Windawati Tjahjadi, Membawa Astra Life Tumbuh Lebih dari 50% di Masa Pandemi

Windawati Tjahjadi, Presiden Direktur PT Asuransi Jiwa Astra (Astra Life).
Windawati Tjahjadi, Presiden Direktur PT Asuransi Jiwa Astra (Astra Life).

Windawati Tjahjadi mulai menjadi Presiden Direktur PT Asuransi Jiwa Astra (Astra Life) di tahun 2020, di saat Indonesia diterjang krisis sebagai dampak pandemi Covid-19. Namun, dia sebenarnya sudah berkecimpung cukup lama di Astra Life dan menjabat direktur di perusahaan ini sejak 2014. Dan, per 2021 dia mengomandani 679 karyawan Astra Life.

Di tengah situasi krisis, tantangan yang dihadapi Windawati dalam memimpin perusahaan asuransi di bawah Grup Astra International itu tidaklah ringan. Namun, dia bercerita, dengan keterbatasan yang ada, Astra Life tetap harus bisa memberikan layanan terbaik bagi masyarakat untuk mendapatkan produk perlindungan, dengan tetap mengutamakan kesehatan dan keselamatan seluruh Life Lovers (sebutan karyawan Astra Life).

Adanya keterbatasan itu, menurutnya, membuat perusahaan harus mengakselerasi pemanfaatan teknologi dalam hal mendukung proses bisnis perusahaan. “Bersyukur, sejak awal Astra Life berdiri, kami sudah fokus pada digitalisasi sehingga kami mampu dengan cepat beradaptasi,” katanya.

Tantangan lainnya, tingkat kesadaran masyarakat untuk memiliki proteksi asuransi dalam kondisi seperti ini tentu meningkat, tapi literasi asuransi masih dapat dikatakan rendah. Untuk itu, edukasi kepada masyarakat harus digiatkan, seperti mengadakan berbagai talkshow online bertemakan perencanaan keuangan, bekerjasama dengan para pakar dan influencer keuangan melalui media sosial.

Windawati mengakui, kondisi pandemi tentu berdampak langsung pada jumlah klaim, terutama klaim kematian. “Selama masa pandemi, Astra Life telah membayarkan klaim terkait Covid-19 senilai Rp 170 miliar di tahun 2021. Jumlah ini meningkat hampir 10 kali lipat jika dibandingkan dengan total klaim sepanjang 2020,” ungkapnya.

Total kasus yang ditangani juga meningkat tajam, dari 201 kasus di tahun 2020 menjadi 5.502 kasus di tahun 2021. Sehingga, total klaim yang dibayarkan oleh Astra Life terkait Covid-19 sejak awal pandemi di Maret 2020 adalah senilai Rp 186 miliar dengan 5.703 kasus.

Namun, menurut Windawati, Astra Life tetap mampu menjaga kesehatan finansial perusahaan dengan mencatatkan solvabilitas/RBC (risk-based capital) di angka 286%. Berarti, di atas ketentuan minimum yang ditetapkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), yaitu 120%.

Dari segi operasional bisnis, yang semula dilakukan dengan tatap muka penuh, berubah drastis menjadi online. “Hal ini sangat menantang, mengingat nature of business asuransi jiwa yang cukup kompleks dan terbentur dengan batasan-batasan regulasi,” kata Windawati, yang punya pengalaman 25 tahun di industri asuransi.

Namun, dengan semangat beradaptasi dan berinovasi, Astra Life berhasil melakukan business process re-engineering untuk dapat memasarkan asuransi jiwa secara online. Perusahaan ini menjadi salah satu dari sedikit perusahan asuransi jiwa yang mendapatkan izin dari OJK untuk memasarkan produk unit link secara online tatap muka (melalui video call).

Di sisi lain, kata Windawati, meningkatnya kesadaran masyarakat akan kebutuhan perlindungan jiwa dan kesehatan, dibarengi dengan akses yang mudah, aman, dan nyaman, turut mendorong pertumbuhan bisnis, khususnya di jalur distribusi digital melalui e-commerce Astra Life, yaitu ilovelife.co.id, yang mencatatkan pertumbuhan 700% dibandingkan saat sebelum pandemi.

Dalam menghadapi tantangan tersebut, Windawati menjalankan sejumlah strategi. Pertama, dari aspek leadership, sebagai seorang leader harus memiliki beragam peran. Terkadang seorang leader harus berperan sebagai seorang jenderal perang pada saat menghadapi tantangan, seorang ibu/bapak yang bijaksana dalam me-nurture timnya, dan seorang sahabat yang memberikan semangat pada saat sulit.

“Meningkatnya kesadaran masyarakat akan kebutuhan perlindungan jiwa dan kesehatan, dibarengi dengan akses yang mudah, aman, dan nyaman, turut mendorong pertumbuhan bisnis, khususnya di jalur distribusi digital melalui e-commerce Astra Life, yaitu ilovelife.co.id, yang mencatatkan pertumbuhan 700% dibandingkan saat sebelum pandemi.”

Windawati Tjahjadi, Presiden Direktur PT Asuransi Jiwa Astra (Astra Life).

“Semangat ‘One Astra Life’ memastikan Life Lovers memahami shared purpose dan goals perusahaan serta konsisten melakukan alignment, sehingga semua tim bergerak ke arah yang sama,” dia menegaskan.

Kedua, aspek kesehatan karyawan menjadi hal yang utama semenjak pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) pada masa awal pandemi. Maka, Astra Life pun menerapkan metode kerja work from home untuk karyawan dan tenaga pemasar.

