tribun-nasional.com – Gempa Magnitudo (M) 7,8 melanda perbatasan Turki-Suriah hingga menewaskan lebih dari 24 ribu jiwa. Bantuan untuk korban gempa Turki dan Suriah dari berbagai belahan dunia pun terus mengalir.
Seperti dilansir CNN dan Al Jazeera, Sabtu (11/2/2023), laporan terbaru otoritas Turki dan Suriah menyebut jumlah total korban tewas di kedua negara mencapai 24.178 orang sejauh ini.
Di Turki, badan kepresidenan penanggulangan bencana dan urusan darurat SAKOM melaporkan sedikitnya 20.665 orang tewas di berbagai wilayah yang terdampak gempa kuat yang mengguncang pada Senin (6/2) waktu setempat.
Dilaporkan juga bahwa nyaris 93.000 orang telah dievakuasi dari zona-zona terdampak gempa di wilayah Turki bagian selatan. Lebih dari 166.000 personel terlibat dalam upaya penyelamatan dan pemulihan gempa di Turki.
Sementara di Suriah, total korban tewas dikonfirmasi mencapai sedikitnya 3.513 orang.
Angka itu terdiri atas 2.166 orang yang tewas di area-area yang dikuasai pemberontak di Suriah bagian barat daya — menurut data otoritas sipil Helm Putih, dan 1.347 orang yang tewas di wilayah yang dikuasai pemerintah Suriah — menurut data media pemerintah Suriah.
Laporan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) melaporkan bahwa sedikitnya 870.000 orang kini sangat membutuhkan pasokan makanan di Turki dan Suriah usai gempa mengguncang. PBB juga memperingatkan bahwa hingga 5,3 juta orang berpotensi tidak memiliki tempat tinggal di wilayah Suriah usai gempa.
Pemerintah Indonesia mengirimkan bantuan kemanusiaan untuk membantu korban terdampak gempa di Turki. Bantuan dikirimkan dalam tiga tahap.
“Bapak Presiden RI memberikan arahan untuk memberikan bantuan kemanusiaan kepada korban terdampak mengingat hubungan diplomatik Indonesia dan Turki yang sudah berlangsung sejak lama,” kata Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy di Pangkalan Udara (Lanud) Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Sabtu (11/2/2023).
“Oleh karena itu, didasari oleh semangat kemanusiaan, gotong royong, dan hubungan persahabatan dengan Turki sehingga Pemerintah Indonesia bermaksud memberikan bantuan berupa emergency medical team (EMT), middle urban search and rescue team (MUSAR), kebutuhan logistik dan peralatan, serta bantuan lainnya yang akan dikirimkan secara bertahap,” sambungnya.
Ia menyebutkan bantuan tahap pertama dikirimkan hari ini. Bantuan tahap pertama, lanjut dia, yaitu pengiriman 62 personel yang di antaranya terdiri dari MUSAR Basarnas dan tim Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
“Pemberangkatan tim MUSAR menjadi prioritas mengingat pentingnya pencarian dan penyelamatan korban yang tertimbun reruntuhan bangunan selama masa kritis,” ujarnya.
Sementara itu, tahap kedua merupakan bantuan berupa tim dan logistik medis. Muhadjir menuturkan bantuan tahap kedua akan dikirimkan pada Senin mendatang.
“Sebanyak 105 personel lengkap dengan obat-obatan, peralatan rumah sakit lapangan untuk melakukan operasi darurat di lapangan. Tim akan diberangkatkan tanggal 13 Februari 2023,” imbuhnya.
Lebih lanjut, dia mengatakan bantuan tahap ketiga akan berupa logistik dan peralatan bantuan lainnya.
Pada kesempatan yang sama, Menteri Pertahanan Prabowo Subianto mengatakan bantuan kemanusiaan untuk korban gempa Suriah akan menyusul setelah Pemerintah RI mengirim bantuan ke Turki.
