Ikut Kontes Kecantikan, Biaya yang Tidak Sedikit

Ikut Kontes Kecantikan, Biaya yang Tidak Sedikit

tribun-nasional.com – “Aku pun bersorak lompat kegirangan, Tapiku terjatuh dari kursi goyang, Kiranya kumimpi uh! Jadi ratu sejagat semalam.”

Membaca kalimat di atas, generasi yang pernah menikmati suara Vonny Sumlang pasti langsung membacanya sambil bernyanyi. Atau, generasi yang pernah menjadi penggemar grup Ratu saat Maia Estianty masih berpasangan dengan Mulan Jameela, juga mengenal lagu ini karena mereka menyanyikannya ulang.

Sekira tiga pekan lalu, perhelatan Miss Universe digelar. Miss USA, R’Bonney Gabriel dinobatkan sebagai Miss Universe dalam perhelatannya yang ke-71 di New Orleans Morial Convention Center Amerika Serikat.

Ada 84 peserta yang ikut serta, termasuk Putri Indonesia Laksmi Shari De Neefe Suardana, perempuan asal Bali yang dinobatkan sebagai Putri Indonesia 2022. Namun, langkah Laksmi untuk menjadi ratu sejagat raya versi Miss Universe terhenti di Top 16.

Akan tetapi, proses seleksi yang dialami Laksmi dalam beauty pageant atau kontes kecantikan tentu bukan hanya persaingan puncak dengan 83 pesaingnya dari berbagai negara. Tetapi, saat perhelatan Putri Indonesia, dan sebelumnya Putri Bali, ia sudah lolos dari persaingan dengan sekian ratus perempuan yang juga memiliki mimpi memenangkan kontes kecantikan itu, dan bila mungkin diikutsertakan dalam Miss Universe .

Pengalaman yang sama dialami Nita Sofiani (30), Miss Earth Indonesia 2013. Sebelum memenangi kontes itu, ia sudah lebih dulu mengikuti Miss Indonesia 2011 mewakili Jawa Barat sampai ke tahap Top 10.

Akan tetapi, sebelum itu, sejak usia 16 tahun, ia memang sudah ikut berbagai kontes untuk menjadi model. “Sejak itu sudah ikut kontes-kontes modelling, dulu ikut juga di majalah Kawanku. Sy memang tertarik di dunia modelling dan entertainment,” ucapnya.

Karena renjananya memang di dunia itu, Nita merasa tujuannya tercapai. Kegigihannya mengikuti kontes kecantikan sampai bisa mewakili Indonesia di Miss Earth 2013 di Versailles Palace, Alabang, Kota Muntinlupa, Filipina.

“Dan sampai hari ini, saya masih bisa berkarier di dunia entertainment sesuai dengan apa yang diinginkan,” ucapnya.

Langkahnya tidaklah mudah. Bukan hanya soal persaingan, tapi juga soal persiapan diri yang harus mengorbankan waktu, uang, dan tenaga. Ia akhirnya mengikuti latihan public speaking, catwalk, dan mempersiapkan talent show. Lalu, ada juga persiapan kostum yang akan dipakai saat kontes.

Biaya yang tidak sedikit harus ia keluarkan untuk segala persiapan itu. “Pasti kita akan cari source dari luar buat membantu memaksimalkan potensi kita supaya bisa maksimal dan dapat hasil yang baik ketika berlomba,” tuturnya.

Keuntungan lain dari mengikuti kontes kecantikan yang cakupan dan publikasinya cukup luas adalah bisa mendapatkan perhatian ketika menyuarakan ide-ide. Bukan hanya setelah menenanginya, tapi juga saat kontes kecantikan itu diikuti.

Keuntungan itulah yang dirasakan Farhana Nariswari (26), yang berada di posisi 2 Puteri Indonesia Jawa Barat 2022. Sebelumnya, ia juga menjadi Mojang Pinilih Kota Bandung 2019 serta Juara 1 Duta Kampus Universitas Padjadjaran.

“Saya tertarik pada beauty pageant baru pada saat kuliah, saat mengikuti ajang Putra Putri Padjadjaran atau Duta kampus Unpad, karena tertarik menyuarakan isu-isu sosial terutama isu gender dan hak perempuan di lingkungan kampus. Saat itu, sudah mulai marak isu kekerasan seksual di lingkungan kampus, namun belum mendapat perhatian dari pemerintah atau pihak kampus seperti sekarang,” katanya.

Itulah yang konsisten dia lakukan di kontes berikutnya. Ia mengikuti kontes kecantikan karena ingin menjadi spokesperson yang menyuarakan isu-isu gender kepada masyarakat luas. Pada ajang Puteri Indonesia Jawa Barat, ia memperkenalkan kegiatan edukasi kesehatan reproduksi untuk santri-santri di beberapa pesantren di Jawa Barat yang diinisiasinya bersama beberapa dosen dan komunitas @anthrophile.network.