Perusahaan ini juga membuat berbagai program kesehatan untuk karyawan. Di antaranya, membentuk satuan tugas Covid internal, memberikan akses vaksin, menyediakan layanan tes swab antigen rutin, memberikan multivitamin dan paket isoman, mengadakan webinar kesehatan, serta memastikan kemudahan akses layanan kesehatan untuk seluruh karyawan.

Yang ketiga, dari aspek bisnis, Windawati menjelaskan, fokus Astra Life adalah memberikan pelayanan yang lebih baik melalui inovasi berbasis digital yang memperkuat jalur-jalur distribusi yang ada. Antara lain, melakukan pemasaran online melalui laman ilovelife.co.id, e-commerce milik Astra Life yang cukup dikenal masyarakat dengan produk unggulan Flexi Life. Kemudian, bersama PermataBank, sebagai mitra bancassurance-nya, Astra Life meluncurkan berbagai produk asuransi jiwa dan kesehatan melalui aplikasi PermataMobileX.

“Kami juga menggiatkan kolaborasi dengan mitra-mitra digital, baik di dalam maupun di luar ekosistem Astra. Untuk mitra-mitra digital, di dalam ekosistem Astra tergabung dalam Astra Financial, seperti AstraPay, Moxa, Asuransi Astra, serta sinergi dengan Maucash. Sedangkan yang di luar ekosistem Astra, misalnya Traveloka, Qoala, Pluang, Trimegah, dan Bibit,” tambahnya.

Selain itu, Astra Life pun menghadirkan layanan e-Card melalui aplikasi Buddies sebagai layanan digital. Dengan layanan ini, nasabah bisa akses ke portal nasabah, baik nasabah individu maupun kumpulan, akses ke polis, dan melakukan klaim secara online.

“Bekerjasama dengan Halodoc, kami juga memberikan layanan telemedicine dan pembelian obat secara online dan cashless untuk nasabah kumpulan, serta layanan WhatsApp enterprise untuk memberikan kemudahan layanan pelanggan,” kata Windawati.

Beberapa program juga diluncurkan sebagai bentuk tanggap terhadap kondisi pandemi dan dukungan untuk pelanggan. Di antaranya, memperpanjang masa pembayaran premi untuk nasabah agar perlindungan nasabah tetap aktif, memberikan fasilitas perubahan frekuensi pembayaran premi agar jumlah preminya lebih terjangkau, merelaksasi masa tunggu khusus untuk diagnosis Covid-19, mengaktifkan kembali polis secara otomatis, serta memberikan manfaat isolasi mandiri. “Intinya, kami memberikan kepastian perlindungan nasabah tetap aktif di tengah masa pandemi,” dia menegaskan.

Teknologi digital semakin masif digunakan oleh Astra Life untuk mengakselerasi proses bisnis. Dan terbukti, pendapatan preminya dari jalur distribusi digital naik 700% dibandingkan masa sebelum pandemi.

Menurut Windawati, dengan adanya layanan digital ini, nasabah Astra Life dapat menikmati kemudahan layanan akses terhadap informasi produk asuransi. Baik melalui layanan WhatsApp, layanan telemedicine melalui aplikasi Halodoc untuk nasabah kumpulan, maupun layanan e-card melalui aplikasi Buddies, yang memudahkan nasabah melakukan pembayaran di rumah sakit rekanan Astra Life.

Di samping itu, perusahaan ini juga memperkuat jalur distribusi digital partnership dengan beberapa insurtech dan e-commerce. Antara lain, Traveloka, Qoala, Fuse, PasarPolis, Pluang, dan Astra Pay.

Meski di tengah situasi pandemi yang menantang dan adanya berbagai perubahan di tahun 2021, Astra Life membukukan kinerja yang ciamik. Seperti disampaikan Windawati, pendapatan premi setara tahunan (annual premium equivalent/APE) Astra Life pada 2021 mencapai Rp 830 miliar, tumbuh lebih dari 51% dari tahun 2020 (Rp 548 miliar). Namun, angka APE perusahaan ini di tahun 2020 memang lebih rendah dibandingkan pencapaian tahun 2019 (Rp 615 miliar).

Sementara itu, nilai premi bruto (gross written premium/GWP) tahun 2021 tercatat Rp 5,7 triliun, naik lebih dari 50% dibandingkan tahun 2020 (Rp 3,8 triliun), sedangkan di tahun 2019 di angka Rp 3,4 triliun. Adapun total asetnya tahun 2021 senilai Rp 7,1 triliun, naik 8% dibandingkan tahun 2020, dan total jumlah tertanggung tahun 2021 sebanyak 3,5 juta (tumbuh lebih dari 20% dari tahun 2020). Windawati optimistis, pertumbuhan bisnis Astra Life akan terus berlanjut, dan targetnya di tahun 2022 bisa di atas rata-rata industri.

Ke depan, dia bertekad untuk terus menjadikan Astra Life sebagai perusahaan asuransi dengan infrastruktur digitalisasi terdepan. Melihat kondisi pandemi Covid-19 yang belum sepenuhnya mereda, bahkan ke depan kita akan hidup berdampingan dengan Covid-19, Windawati melihat produk kesehatan dan produk asuransi jiwa masih akan dicari masyarakat, sehingga masih akan terus tumbuh dengan signifikan.

Saat ini, Windawati menjelaskan, Astra Life fokus pada segmen milenial atau generasi muda produktif, yang sekarang merupakan jumlah populasi terbesar. Secara demografi, diharapkan dengan digitalisasi yang dijalankannya, Astra Life bisa menjangkau hingga seluruh Nusantara. (*)

Kusnan M. Djawahir

www.swa.co.id


Artikel ini bersumber dari swa.co.id.

Tinggalkan Balasan