tribun-nasional.com – Indonesia merupakan importir gandum yang cukup besar dari Ukraina. Namun, pasca terjadinya perang antara Rusia dan Ukraina impor gandum tersendat bahkan sempat tidak ada sama sekali.
Kamar Dagang dan Industri Ukraina (UCCI) menyebut, pada tahun 2021 nilai total perdagangan Indonesia dan Ukraina itu, US$ 1,3 miliar dan lebih dari setengahnya itu memang untuk gandum. Pasca terjadinya perang pada 2022, aktivitas impor gandum Ukraina ke Indonesia anjlok 93%.
“Tetapi tahun kemarin, jatuh angka tersebut sebesar 93%. Itu ada kendala juga di mana itu tidak bisa diekspor langsung ke Indonesia tetapi melalui Singapura,” jelasnya, kepada, saat ditemui di salah satu restoran di bilangan Jakarta Pusat beberapa waktu lalu, ditulis, Selasa (14/2/2023).
Selain perang, kondisi gandum di Ukraina juga mengalami krisis. Anna menduga banyak rumah-rumah di salah satu wilayah penghasil gandum, diambil alih oleh Rusia. Kemudian, banyak gandum yang hilang dari wilayah tersebut.
“Mereka juga mengambil gandum kami tetapi entah ke siapa. Kami juga tidak tahu. Dan kalau kita berbicara gandum dan ketahanan pangan, ini bagi kami bukan tentang uang saja. Tetapi ini kemanusiaan dan keberlanjutan juga dan memberikan akses ke pihak-pihak yang membutuhkan,” tuturnya.
Selain itu, krisis gandum juga disebabkan karena tingginya harga produksi yang harus dikeluarkan petani. Saat ini, harga gandum di Ukraina lebih murah dibandingkan biaya produksi oleh petani.
“Kalau diekspor itu ada biaya logistik dan lain sebagainya, begitu untuk saat ini biaya panen produksi mereka lebih tinggi dari harga jual. Karena perang jadi ada perbedaan sangat tinggi antara harga domestik dan harga untuk ekspor,” tutupnya.
Sebagai informasi, Indonesia memang merupakan importir gandum dari Ukraina. Namun, tidak serta merta bergantung pada Ukraina, ada tujuh negara lainnya yang merupakan pengekspor ke Indonesia.
Dalam catatan, Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Setianto pernah menyebut, Indonesia impor gandum dari 8 negara. Delapan negara itu yakni Australia, Argentina, Kanada, India, Brazil, Amerika Serikat, Moldova, dan Ukraina.
Dari 8 negara tersebut, terangnya, porsi impor terbesar berasal 3 negara untuk periode Januari-Juli 2022. Tiga negara itu yakni Australia, Argentina dan Kanada.
“Jadi ketiga negara ini impor kita untuk biji gandum dan meslin terbesar,” ujarnya.
Ia juga menambahkan, Indonesia secara konsisten mengimpor gandum dari 3 negara yakni Australia, Kanada dan India. “India walaupun ini masih kecil ini juga sudah konsisten kita mengimpor gandum dan meslin dari India,” ujarnya.
Direktur Departemen Kerjasama Internasional Kamar Dagang dan Industri Ukraina (UCCI) Ukraina, Anna Liubyma mengatakan mati listrik total sempat terjadi selama tiga hari lamanya. Akibatnya laju kinerja perusahaan-perusahaan di negara itu juga menjadi tidak maksimal.
“Jadi blackout ini berlangsung selama tiga hari, jadi jadwal pabrik ini harus menyesuaikan. Karena blackout-blackout ini, perusahaan di Ukraina terkendala,” jelasnya.
Anna mencontohkan sektor yang terkendala saat mati listrik total berlangsung, yakni pabrik-pabrik sektor manufaktur.
“Kalau dulu banyak pabrik mereka memanufaktur mesin, alat berat, alat besar, sekarang karena blackout-blackout tersebut mereka tidak bisa bekerja dengan kapasitas penuh. Jadi itu terkendala saat ini,” lanjutnya.
Tidak hanya itu, pembangkit listrik energi terbarukan di Ukraina juga telah diserang oleh Rusia. Pembangkit listrik tenaga surya itu berada di wilayah Kherson dan menjadi yang terbesar di Eropa.
“Sebelum perang terjadi, pembangkit-pembangkit listrik di Ukraina juga ekspor memasok listrik ke Eropa. Tetapi karena perang itu sudah tidak bisa dilakukan lagi. Jadi kalau dulu di wilayah Kherson itu ada pembangkit listrik surya terbesar di Eropa. Jadi ini untuk sumber energi terbarukan. Tetapi sekarang semua jadi target dan diserang,” terangnya.
Serangan yang dilakukan Rusia juga menghambat aktivitas bisnis di pelabuhan laut Ukraina. Saat ini jalur transportasi jalur laut untuk bisnis di Ukraina tersisa hanya tiga pelabuhan.
Ketiga pelabuhan laut itu saja, termasuk dalam kesepakatan Black Sea Grain Initiative. Kesepakatan itu adalah persetujuan antara Rusia dan Ukraina yang dimediasi oleh PBB dan Turki untuk mengurangi dampak krisis pangan global akibat perang antara kedua negara.
“Untuk logistik dan transportasi itu terhambat ya. Berkaitan dengan hal ini hanya ada tiga pelabuhan laut yang beroperasi dan ini karena perjanjian Sea Grain yang ditandatangani di Istanbul pada tanggal 23 Juli dan mulai efektif tanggal 1 Agustus 2022,” ujar Anna.
Sebagai informasi, sistem pelabuhan Ukraina mencakup 18 pelabuhan laut, 13 di antaranya terletak di wilayah benua Ukraina, dan 5 pelabuhan terletak di wilayah Krimea yang diduduki sementara. Total kapasitas pelabuhan dan terminal kontinental adalah 313,3 juta ton.
Anna menyebut, belasan pelabuhan laut itu saat ini tidak ada yang beroperasi. Namun, masih ada pelabuhan sungai yang masih membantu pembisnis untuk mengirimkan barang dagangnya.