tribun-nasional.com – Sebagai orangtua, kita tentu akan selalu berusaha memberikan yang terbaik bagi anak-anak.
Namun sayangnya, orangtua yang pengasih terkadang tanpa sengaja melukai harga diri anak , , meskipun niat dasar orangtua sebenarnya positif.
Ya, terkadang -disadari atau tidak- orangtua membuat kesalahan dalam perkataan dan sikap. Kecelakaan semacam inilah yang lantas berdampak negatif pada harga diri anak.
Bagaimana pun, orangtua hanyalah manusia. Maka, untuk menghindari kesalahan semacam ini, pertama-tama perlu diketahui apa dan bagaimana kesalahan bisa menimbulkan dampak negatif pada anak.
Berikut ini adalah empat jenis perilaku pada pola asuh orangtua yang ternyata malah menghancurkan harga diri anak.
1. Terlalu melindungi
Terus-menerus melindungi anak dari tantangan dan hambatan dapat mencegah mereka mengembangkan kepercayaan diri dan kompetensi.
Overprotecting juga dapat membatasi kesempatan anak untuk mengeksplorasi, belajar, dan membuat kesalahan.
Padahal, hal-hal tersebut penting untuk pertumbuhan dan perkembangan anak.
Selain itu, melindungi anak secara berlebihan juga dapat menimbulkan perasaan cemas dan tidak aman, karena anak mungkin merasa tidak siap untuk menghadapi dunianya sendiri.
Ini juga dapat menciptakan rasa ketergantungan dan kurangnya kemandirian, yang dapat menimbulkan masalah saat anak-anak bertransisi menjadi dewasa.
Maka, orangtua perlu mencapai keseimbangan antara melindungi dan membiarkan anak-anak mengambil risiko dan menghadapi tantangan.
Pengalaman semacam ini yang bakal membantu anak berkembang menjadi individu yang percaya diri dan mandiri.
Mendorong kemandirian, menumbuhkan harga diri, dan mengajarkan keterampilan memecahkan masalah sangat membantu mengurangi dampak negatif dari perlindungan berlebihan pada anak.
2. Menyuntikkan rasa bersalah
Menanyakan kepada anak tentang perasaan dia jika berada di posisi orangtua atau orang lain dalam situasi tertentu adalah satu hal.
Namun, ketika hal ini terlalu sering melakukan pendekatan semacam ini, maka pada suatu titik praktik ini hanya membuat anak merasa bersalah karena beban atas pikiran, perasaan, atau tindakannya.
Orangtua yang menggunakan rasa bersalah untuk mengendalikan anak, malah berisiko membuat anaknya terasing.
3. Mengkritik dengan kasar
Dikritik oleh orangtua bisa menjadi masalah emosional bagi anak. Apalagi jika kritik tersebut disampaikan dengan cara yang kasar, atau terasa merendahkan.
Komentar kritis dapat mengikis harga diri dan rasa berharga seseorang anak. Pendekatan ini pun rentan menimbulkan perasaan sedih, marah, atau frustrasi.
Jika hal ini sudah terjadi, makan anak bisa mengalami penurunan motivasi dan kurangnya kepercayaan diri.
4. Sarkasme
Orangtua yang menggunakan pendekatan sarkasme , bisa mendatangkan dampak buruk pada anak.
Misalnya, ketika orangtua mengatakan “Oh, kamu pintar,” ketika anak membuat pilihan yang buruk atau keliru.
Penggunaan gaya sarkasme semacam ini tentu menyakiti hati anak, karena dia merasa dipermalukan.
Percayalah, pendekatan dengan menjatuhkan anak melalui sarkasme hanya akan menciptakan hambatan bagi orangtua yang mencoba berkomunikasi secara efektif dengan anak.
Kesimpulan
Jadi, cara orangtua berinteraksi dengan anak memainkan pengaruh yang sangat besar dalam membentuk dan mengembangkan harga diri anak dalam hidup mereka.
Semakin kita berkomunikasi dengan cara yang positif, sembari tidak memberikan contoh perilaku negatif, maka anak dapat melakukan hal yang sama baik dalam hidupnya.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram “Kompas.com News Update”, caranya klik link , kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.