Saham Asia dibuka menguat, ikuti optimisme inflasi Wall Street

Saham Asia dibuka menguat, ikuti optimisme inflasi Wall Street

tribun-nasional.com – Saham-saham Asia menguat pada awal perdagangan Selasa, mengikuti rebound di Wall Street karena investor optimistis data ekonomi utama AS akan menunjukkan penurunan inflasi, sementara yen memulihkan kerugian menjelang pencalonan gubernur bank sentral yang baru.

Mata uang Jepang telah melemah karena ketidakpastian seputar kemungkinan penunjukan Kazuo Ueda sebagai Gubernur Bank Sentral Jepang (BoJ) berikutnya, sebuah pilihan mengejutkan yang dapat meningkatkan kemungkinan diakhirinya kebijakan kontrol imbal hasil yang tidak populer.

Indeks MSCI dari saham Asia-Pasifik di luar Jepang rebound 0,4 persen, indeks Nikkei Jepang naik 0,6 persen, saham-saham unggulan China CSI 300 menguat 0,2 persen, indeks S&P/ASX 200 Australi terangkat 0,3 persen, sementara Indeks Hang Seng Hong Kong naik 0,4 persen.

Dalam beberapa berita positif untuk geopolitik, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken sedang mempertimbangkan untuk bertemu dengan diplomat top China Wang Yi di Konferensi Keamanan Munich minggu ini, setelah Amerika Serikat menembak jatuh apa yang dikatakannya sebagai balon mata-mata China dan benda terbang lainnya.

Selasa malam, Biro Statistik Tenaga Kerja AS akan merilis data Indeks Harga Konsumen (IHK) Januari, yang diharapkan menunjukkan seberapa efektif pengetatan kebijakan Federal Reserve dalam menjinakkan inflasi.

Para analis memperkirakan IHK utama naik 0,5 persen pada Januari, dengan angka inti diperkirakan naik menjadi 0,4 persen dari 0,3 persen bulan sebelumnya, menurut jajak pendapat Reuters. Secara tahunan,IHK cenderung turun menjadi 6,2 persen dari 6,5 persen pada Desember.

Semalam di Wall Street, S&P 500 naik 1,2 persen, sedangkan Nasdaq menguat 1,5 persen dan Dow Jones naik 1,1 persen.

“Intinya bagi kami adalah dua kali lipat. Pertama, inflasi turun, tetapi itu tidak akan menjadi penurunan yang mulus. Kembali ke target inflasi sangat tidak mungkin terjadi tahun ini, jadi bagaimanapun juga diperlukan kesabaran,” kata Seth Carpenter, kepala ekonom global di Morgan Stanley.

“Tapi kedua, inflasi upah yang tinggi baru-baru ini tidak berarti kegagalan bagi Fed. Inflasi jasa-jasa tidak terlalu jauh dari target, kaitan dari upah ke inflasi ada, tapi kecil, dan upah jasa-jasa dan inflasi cenderung turun meskipun ada pasar tenaga kerja yang kuat,” tambah Carpenter.

Obligasi pemerintah AS sedikit menguat, dengan imbal hasil obligasi pemerintah 10 tahun turun 2 basis poin menjadi 3,6940 persen.

Imbal hasil obligasi dua tahun juga turun dari level tertinggi tiga bulan hingga melayang di 4,5090 persen, dibandingkan dengan penutupan sebelumnya di 4,5340 persen.

Di pasar mata uang, dolar tetap tenang jelang data inflasi, setelah menderita kerugian 0,3 persen terhadap mata uang utama lainnya di sesi terakhir.

Dolar melemah 0,2 persen terhadap yen Jepang menjadi 132,13 yen, setelah naik 0,8 persen pada hari sebelumnya.

Pada Selasa, pemerintah Jepang diperkirakan akan menunjuk akademisi Kazuo Ueda sebagai pilihannya untuk menjadi gubernur bank sentral berikutnya.

Imbal hasil obligasi 10-tahun Jepang melayang di 0,5 persen – mencapai batas atas kisaran – karena investor bertaruh kebijakan pengendalian imbal hasil akhirnya akan berakhir di bawah gubernur baru.

BlackRock Investment Institute pada Senin (13/2/023) memangkas saham-saham Jepang menjadi “underweight”, mengatakan bahwa perubahan kebijakan BoJ dari strategi moneter “ultra-longgar” dapat mendorong imbal hasil global lebih tinggi dan mengurangi selera risiko.

Di pasar minyak, minyak mentah berjangka Brent turun 0,7 persen menjadi diperdagangkan di 85,99 dolar AS per barel, sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS juga turun 1,0 persen menjadi diperdagangkan di 79,2 dolar AS.

Emas sedikit lebih tinggi. Emas spot diperdagangkan pada 1.855,59 dolar AS per ounce.