“(Bantuan untuk Suriah) akan menyusul,” ujarnya.
Sebelumnya, Prabowo menyebutkan pemerintah memberangkatkan bantuan logistik awal ke Turki sebanyak 5 ton. Bantuan itu berupa makanan hingga pakaian.
“Ada makanan, ada sepatu, ada baju hujan, ada selimut dan kita akan terus kirim. Medis itu akan menyusul semua dengan tim medis dari TNI dan Kemenkes,” jelas Prabowo.
Bantuan diberangkatkan menggunakan dua pesawat TNI AU yaitu, Boeing 737 TNI AU yang memuat bantuan dan personel. Sementara itu pesawat Hercules C 130 hanya memuat kru pesawat (TNI AU) serta barang-barang bantuan dari Basarnas dan Kemenhan.
Amerika Serikat mengumumkan paket bantuan awal US$ 85 juta (sekitar Rp 1,2 triliun) untuk membantu Turki dan Suriah pulih dari gempa bumi dahsyat. AS juga memberikan keringanan sementara untuk beberapa sanksi terkait Damaskus.
Dilansir kantor berita AFP, Jumat (10/2/2023), Badan Pembangunan Internasional AS (USAID) mengatakan dana itu akan diberikan kepada mitra-mitra di lapangan “untuk memberikan bantuan yang sangat dibutuhkan bagi jutaan orang”, termasuk melalui makanan, tempat tinggal, dan layanan kesehatan darurat.
Dana tersebut juga akan mendukung air minum yang bersih dan sanitasi untuk mencegah wabah penyakit, kata USAID dalam sebuah pernyataan.
Pengumuman itu muncul setelah Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken pada Kamis pagi waktu setempat berbicara melalui telepon dengan Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu untuk membahas kebutuhan sekutu NATO itu.
“Kami bangga bergabung dengan upaya global untuk membantu Turki seperti halnya Turki yang sering menyumbangkan ahli penyelamat kemanusiaannya ke begitu banyak negara lain di masa lalu,” kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Ned Price kepada wartawan.
Departemen Keuangan AS kemudian mengumumkan pencabutan sementara beberapa sanksi terkait Suriah, berharap untuk memastikan bahwa bantuan bergerak secepat mungkin kepada mereka yang terkena dampak.
Langkah tersebut “mengizinkan selama 180 hari semua transaksi yang berkaitan dengan bantuan gempa yang dilarang oleh Peraturan Sanksi Suriah,” kata Departemen Keuangan AS dalam sebuah pernyataan.
Para pejabat mengatakan bahwa pemerintah Amerika Serikat telah mengirim tim penyelamat ke Turki dan telah menyumbangkan pemecah beton, generator, sistem pemurnian air, dan helikopter.
USAID mengatakan tim penyelamat difokuskan pada Adiyaman yang terkena dampak parah – sebuah kota di tenggara Turki – mencari korban selamat dengan bantuan anjing, kamera, dan alat pendengar.
Menyusul kerusakan besar pada jalan dan jembatan, militer AS juga telah mengirim helikopter Black Hawk dan Chinook untuk mengantarkan pasokan.
Bantuan di Suriah akan melalui mitra-mitra lokal karena pemerintah Amerika Serikat menolak untuk berurusan dengan Presiden Suriah Bashar al-Assad terkait perang saudara di Suriah yang telah berlangsung bertahun-tahun.
“Kami menyerukan rezim Assad untuk segera mengizinkan bantuan melalui semua penyeberangan perbatasan; mengizinkan distribusi bantuan ke semua daerah yang terkena dampak; dan memberikan akses kemanusiaan ke semua orang di Suriah yang membutuhkan, tanpa kecuali,” kata Blinken dalam sebuah pernyataan.
Presiden Taiwan Tsai Ing-wen dan Wakil Presiden (Wapres) William Lai masing-masing akan menyumbangkan gaji sebulan untuk upaya bantuan gempa Turki. Demikian diumumkan kantor kepresidenan Taiwan pada hari Kamis (9/2), menambah bantuan yang sudah dikirim oleh pulau itu.
