tribun-nasional.com – Di Papua, terdapat sebuah danau yang terkenal bernama Danau Sentani. Danau yang berada di bawah lereng Pegunungan Cagar Alam Cyclops ini, merupakan danau yang terbesar di provinsi Papua. Luasnya sekitar 9.360 hektar dan berada pada ketinggian 75 meter dari permukaan laut. Untuk menuju ke tempat ini, kita hanya perlu menaiki sebuah perahu sejauh 50 kilometer dari Jayapura.
Di danau ini kita dapat menikmati keindahan akan sunset. Kita juga bisa menemukan sebuah desa dengan rumah-rumah yang terbuat dari kayu. Rumah tersebut adalah tempat para nelayan tinggal. Selain itu, masih banyak hal menarik yang dapat kita temui di danau yang eksotis ini. Apa saja yaa? Berikut adalah ulasannya.
1. Menyaksikan Festival Danau Sentani
Saat ini Danau Sentani dikelola menjadi objek wisata. Jika berkunjung ke destinasi ini pada bulan Juni, kita akan melihat sebuah acara “Festival Danau Sentani”. Festival yang di adakan setiap tahunnya ini dilaksanakan untuk menarik para wisatawan. Biasanya pengunjung akan di sambut dengan tarian-tarian di atas perahu, tarian khas Papua, dan berbagai macam sajian kuliner khas Papua.
Di danau air tawar ini, wisatawan juga dapat berwisata air seperti berenang, menyelam, naik sampan sambil memancing bahkan ski air. Pada saat menyelam, jangan kaget jika kita bertemu dengan hiu gergaji. Karna memang di danau ini adalah habitatnya hewan tersebut. Selain itu masih banyak lagi biota laut lainnya didalamnya.
2. Memandangi Hamparan Bukit-Bukit Nan Hijau
Dipinggiran Danau Sentani terdapat sebuah perkampungan yang bernama Doyo Lama. Dari lokasi inilah kita dapat melihat pemandangan unik yang ada disebrang Danau Sentani, yakni bukit-bukit nan hijau yang hanya tumbuhi oleh ilalang. Di sudut ini pulalah, kita dapat menyaksikan indahnya saat sunset tiba.
Sungguh beruntung para masyarakat yang menduduki daerah ini. Karena dapat menikmati keindahan alam yang mempesona setiap harinya. Biasanya yang tinggal disini adalah para nelayan. Rumah yang terbuat dari kayu ini nampak berderet di pinggir danau yang airnya sangat jernih ini. Didekat kampung Doyo Lama juga terdapat tempat yang didalamnya ada kompleks bebatuan besar warisan nenek moyang, yakni Situs Megalitik Tutari.
3. Berburu Lukisan Kayu Khoumbouw di Pulau Asei
Di Danau Sentani terdapat juga pulau-pulau kecil sebanyak 21 buah, salah satunya adalah Pulau Asei. Di pulau ini, wisatawan dapat menjumpai kerajinan kulit kayu yang dibuat oleh masyarakat yang tinggal di pulau itu sendiri. Kulit kayu Khoumbouw ini dilukis dengan pewarna alami dengan motif yang berbmacam-macam. Biasanya selalu ada makna tradisi dalam setiap motif yang dibuat.
Kerajinan yang mempunyai berbagai macam motif ini ditawarkan dengan berbagai macam harga, mulai dari 50 ribu rupiah sampai ratusan ribu. Semua tergantung dari kerumitan saat pembuatan serta ukurannya. Tidak susah menuju ke pulau ini, hanya dengan menaiki sebuah perahu kecil selama 5 menit dari Danau Sentani, kita sudah bisa sampai ke pulau ini.
4. Menyaksikan Matahari Terbenam Sambil Belajar Sejarah
Rasanya kurang lengkap jika menapakkan kaki di Sentani tapi tidak mengunjungi Tugu Mac Arthur, sebuah peninggalan sejarah dari Perang Dunia II. Nama bangunan bersejarah ini diambil dari nama seorang Jendera Besar Amerika Serikat, yakni Douglas MacArthur. Seorang jendral yang dulunya membantu Papua untuk mengusir para tentara Jepang.
Tugu yang terdapat tulisan berbahas Inggris ini, terletak dipuncak gunung yang kini lebih dikenal dengan nama Bukit Makatur. Dari puncak ini, nantinya mata kita akan dimanjakan dengan pemandangan nan eksotis dari Kota Jayapura ini. Di mulai dari pemandangan pulau-pulau yang membentang sampai langit yang berwarna keemasan, terlebih saat matahari mulai terbenam.
5. Mengunjungi Desa Babrongko, Yang Penduduknya Suka Memahat Kayu
Sebuah desa di ujung Sentani ini memang belum dikenal oleh masyarakat. Hal ini terjadi karena luas wilayah Babrongko sangat kecil, hanya sekitar 3200 meter persegi dan jumlah penduduknya hanya sebanyak 146 kepala keluarga. Hampir sama dengan Pulau Asei, di desa ini juga terdapat sebuah kreatifitas dari kayu. Hanya saja kayu ini nantinya tidak di lukis melainkan diukir atau dipahat.
Meski tidak terkenal, namun ternyata sebagian besar masyarakat yang tinggal di desa ini adalah seorang pengrajin seni ukir dan seni pahat. Ada satu tradisi yang cukup unik disini, yakni membuat perahu khas Sentani. Ada dua nama perahu yang dibuat, Ifa adalah sebutan perahu untuk sedangkan Hayi adalah sebutan perahu untuk wanita.
Itulah tadi beberapa hal menarik yang dapat kita temui saat berkunjung ke danau yang terbentang antara Kota Jayapura dan Kabupaten Jayapura, Papua. Semua keindahan yang ada disini sungguh sangat disayangkan jika kita lewatkan begitu saja. Kata “Sentani” dari nama danau ini mempunyai arti “di sini kami tinggal dengan damai”. Memang benar, jika tinggal disini pastinya kita akan mendapatkan sebuah kedamaian yang nyata.