di antara tempat wisata paling populer di Chiang Mai adalah kamp gajah. Sebagian besar Kamp-kamp gajah ini terpaksa tutup. Ada sih yang buka, tapi paling hanya melayani wisatawan domestik yang tidak seberapa banyak dari turis.

Ini termasuk Taman Konservasi Gajah Maesa, yang didirikan pada 1970-an.

“Secara finansial, Covid telah menjadi bencana bagi kami,” kata Anchalee Kalmapijit, pemilik kamp.

Pengeluaran bulanan sekitar 3 juta baht atau sekitar Rp 1,2 miliar. Pemilik kamp harus merumahkan 200 staff dan menjadikan 120 pegawai yang tersisa sebagai pekerja paruh waktu.

“Tidak mungkin kami dapat menutupi ini hanya dari pengunjung lokal,” jelasnya.

Kamp ini tak lagi menawarkan pertunjukan atau wahana gajah karena pertimbangan etis. Tiket masuk pun gratis. Pengunjung hanya diminta untuk membeli sekeranjang buah untuk memberi makan gajah.

“Mereka juga dapat berpartisipasi dalam kegiatan seperti menyiapkan makanan dan membantu memandikan gajah,” jelasnya.

Selanjutnya cara kamp gajah mencari penghasilan

Selama pandemi kamp ini mencoba menghasilkan pendapatan dengan menjual kopi merek sendiri. Adanya 71 gajah yang hidup di sana membantu pemilik kamp dengan mengembangkan kotoran mereka sebagai pupuk organik yang dipasarkan.

Tak hanya itu, taman konservasi ini juga tetap berdedikasi untuk merawat gajah yang sakit dan tua. Mereka tidak di rantai dan dikendarai, sehingga bisa berjalan bebas di alam.

“Beberapa pecinta gajah yang tidak dapat berkunjung telah berbaik hati untuk mengadopsi gajah melalui situs web kami. Mereka menerima pembaruan bulanan tentang kesejahteraan gajah pilihan mereka,” ucapnya.

Tinggalkan Balasan