Menteri Keuangan Amerika Serikat Janet Yellen mengatakan AS dan Korea Selatan harus memperdalam hubungan perdagangan kedua negara untuk menghindari kerja sama dengan negara-negara yang memanfaatkan posisi pasar mereka demi keuntungan yang tidak adil. Yellen terang-terangan menyebut nama China dalam pernyataannya itu.
“Kita tidak dapat membiarkan negara-negara seperti China menggunakan posisinya dalam pasar bahan baku, teknologi dan produk utama untuk mengganggu perekonomian kita atau menggunakan pengaruh geopolitik yang tidak diinginkan,” kata Yellen dalam sambutan yang sudah dipersiapkan untuk disampaikan pada Senin (18/7), menurut kutipan yang diberikan Departemen Keuangan AS.
Ia dijadwalkan menyampaikan pidato itu di pabrik LG Corp. di Korea Selatan. Pada April lalu, LG mengumumkan rencananya membangun pabrik baterai senilai $1,4 miliar (sekitar Rp20,9 triliun) di Queen Creek, Arizona.
Yellen mewakili AS dalam pertemuan menteri keuangan kelompok 20 ekonomi utama dunia, G20, di Bali, Indonesia, dan menyempatkan diri mengunjungi Tokyo, Jepang dan Seoul, Korea Selatan. Ia tidak mengunjungi China, namun awal bulan lalu telah berbicara melalui telepon dengan wakil perdana menteri China.
Yellen telah mengkritik hubungan ekonomi China dengan Rusia. Ia mendesak negara adidaya Asia itu untuk menggunakan “hubungan khususnya dengan Rusia” untuk membujuk Moskow mengakhiri invasinya ke Ukraina.
China sendiri “telah mengerahkan banyak sumber daya untuk menjadi kekuatan dominan dalam produksi teknologi maju tertentu, termasuk semikonduktor, sambil menerapkan berbagai praktik dagang yang tidak adil untuk mencapai posisi tersebut,” kata Yellen dalam pidato itu.
Sambil mengatakan bahwa “praktik-praktik China yang tidak adil merusak kepentingan keamanan nasional kita,” Yellen menyerukan negara-negara untuk melakukan “friend-shoring” sebagai cara untuk meminimalkan risiko ekonomi bagi negara-negara yang terlibat.
Istilah friend-shoring yang disebut Yellen dalam beberapa pidatonya merujuk pada negara-negara dengan kesamaan nilai yang menyetujui praktik-praktik perdagangan yang mendorong industri manufaktur dan mengurangi risiko terhadap rantai pasokan.
Perekonomian dunia terkoyak oleh dampak perang di Ukraina dan berbagai penutupan akibat COVID-19. Melonjaknya harga energi dan tingginya inflasi telah merambat ke seluruh dunia.
Skenario itu terjadi di Sri Lanka, yang terletak di kawasan Indo-Pasifik. Sri Lanka tengah kesulitan menghadapi krisis ekonomi terburuk yang menimpanya.
Yellen dijadwalkan menyampaikan pernyataan-pernyataan itu sebelum melangsungkan pertemuan pada Selasa (19/7) dengan Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol, menutup lawatan pertamanya sebagai menteri keuangan ke kawasan Indo-Pasifik. [rd/em]
Artikel ini bersumber dari www.voaindonesia.com.