CEO Stanchart: Kemitraan Publik-Swasta Perlu Didorong untuk Mobilisasi Pembiayaan Berkelanjutan

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Dennis Destryawan

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Kemitraan publik-swasta dalam skala besar perlu didorong untuk memobilisasi keuangan berkelanjutan (sustainable finance) demi meningkatkan penyaluran dana untuk proyek transisi yang berkelanjutan di negara-negara berkembang.

Group CEO Standard Chartered Bank Bill Winters mengatakan, peran keuangan campuran (blended finance) penting untuk meningkatkan investasi.

Pembiayaan keuangan campuran mengatasi perbedaan antara risiko dugaan dan risiko riil, serta rasio risiko/imbalan yang buruk melalui modal lunak dan jaminan untuk pembangunan.

“Hal ini mencerminkan upaya menyalurkan dana ke tangan orang-orang yang akan mampu menghasilkan dampak terbesar dan itu membutuhkan kemitraan publik-swasta yang luar biasa besarnya untuk mencapai hal ini,” ujar Bill dalam keterangan tertulisnya, Senin (18/7/2022).

Laporan Just In Time yang dikeluarkan Standard Chartered juga menunjukkan bahwa kesenjangan pendanaan di pasar negara berkembang saat ini sangat besar, yakni sekira 95 triliun dolar Amerika Serikat (AS), tetapi terdapat juga peluang sebesar 83 triliun dolar AS untuk berinvestasi ke pasar negara berkembang melalui transisi yang adil.

Baca juga: Pacu Pertumbuhan Pembiayaan, KB Bukopin Gandeng KB Finansial Multi Finance

Negara berkembang yang mendanai sendiri proses transisi akan merasakan dampak pada pendapatan masyarakat. Tanpa adanya dukungan, kemiskinan masyarakat di pasar negara berkembang bisa meningkat sebesar 2 triliun dolar AS setiap tahunnya.

Dalam hal ini negara-negara maju dianjurkan untuk membantu negara berkembang dalam hal pembiayaan yang dibutuhkan.

Baca juga: Pembiayaan Hijau Belum Meluas di Pasar Modal, Penerbitan Green Bonds Masih Seret

“Hal ini tidak hanya meningkatkan jumlah pendanaan sektor publik, tetapi juga mendapatkan efek katalitik yang jauh lebih tinggi melalui pembiayaan sektor swasta,” kata Bill.

Dunia perbankan dapat dan terus memainkan peran. Sebuah bank seperti Standard Chartered, lanjut dia, akan terus memainkan peranan kunci.

Standard Chartered mengumumkan komitmen net-zero tahun lalu, dengan menargetkan mencapai net zero dalam kegiatan operasionalnya sendiri di tahun 2025, dari segi pembiayaan pada tahun 2050, serta dalam memobilisasi 300 miliar dolar AS dalam keuangan hijau dan upaya transisi di periode tahun 2021 dan 2030.

Baca juga: Bank JTrust Garap Pembiayaan KPR dengan Tenor Hingga 30 Tahun

Tahun lalu, Standard Chartered Indonesia berperan sebagai salah satu mitra pembiayaan proyek pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya Terapung (PLTS) Cirata 145 MWac di Jawa Barat, Indonesia. Ketika proyek ini selesai, pembangkit listrik akan menghasilkan energi listrik yang cukup untuk memberi daya pada 50 ribu rumah dan mengeluarkan 214 ribu ton CO2. 

Pembangkit listrik tenaga surya terapung ini direncanakan menjadi yang terbesar di Asia Tenggara, dan akan menjadi langkah maju bagi Indonesia untuk mencapai target bauran energi berkelanjutan sebesar 23 persen pada 2025.


Artikel ini bersumber dari www.tribunnews.com.

Tinggalkan Balasan