Kirana Megatara, Perhatian Besar pada Petani

Alvin Tanaga, Factory Operation Division Head Kirana.
Alvin Tanaga, Factory Operation Division Head Kirana.

Sebagai perusahaan pengolahan karet yang beroperasi di Indonesia, Kirana Megatara Group (KMG) saat ini memiliki 16 anak usaha yang tersebar di sentra-sentra karet di Sumatera dan Kalimantan. Kapasitas produksinya mencapai 768 ribu ton.

Emiten yang melantai di Bursa Efek Indonesia pada 2017 ini telah mengekspor karet remah sejak 1968. Melalui tiga tipe produknya (SIR-10, SIR-20, dan SIR-20CV), Kirana memasok kebutuhan perusahaan ban global, termasuk para top-tire maker, seperti Goodyear, Michelin, Bridgestone, Pirelli, dan Hankook.

Alvin Tanaga, Factory Operation Division Head Kirana, mengatakan bahwa pada 2021 pangsa pasar perusahaannya di Indonesia mencapai 20%. Total penjualannya 505 ribu ton, naik dari tahun sebelumnya (450 ribu ton), dan meraup pendapatan US$ 860 juta.

Dalam menjalankan aktivitas bisnisnya, Kirana meletakkan unsur lingkungan dan sosial pada posisi inti dalam misi perusahaan. “Misi Kirana Megatara menghasilkan produk karet alam secara efisien dan berkelanjutan, melalui partisipasi, dan untuk kemakmuran stakeholders, khususnya petani kecil (smallholders). Dari misi ini sudah terlihat jelas bahwa salah satu stakeholders kunci kami adalah petani,” kata Alvin dalam penjurian Indonesia Green & Sustainable Company Award 2021.

Dari misi tersebut, kemudian perusahaan menjabarkannya ke dalam KMG Sustainable Natural Rubber (SNR) Policy. Kebijakan ini terdiri dari lima tema strategi, yaitu menghargai karyawan, pekerja, dan masyarakat; meningkatkan kesejahteraan petani; melindungi lingkungan dan ekosistem; meningkatkan efisiensi produksi; dan menerapkan tata kelola yang baik (GCG).

Kelima strategi ini kemudian dijabarkan lagi menjadi 11 prinsip perilaku, yakni Labor Rights, Safe Work and Livable Environment; Community Development and Land Rights; Good Agri Practices; Fair Return to Farmers; Ecosystems – No Deforestation, No Peatland Usage; Air, Water, & Soil Quality; Process Excellence; Careful Use of Resources; Ethics; Traceability; dan Policy Conformance.

“Ini merupakan kerangka strategi perusahaan di mana konsep green sudah tercantum dalam prinsip-prinsipnya. Kelima strategi ini menjadi acuan kami dalam menjalankan target jangka panjang,” Alvin menjelaskan.

Salah satu bentuk pelaksanaannya adalah program inklusi sosial. Menurut Alvin, inklusivitas dirasa sangat krusial bagi perusahaan yang bergerak di industri karet agar berkelanjutan. Program inklusi KMG terbagi menjadi dua bagian, yakni Smallholders Partnership yang bermitra dengan para petani, serta Community Development dengan menjalankan CSR dan kegiatan lingkungan bertemakan karet.

Pada program Smallholders Partnership dilakukan lima aktivitas utama, yaitu field counseling, GAP training (pelatihan tata kelola perkebunan karet), agri-inputs and tools aid (alat sadap, bibit, pupuk), sharing sessions, dan rubber applications. Harapannya, kata Alvin, supaya para petani bisa menghasilkan getah karet yang baik serta berkesinambungan, dan nantinya bisa mendapat sertifikasi.

Untuk menjalankan program tersebut, KMG membentuk tim khusus yang bernama Smallholders Development Officers (SDO). Tim ini sekaligus juga menjalin hubungan kerjasama komersial jangka panjang. Menurut Alvin, program kemitraan seperti ini tergolong unik di industri crumb rubber. “Mungkin KMG merupakan satu-satunya perusahaan yang menjalankan mekanisme ini,” ujarnya.