Dilansir kantor berita Reuters, Kamis (9/2/2023), Tsai dan Lai “berharap dapat melakukan bagian mereka untuk membantu Turki membangun kembali tanah airnya secepat mungkin”, kata kantor kepresidenan dalam sebuah pernyataan.
Tahun lalu, Tsai dan Lai juga menyumbangkan gaji satu bulan mereka untuk membantu upaya bantuan kemanusiaan bagi Ukraina yang dilanda perang. Tsai mendapatkan gaji sekitar T$400.000 (US$ 13.300) sebulan.
Taiwan, yang sering mengalami gempa bumi, sebelumnya telah mengumumkan bantuan bencana sebesar US$ 2 juta dan telah mengirim dua tim penyelamat ke Turki untuk membantu upaya pencarian korban selamat.
Tsai berbicara melalui panggilan video ke beberapa tim Taiwan di Turki pada hari Rabu (8/2).
Saya ingin berterima kasih kepada semua anggota karena tidak takut akan kesulitan dan berusaha sekuat tenaga sehingga Taiwan dan Turki dapat saling membantu,” tulisnya di halaman Facebook-nya.
Sebelumnya, Turki juga bergabung dengan upaya internasional dan mengirim tim penyelamat ke Taiwan pada 1999 setelah gempa besar menewaskan lebih dari 2.000 orang.
Turki, seperti kebanyakan negara, tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Taiwan yang diklaim China, tetapi keduanya mempertahankan kedutaan de facto di ibu kota masing-masing dan ada penerbangan langsung antara kota Istanbul dan Taipei.
Bantuan untuk korban gempa dahsyat di Suriah telah sampai di wilayah yang dikuasai pemberontak. Bantuan itu merupakan bantuan dari PBB dan merupakan bantuan pertama untuk wilayah Suriah barat laut.
Dilansir dari AFP, konvoi bantuan telah mencapat wilayah barat laut yang dikuasai pemberontak pada Kamis (9/2). Bantuan tersebut merupakan bantuan pertama sejak peristiwa gempa dahsyat yang menewaskan ribuan orang, kata seorang pejabat di perbatasan Bab al-Hawa kepada AFP.
“Konvoi bantuan PBB pertama masuk hari ini,” kata Mazen Alloush, petugas media.
Seorang koresponden AFP melihat enam truk melewati penyeberangan dari Turki. Truk-truk tersebut membawa tenda dan produk kebersihan.
Alloush mencatat pengiriman telah diharapkan sebelum gempa Senin (6/2), tetapi mengatakan: “Itu dapat dianggap sebagai tanggapan awal dari Perserikatan Bangsa-Bangsa, dan itu harus diikuti, seperti yang dijanjikan kepada kami, dengan konvoi yang lebih besar untuk membantu rakyat kami.”
Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa pengiriman tersebut mencakup selimut, kasur, tenda dan “barang-barang bantuan dasar… untuk memenuhi kebutuhan setidaknya 5.000 orang”.
“Kami bekerja sangat erat dengan pihak berwenang untuk mendukung dengan cara apa pun yang kami bisa dan berharap bantuan akan segera menjangkau mereka yang paling terkena dampak,” kata kepala IOM Antonio Vitorino.
Namun kelompok penyelamat White Helmets yang beroperasi di daerah yang dikuasai pemberontak mengatakan mereka kecewa dengan bantuan itu, yang menurut mereka merupakan bagian dari pengiriman “rutin”.
“Ini tentu bukan bantuan dan peralatan khusus untuk tim SAR,” kata mereka dalam pernyataan di Twitter.
“Ini membuat kami sangat kecewa pada saat kami sangat membutuhkan peralatan seperti itu untuk membantu kami menyelamatkan nyawa dari bawah reruntuhan.”