Tobatenun dan BRI Prioritas Perkuat Pemberdayaan Ekonomi Lokal di Sum-Ut

Tobatenun Memajang Karya Perajin Tenun Batak

Himpitan ekonomi menjadi dorongan kuat bagi para perempuan desa di Sumatera Utara ikut mencari nafkah untuk menambah pendapatan keluarga demi mewujudkan kehidupan yang layak. Dengan minimnya kesempatan pendidikan yang dimiliki, serta banyaknya perempuan Sumatera Utara yang tak sanggup ikut bertani bersama suaminya, membuat keterampilan menenun menjadi satu-satunya kemampuan yang dijadikan modal untuk mencari penghasilan tambahan keluarga.

Sejak tahun 2020, kehadiran Tobatenun memberikan peluang bagi para perempuan perajin disana untuk mengembangkan diri di tengah kesulitan ekonomi dan minimnya potensi desa. Tak hanya melalui sejumlah pendidikan dan pelatihan teknik keterampilan, Tobatenun juga mendorong semangat wirausaha bagi para pelaku pembuat tenun untuk membangun jaringan kerjasama dan menciptakan lapangan pekerjaan baru.

Tobatenun bersama dengan BRI Prioritas menggelar forum pertemuan yang mengusung tema “Empowering Women in Rural Economies”, di Glass House, Mutia Garden, Medan, Rabu (13/7). Forum pertemuan ini merupakan salah satu acara yang digelar dalam dukungan menjelang W20 Summit di Sumatera Utara. Beberapa kegiatan seperti pameran pop-up, sesi pagelaran busana, dan sesi talkshow sebagai upaya membuka cakrawala publik terhadap isu peran perempuan dalam ekonomi keluarga, sekaligus menunjang karya para perempuan perajin wastra daerah serta kontribusi mereka terhadap Usaha Kecil dan Menengah (UMKM) daerah.

“Membangun ekosistem perajin yang terampil, mandiri, dan berdaya, menjadi salah satu harapan kami untuk para pelaku pembuat tenun kedepannya. Oleh karena itu, kami menyambut baik agenda prioritas kelompok kerja W20 yang sejalan dengan misi kami dalam pemberdayaan ekonomi perempuan. Rangkaian kegiatan Road-to-W20 ini  adalah bentuk penguatan dorongan kolaboratif dari berbagai sektor, khususnya para penggiat wirausaha yang hadir sebagai narasumber kali ini, maupun sebagai tamu undangan untuk terus berupaya memperluas advokasi kepada para pelaku usaha perempuan agar lebih berdaya,” jelas Melvi Tampubolon, COO Tobatenun. 

Melvi juga menjelaskan bahwa secara konkret, sampai saat ini Tobatenun telah menjalankan 9 (sembilan) program pendidikan dan pelatihan peningkatan kapasitas keterampilan. Mulai dari pewarnaan benang, proses produksi, teknik tenun, menjahit, dan wawasan wirausaha, yang diharapkan dapat berguna untuk mengatasi berbagai tantangan ekonomi dan menambah pendapatan mereka di kemudian hari.

Selain itu, untuk memperkuat kapasitas wawasan perempuan, Tobatenun juga memberikan sesi konseling dan advokasi terhadap tindakan kekerasan domestik, yang diharapkan mampu membangun kesadaran kritis terkait peran gender serta hak perempuan terhadap perlindungan sosial, sekaligus meningkatkan kepercayaan diri mereka. Secara keseluruhan hingga saat ini, sebanyak hampir 200 penenun telah menjalankan program penguatan perempuan penenun.

Uli Silalahi, Chairwoman W20, mengungkapkan bahwa upaya kolaboratif dari berbagai lini institusi/pemerintah maupun non-pemerintah berupa dukungan pelatihan kewirausahaan, keterampilan e-commerce dan lainnya, pasti bisa memperkuat peran perempuan dalam pembangunan ekonomi kedepannya. “Isu inklusi ekonomi perempuan ini menjadi salah satu isu prioritas yang diusung oleh kelompok kerja W20 dalam Presidensi G20 Indonesia”.

W20 menetapkan empat isu prioritas dalam Presidensi G20 Indonesia. Pertama, kesetaraan gender. Kedua, inklusi ekonomi yaitu mendukung UMKM yang dimiliki dan dikelola oleh perempuan. Ketiga, peningkatan ketahanan perempuan marjinal. Keempat, akses terhadap fasilitas kesehatan yang adil secara gender. W20 akan berlangsung di Hotel Niagara, Parapat, Kabupaten Simalungun, tanggal 19 – 21 Juli 2022.

“Empat isu prioritas menjadi fokus agenda W20 ditujukan untuk meningkatkan status perempuan secara global. Berbagai langkah strategis pun kami promosikan agar para perempuan mencapai penuh potensi mereka. Sehingga  terwujud pembangunan yang inklusif bagi seluruh masyarakat tanpa kecuali, dimana kebutuhan, akses perlindungan sosial, serta partisipasi perempuan dalam kemajuan perekonomian dapat terakomodasi dengan baik, tanpa ada hambatan apapun,” ujar Uli.

Rumah komunitas tenun, Jabu Bonang, didirikan oleh Tobatenun sebagai bentuk solusi dan upaya berkelanjutan dalam pengembangan kompetensi dan kapasitas para penenun. Para penenun berkesempatan memiliki akses akan 321 koleksi warna benang yang berasal dari material alam sekaligus meningkatkan teknik dan kreativitas menenun. Teknik dan motif ─ dari tenun Batak yang hampir punah ─  menjadi salah satu materi pelatihan yang diberikan di Jabu Bonang. Pelatihan tersebut diharapkan dapat mengembalikan kembali penciptaan ulos-ulos kuno yang kini sudah sangat minim keberadaannya, sehingga dapat dikenal oleh generasi penenun sekarang dan mendatang.

“Program pemberdayaan tersebut kami rancang dengan konsep ekosistem berkelanjutan. Yang niscaya menaikkan nilai kain tenun itu sendiri dengan material alam yang tidak merusak lingkungan, memberikan kenyaman perdagangan bagi semua pihak khususnya para penenun perempuan, dengan tujuan kesejahteraan bagi masyarakat komunitas penenun di Sumatera Utara,” tutur Melvi.


Artikel ini bersumber dari swa.co.id.

Tinggalkan Balasan