“Karena latar belakang saya bukan berasal dari dunia entertainment, melainkan sebagai mahasiswi kedokteran, senang rasanya membaca banyak komentar dan tanggapan positif dari komunitas pageant lovers Indonesia mengenai performa saya dalam ajang Puteri Indonesia,” kata Dokter Muda Fakultas Kedokteran Unpad itu.

Mengenai persiapan biaya, ia mengatakan persiapannya yang dilakukannya tidak membutuhkan biaya banyak. Ia cukup membayar biaya pendaftaran, sementara kostum dan make up selama karantina bisa disiapkan sendiri oleh peserta atau disediakan oleh penyelenggara. Namun memang, latihan modeling dan public speaking dilakukan oleh peserta dengan pelatih atau tim masing-masing.

Kontes kecantikan memang banyak menonjolkan kisah sukses para pemenang ataupun finalisnya. Kesuksesan itu di bidang entertainment, bahkan ke politik dan profesi lainnya.

Misalnya, Dian Sastrowardoyo pemenang Gadis Sampul yang bersinar di dunia entertainment, Alya Rohali Putri Indonesia yang mewakili di Miss Universe 1996 yang juga sukses di dunia entertainment, dan bahkan artis yang terjun ke dunia politik beberapa di antaranya jebolan Putri Indonesia seperti Venna Melinda.

Kisah sukses itu memancing banyak remaja puteri yang tertarik dan bahkan menitinya sejak masih kanak-kanak. Seperti Keyne Zhahira Salsabilla (15) yang mengikuti kontes modelling sejak di tingkat SD. Ia pernah memenangi kontes bernama Puteri Emas dan pernah juga mencoba mengikuti pemilihan Gadis Sampul saat duduk di bangku SMP.

“Motivasi saya mengikuti kontes karena ingin mendapat relasi serta wawasan yang lebih luas lagi, juga pengalaman yang bisa bermanfaat bagi saya. Dan, sekarang pun saya sudah mendapatkan manfaatnya. Saya mendapatkan wawasan untuk menjadi remaja yang kreatif dan memiliki ambisi untuk lebih berprestasi, relasi yang membuat saya lebih dikenal dan bisa mendapatkan job seperti menjadi photo model (endorse), juga memberi aspirasi melalui program yang saya ikuti,” kata siswa SMA 22 Kota Bandung itu.

Selain itu, mengenai potensi dirinya, ia merasa menjadi lebih berani dan memiliki kemampuan public speaking yang lebih baik. Hal itu dibutuhkannya karena ia sekarang terjun dalam dunia tarik suara yang juga membutuhkan keberanian berekspresi di depan orang banyak.

Menurut Ketua Bidang Komunikasi Yayasan Puteri Indonesia, Mega Angkasa, setiap tahun. peminat untuk mendaftar Puteri Indonesia memang terus bertambah. Bahkan, remaja puteri yang bersekolah di luar negeri banyak yang mendaftar.

“Hal itu juga karena dukungan masyarakat yang terus bertambah setiap tahunnya,” kata dia.

Padahal, proses untuk masuk sebagai finalis saja harus melewati beberapa tahapan. Pertama adalah pendaftaran untuk mewakili provinsinya masing-masing sesuai syarat yang ditentukan. Misalnya, usia maksimal 26 tahun, tinggi badan minimal 170 cm, berpenampilan menarik/cantik, cerdas, dan berkepribadian baik, nilai tambah bila mampu berkomunikasi dalam bahasa asing, serta diutamakan memiliki keahlian khusus/prestasi pada suatu bidang.

Dari sekian banyak peserta, akan diseleksi maksimal 20 orang terbaik untuk mengikuti kompetisi di tingkat provinsi. Kemudian, ada 1 pemenang yang disebut Puteri Indonesia sesuai nama provinsinya.

Tahap selanjutnya, seluruh finalis Puteri Indonesia yang mewakili seluruh provinsi menghadiri kegiatan pemilihan yang diselenggarakan Yayasan Puteri Indonesia dan Mustika Ratu. Prosesnya berlangsung selama 10 hari, dan di malam puncak akan terpilih 3 Puteri Indonesia untuk juara 1,2 dan 3.

“Puteri Indonesia pemenang atau juara 1 akan dikirimkan ajang Miss Universe , pemenang ke dua atau disebut dengan Puteri Indonesia Lingkungan akan dikirim ke ajang Miss International, dan pemenang ke tiga atau Puteri Indonesia Pariwisata akan dikirim ke ajang Miss Supranational,” ucap Mega.

Kesuksesan yang tampak menggiurkan karena ada popularitas dan kebanggaan di sana. Tetapi, Mega menuturkan, seluruh Puteri Indonesia yang terpilih dari seluruh provinsi wajib mengikuti aturan aturan yang telah ditetapkan oleh Yayasan Puteri Indonesia. Setiap finalis terikat bersama yayasan selama 2 tahun.

“Jika mereka melanggar baik masih dalam ikatan atau sudah tidak dalam ikatan, akan mendapatkan teguran atau somasi dan sanksi sampai dengan pencopotan gelar yang disandangnya,” tuturnya.***