tribun-nasional.com – Boy menjadi wasit tinju sejak tahun 2019. Mulanya, Boy mengaku tak pernah bercita-cita menjadi wasit tinju . Namun, ketika pertama kali tertarik, Boy langsung menekuninya dengan serius. Dia mengikuti sejumlah pendidikan hingga menjadi wasit tinju profesional.
Boy mengawali kariernya sebagai wasit tinju di Padang, Sumatra Barat. Lalu, dia masuk ke kancah nasional dengan menjadi wasit kejuaraan tinju dalam negeri di Ragunan, Jakarta Selatan.
Boy kian serius menekuni dunia itu dengan mengambil pendidikan untuk meraih gelar bintang satu di Malaysia, dilanjutkan bintang dua di Manado, dan bintang tiga di Thailand.
“Memang menjadi wasit itu tidak mudah, ya. Jadi saya bisa sampai ke tingkat Olimpiade waktu itu di Tokyo, saya bangga sekali karena dari bintang satu sampai bintang tiga saya sudah mencapai puncak tertinggi. Dulu ada bintang sampai lima, tapi sekarang hanya bintang 3. Itu sudah tertinggi,” sebut Boy di Jakarta, Kamis, 9 Febuari 2023.
Boy mengatakan, kiprah tinju Indonesia saat ini semakin maju. “Kalau kita lihat peta sekarang, tinju kita sudah lumayan bagus.Try out sudah ke Thailand, kini 7 petinju sedang berlaga di Maroko kejuraan dunia Golden Bell. Semoga ada kabar gembira dari Maroko,” sebut Boy.
“Sebelumnya, di Thailand, kita sudah mendapat dua medali. Itu menjadi harapan saya sebagai wasit , karena kalau saya lihat, ketujuh petinju ini cukup meyakinkan. Mereka punya potensi yang kuat. Kalau mereka bisa meraih kemenangan, untuk selanjutnya mereka akan melanjutkan ke SEA Games, saya yakin mereka bisa mendapatkan emas,” tuturnya.
Kaetujuh petinju yang berlaga di Maroko, bertarung di berbagai kelas. “Yang dikirim ke Maroko, sudah lolos Kejurnas. Cuma, kalau kita masih latihan di sini, dia sudah tidak ada lawannya karena kita coba dengan atlet lain habis terus, kita coba dengan atlet pro, sudah. Jadi, kita mau lihat kekuatan kita kalau di luar itu bagaimana, sehingga mereka dapat pengalaman bertanding dengan orang luar seperti apa napasnya, pukulannya,” sebutnya.
Menurutnya, hal terpenting bagi para petinju itu adalah bertambahnya jam terbang.
“Kemarin Michael Mustika itu bagus , Farhan juga bagus, yang dikirim ke Maroko juga semuanya baguis-bagus. Terlepas dari apa pun hasilnya, kita lihat nanti. Mereka itu yang penting jam terbang, karena jam terbang ini sangat luar biasa pengaruhnya. Kalau kita bilang pelatihnya kita bagus, sudah bagus, apalagi kita punya pelatih asing sekarang yang dari Kuba. Sekarang tinggal bagaimana kita mengasah mereka untuk pertandingan-pertandingan open tournament yang sifatnya internasional,” sebutnya.
Selain itu, Boy mengharapkan adanya bantuan dari pemerintah agar menanggung biaya mereka yang ingin menempuh sekolah wasit . “Yang kita harapkan ada bantuan dari pemerintah (yang) untuk sekolah wasit yang bisa menghabiskan biaya banyak. Dari bintang satu sampai bintang tiga, bisa menghabiskan uang puluhan juta rupiah,” kata Boy.***