Hingga saat ini telah terjalin kemitraan dengan 16 ribu petani, menyebarkan lebih dari 61 ribu liter coagulants, 439.900 ton pupuk, dan sudah ada 161 ribu hektare lahan mitra yang menjalankan tata kelola kebun karet yang baik dan berkelanjutan.

Pada program Community Development, KMG antara lain menyediakan beasiswa yang sudah diberikan kepada 600 orang dan membantu peremajaan karet rakyat yang secara akumulasi telah mencapai 1.000 ha. Adapun program yang menjadi daya tarik, kata Alvin, adalah Rubber Day Events. Ini adalah kegiatan interaktif dalam memasyarakatkan budidaya karet dan tata kelola kebun yang berkelanjutan. Kegiatannya sederhana, antara lain lomba sadap karet dan kuis. Hingga kini secara keseluruhan kegiatan CSR selama satu dekade (2012-2021) mencapai angka Rp 23 miliar.

Menurut Alvin, perhatian utama KMG terkait konsep green terletak pada penggunaan sumber daya alam atau energi yang lebih efisien. Menyadari aktivitas operasi sangat intensif dalam penggunaan energi dan air, perusahaannya telah melakukan pembenahan internal agar pemanfaatannya berjalan seefisien mungkin.

Realisasinya, angka rata-rata dalam empat tahun belakangan menunjukkan penggunaan listrik sebesar 151 kWh/ton (maksimal 175 kWh/ton), penggunaan biomassa 54% (minimal 30%) dengan biomassa yang digunakan adalah cangkang sawit, keluaran CO2 dijaga sebesar 160 kgCO2/ton, tingkat penggunaan air bersih 28,36 m3/ton, dan recycle water 38,18%. “Semuanya sesuai dengan parameter yang ada,” ujarnya.

Di tahun 2022 ini, KMG menjalankan inisiatif baru bekerjasama dengan AWS (Alliance for Water Stewardship) dan PT PIPA dalam melakukan studi cost benefit, yang nantinya ditujukan untuk sertifikasi tata kelola air di industri karet remah ini. Alvin mengatakan, hal ini sebagai solusi atas permasalahan jalur rantai pasok dari petani karet hingga pabrik yang sangat kompleks.

Apalagi, lanjutnya, KMG merupakan perusahaan pengolahan karet yang memiliki jaringan ribuan kelompok petani yang bisa secara langsung menyuplai karetnya. Sehingga, sertifikasi tersebut sangat mungkin didapatkan KMG.

“Berbeda dengan komoditas lainnya, produk bahan jadi berbahan karet yang bersertifikasi sangat jarang. Targetnya, di tahun 2023, KMG akan menjadi pabrik karet pertama di indonesia yang memproduksi karet remah yang tersertifikasi dengan standar FSC (Forest Stewardship Council),” Alvin menandaskan.

Terhadap para pekerja internal perusahaan, KMG memperhatikan dua aspek dalam pengembangan manusia, yaitu pemanfaatan talenta dan tenaga kerja daerah, serta pengembangan keterampilan dan mutu kepemimpinan Insan Kirana. Untuk yang pertama, kata Alvin, KMG selalu berupaya mengembangkan putra daerah, bahwa setiap pabrik memberdayakan talenta daerah, mulai dari tenaga lapangan hingga jajaran manajemen pabrik.

Pada pengembangan keterampilan, KMG menyeimbangkan antara strategi perusahaan dan dukungan terhadap karier profesional para pekerja. Programnya antara lain engineering program, sourcing development, coaching and mentoring, leadership, serta program pelatihan unggulan, yaitu Bokar (field-rubber) Institute. “(Bokar) ini keunggulan kami karena ini seperti sekolah bagi tim pembelian kami,” ujarnya.

Selain itu, KMG juga menggunakan slogan Kirana CARE (Compliance, Assurance, Responsibility, Excellent) untuk mendukung lingkungan kerja yang aman. Nilai-nilai ini menjadi navigasi perusahaan selama menghadapi masa pandemi dua tahun belakangan ini, dalam mengambil peran aktif untuk selalu memprioritaskan kesehatan karyawan dan keluarganya. (*)

Yosa Maulana

www.swa.co.id


Artikel ini bersumber dari swa.co.id.

Tinggalkan Balasan