Klinik-klinik kesehatan di Inggris memperingatkan tanggapan pemerintah negara itu terhadap wabah cacar monyet tidak memadai, dan lonjakan kasus COVID-19 membuat penanganan wabah itu semakin sulit. Asosiasi Kesehatan Seksual dan HIV di Inggris (The British Association of Sexual Health & HIV) mengatakan strategi membatasi vaksin cacar monyet hanya untuk sekelompok kecil orang bukan pendekatan yang tepat, dan jutaan poundsterling diperlukan untuk memastikan agar wabah cacar monyet di Inggris tidak menjadi endemik.
Setelah menderita selama beberapa minggu karena cacar monyet, Harun Tulunay akhirnya diijinkan kembali ke rumahnya di London.
Tulunay merupakan salah satu dari hampir 1.800 kasus cacar monyet yang dikonfirmasi di Inggris.
Tulunay, yang berprofesi sebagai pekerja kesehatan seksual di Positively UK, positif HIV. Ketika ia pertama kali terinfeksi virus cacar monyet, para dokter mengira demam tinggi yang dideritanya mungkin berhubungan dengan kondisinya akibat HIV. Ia dirawat di salah satu rumah sakit di London dan kemudian diijinkan pulang, tetapi diminta mengisolasi diri. Ia juga diberi alat uji medis untuk cacar monyet. Ketika didiagnosis positif menderita cacar monyet, ia dikirim ke Royal Free Hospital di London, sebuah fasilitas khusus yang memiliki bangsal penyakit menular.
Selama 10 hari Tulunay tidak diijinkan keluar kamarnya. Apapun yang masuk ke kamarnya tidak diijinkan keluar kembali. Ia dipisahkan dari pasien dan staf lain dengan dua pintu.
Tulunay mengatakan ia mengalami ruam-ruam, yang menurut dokter disebabkan oleh demam. Lalu muncul beberapa luka, yang merupakan gejala klasik cacar monyet.
“Sekujur tubuh saya ruam-ruam, tetapi sekali lagi dokter mengatakan ruam ini akibat demam tinggi. Mengingat demam saya mencapai 39 derajat Celsius, saya menderita ruam-ruam di kaki, tangan, dada, dan tenggorokan. Semuanya seperti separuh putih, separuh merah. Ketika melihat cermin, saya bisa melihat seluruh tenggorokan saya semuanya putih. Sepertinya diselimuti bekas luka baru dan menyumbat tenggorokan, saya bahkan tidak bisa meludah dan ini sangat menyakitkan,” jelasnya.
“Luka juga terjadi di bagian hidung saya. Saya tidak mengalami luka-luka ini hingga saat saya masuk rumah sakit dan mulai mengkonsumsi antibiotik dan parasetamol. Saya kira beberapa hari setelah itu baru saya mengalami luka-luka di bagian tangan dan kaki,” lanjut Tulunay.
Tulunay mengatakan para staf rumah sakit tidak memberitahu mengapa gejala yang dialaminya sangat parah, tetapi ada beberapa pasien cacar monyet lain yang dirawat di rumah sakit itu.
“Tidak ada satu orang pun yang bicara langsung dengan saya soal luka ini, soal seberapa parahnya gejala saya atau apakah ada pasien lain dengan gejala separah saya. Saya tahu ada beberapa kasus cacar monyet lain. Saya tahu ini bukan pertama kali para petugas medis melihat kasus cacar monyet. Tetapi saya tidak tahu jika ada kasus cacar monyet lain yang separah saya,” paparnya.
Vaksinasi Cacar Monyet
Ketika berada di rumah sakit dan juga saat isolasi di rumah, Tulunay berkomunikasi dengan orang-orang melalui media sosial. Ia mengatakan telah berupaya menjelaskan pengalaman dan gejala yang dialaminya kepada orang-orang di seluruh belahan dunia, di mana banyak diantara mereka yang frustrasi dan bingung seperti dirinya.
Tulunay mengatakan yang paling membingungkan adalah soal kebijakan vaksinasi.
“Saya tidak tahu apa yang membuat pemerintah atau pihak berwenang menunggu? Sejak tanggal 14 Mei lalu tidak ada langkah apapun yang diambil. Tidak ada stok vaksin yang disediakan bagi warga. Kini mereka mengatakan vaksin telah tersedia dan diserahkan pada NHS. Tetapi ketika kita pergi ke klinik, para petugas medis ini mengatakan saya hanya dapat divaksinasi jika selama tiga minggu terakhr ini melakukan perjalanan ke luar negeri. Ada pula petugas medis yang secara terang-terangan mengatakan tidak ada vaksin, atau berjanji akan menelpon saya jika vaksin tersedia. Tetapi tetap tidak ada rencana dan semua berjalan sangat lambat,” terang Tulunay.
