Harga Minyak Dunia Naik Tipis, 12 Saham Migas RI Terbang

Harga Minyak Dunia Naik Tipis, 12 Saham Migas RI Terbang

tribun-nasional.comJakarta, CNBC Indonesia – Mayoritas saham emiten minyak dan gas bumi (migas) terpantau bergairah pada perdagangan sesi I Selasa (14/2/2023), meski harga minyak mentah acuan dunia terpantau naik tipis jelang rilis data inflasi Amerika Serikat (AS).

Berikut pergerakan saham emiten migas pada perdagangan sesi I hari ini.

Sumber: RTI

Hingga pukul 09:48 WIB, saham emiten jasa lepas pantai laut yakni PT Logindo Samudramakmur Tbk (LEAD) memimpin saham migas yakni melonjak 4,76% ke posisi harga Rp 66/saham.

Selanjutnya di posisi kedua, terdapat saham jasa eksplorasi migas yakni PT Astrindo Nusantara Infrastruktur Tbk (BIPI) yang melompat 4,09% menjadi Rp 178/saham.

Tak hanya itu saja, saham PT Medco Energi Indonesia Tbk (MEDC), PT AKR Corporindo Tbk (AKRA), dan PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) juga melesat pada pagi hari ini.

Sedangkan untuk saham PT Surya Esa Perkasa Tbk (ESSA) dan PT Super Energy Tbk (SURE) terpantau stagnan pada pagi hari ini.

Namun, dua saham emiten migas yakni PT Rukun Raharja Tbk (RAJA) dan PT Indah Prakasa Sentosa Tbk (INPS) justru terkoreksi pada pagi hari ini.

Harga minyak mentah dunia menguat setelah Rusia berencana memangkas produksi dan jelang rilis data inflasi AS periode Januari 2023.

Mengutip data Refinitiv, pada perdagangan Senin kemarin, harga minyak mentah jenis Brent naik tipis 0,3% menjadi US$ 86,61 per barel. Sementara jenis light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) tercatat US$ 80,14 per barel, naik 0,5%.

“Latar belakang fundamental untuk minyak masih sangat kuat,” kata Phil Flynn, analis Price Futures Group.

“Dengan China dibuka kembali, kita akan melihat lebih banyak permintaan dan Rusia serta OPEC memiliki pasokan yang sama atau lebih sedikit, yang bullish.”

Rusia mengumumkan rencana untuk mengurangi produksi minyak bulan depan sebagai bentuk perlawanan kepada blok Barat yang memberlakukan batasan harga minyak mentah dan bahan bakar negara itu.

“Rusia berencana untuk mengurangi produksi minyak mentahnya pada bulan Maret sebesar 500.000 barel per hari (bpd), atau sekitar 5% dari produksi saat ini,” kata Wakil Perdana Menteri Alexander Novak.

OPEC+ dikabarkan Reuters tidak merencanakan tindakan setelah Rusia mengumumkan pengurangan produksi minyak.

Di sisi lain para pelaku pasar menantikan pengumuman inflasi AS yang rilis Selasa malam waktu Indonesia. Hal ini terkait lanjutan kebijakan suku bunga bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed).

Jika inflasi kembali naik, The Fed akan tetap memerangi inflasi dengan kenaikan suku bunga. Sehingga ekonomi berpotensi melambat dan mengaburkan permintaan minyak mentah.

Konsensus Trading Economics memperkirakan inflasi AS diprediksi kembali melambat menjadi 6,2% secara tahunan (year-on-year/yoy) pada bulan lalu. Angka ini turun dari 6,5% pada Desember 2022.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.