Miskonsepsi Soal Cacar Monyet
Anggota-anggota British Association of Sexual Health & HIV (BASHH) atau Asosiasi Kesehatan Seksual dan HIV di Inggris, semacam koalisi para pakar kesehatan seksual dan kesehatan publik, mendukung seruan Tulunay. Cacar monyet bukan penyakit yang ditularkan lewat hubungan seks, tetapi seakan-akan tampak demikian. Sejumlah klinik kesehatan seksual biasanya pertama kali mengidentifikasi gejala-gejalanya.
Selama dua minggu terakhir ini kasus cacar monyet telah meluas ke seluruh Eropa. Badan Kesehatan Dunia WHO mengingatkan tidak ada lagi ruang untuk berpuas diri.
Vaksinasi cacar monyet kini ditawarkan di sejumlah komunitas di Inggris, tetapi yang mengkhawatirkan adalah tawaran vaksinasi ini tidak cukup cepat.
BASHH mengatakan pemodelan menunjukkan dalam wabah cacar monyet saat ini, kasus berlipat ganda setiap 15 hari. BASHH menegaskan diperlukan tindakan mendesak untuk mencegah cacar monyet di Inggris menjadi endemik, dan cara untuk melakukannya adalah program vaksinasi bagi laki-laki gay dan biseksual.
Perlu Upaya Segera Untuk Cegah Perebakan Luas Cacar Monyet
Ketua BASHH Dr. Claire Dewsnap, yang juga spesialis yang mendiagnosa dan merawat pasien yang mengidap penyakit seksual menular – termasuk HIV – mengatakan kekhawatiran tentang virus cacar monyet menjadi endemik adalah hal yang serius.
“Ini berarti penularan dari manusia ke manusia dapat terjadi di seluruh populasi, dan kami tidak dapat sepenuhnya memberantas hal ini. Itulah sebabnya mengapa kami mengeluarkan konsensus bersama dengan mitra-mitra kami di sektor kesehatan masyarakat dan kelompok-kelompok masyarakat dan sukarelawan. Kami menilai inilah saatnya untuk benar-benar melipatgandakan upaya kita karena masih ada peluang potensial untuk memberantas sepenuhnya penularan dari manusia ke manusia di Inggris,” jelasnya.
Ditambahkannya, Inggris membutuhkan 3-4 kali lebih banyak vaksin yang saat ini ada.
Vaksinasi dan Distribusi Vaksin
Sejauh ini Layanan Kesehatan Nasional (NHS) Inggris telah membeli 30.000 dosis vaksin cacar monyet, sementara 90.000 lainnya didatangkan dari produksen obat-obatan Denmark, dalam beberapa bulan. Padahal, ujar Dewsnap, vaksin ini dibutuhkan sekarang.
“Maksud saya, kita membutuhkan vaksin itu sekarang juga. Jika kita memerlukan 120.000 vaksin sekarang, kita mungkin tidak mengalami kekisruhan saat ini. Bagaimana masyarakat mempertanyakan mengapa mereka tidak dapat mengakses vaksin yang mereka perlukan. Kita tidak memiliki vaksin itu sekarang, dan banyak klinik yang hanya mendapatkan jatah vaksin dalam jumlah sangat kecil. Saya kira kita harus mendistribusikan vaksin itu ke klinik sekarang, meskipun saya tahu bakal ada keengganan karena organisasi-organisasi besar tidak ingin mengembangkan vaksin yang kemudian tidak dipakai siapa pun. Tetapi kami sudah sangat jelas mengatakan akan ada permintaan besar dan inilah yang terjadi sekarang,” kata Dr. Claire Dewsnap.
Masalah lain adalah bagaimana mendistribusikan vaksin cacar monyet itu.
Dewsnap dan sejumlah dokter telah mengalami lonjakan kasus Covid-19 yang memicu kekuranggan SDM yang kini harus diisolasi, dan juga lonjakan pasien yang dirawat di rumah sakit.
Dewsnap, yang bekerja di sebuah rumah sakit di Sheffield, di British Midlands, mengatakan sedikitnya dibutuhkan 50 juta poundsterling untuk mengatasi wabah ini dan menambah staf untuk meluncurkan vaksin.
“Saya mempertanyakan strategi yang tepat dalam hal vaksin. Ada strategi awal bahwa kita akan memvaksinasi sekelompok orang yang sangat spesifik dan memperluas strategi vaksinasi sehingga dapat menjangkau lebih banyak laki-laki gay dan biseksual, juga mereka yang berhubungan dengan pasien sebelum ia didiagnosa,” lanjutnya.
BASHH mengatakan diperlukan tindakan segera untuk membasmi cacar monyet di Inggris, sebelum menyebar pada orang lain yang kesehatannya rentan, seperti orang yang mengalami imunosupresmi – atau yang kekebalan tubuhnya lemah – dan anak-anak yang sistem kekebalan tubuhnya belum sepenuhnya berkembang.
Dokter mengatakan gejala pada kelompok rentan ini bisa jauh lebih parah.
Setelah infeksi yang dialaminya dan gejala dramatis yang menyertainya, Tulunay kini menunggu pemulihan sepenuhnya. [em/jm]
Artikel ini bersumber dari www.voaindonesia.com.