tribun-nasional.com – Jet tempur canggih F-22 milik Amerika Serikat yang jago bermanuver, melesat hingga 58.000 kaki di atas Samudera Atlantik untuk menembakkan rudal ke… sebuah balon besar.
Benda yang diduga balon mata-mata China untuk mengawasi situs-situs rahasia AS tersebut adalah target pertama yang “dibunuh” F-22 Amerika, dan itu bukan yang terakhir.
F-22 AS kembali beraksi di hari-hari berikutnya, menembak jatuh obyek tak dikenal di dekat Alaska dan satu lagi di atas Kanada, sedangkan obyek keempat dijatuhkan oleh jet tempur F-16 di atas Danau Huron.
Bermunculannya obyek mencurigakan di wilayah udara AS dan Kanada baru-baru ini memberikan peluang langka bagi F-22 untuk menembak target.
“Saya percaya ini adalah kali pertama NORAD atau Komando Utara Amerika Serikat mengambil tindakan kinetik terhadap obyek udara di wilayah AS,” kata Jenderal Glen VanHerck, yang memimpin kedua perintah tersebut, kepada wartawan dikutip dari kantor berita AFP.
NORAD–komando pertahanan udara gabungan AS-Kanada–berasal dari puncak Perang Dingin. NORTHCOM yang bertanggung jawab atas pertahanan Amerika Serikat, jauh lebih baru dan didirikan setelah serangan 11 September 2001.
Adapun fungsi yang lebih umum untuk pesawat tempur berbasis di Amerika Utara adalah mencegat pesawat Rusia mendekati wilayah udara Amerika.
Kecanggihan jet tempur F-22
Jika diibaratkan mobil, F-22 adalah supercar Amerika di udara. Jet tempur ini memiliki teknologi siluman untuk melindunginya dari radar musuh, dapat terbang di atas kecepatan suara tanpa menggunakan afterburner. Nosel thrust vectoring pada mesinnya membuatnya bisa bermanuver tinggi.
Semua fitur ini dirancang untuk membuat F-22 tak terkalahkan dalam pertempuran udara-ke-udara dengan pesawat tempur musuh, sehingga obyek yang bergerak lambat seperti balon adalah mangsa mudah.
Jet tempur F-22 adalah salah satu pesawat termahal di gudang senjata “Negeri Paman Sam”.
Program jet F-22 dimulai pada era 1980-an, tetapi baru memasuki produksi awal tahun 2001 dan hanya dibuat dalam jumlah kecil–kurang dari 200 unit–dengan biaya masing-masing 143 juta dollar AS (Rp 2,16 triliun), menurut Angkatan Udara Amerika Serikat.
Jet tempur F-22 dirancang untuk pertempuran udara-ke-udara skala besar melawan pesawat musuh, tetapi situasi ini belum muncul sejak pesawat itu diizinkan melakukan operasi awal pada 2005.
F-22 kali pertama bertempur pada 2014 saat melawan kelompok ISIS di Timur Tengah.
Dalam peristiwa baru-baru ini, jet tempur yang menembak jatuh balon dan tiga benda tak dikenal semuanya menggunakan teknologi canggih AIM-9X, varian baru rudal Sidewinder dengan sistem panduan inframerah.
VanHerck menerangkan, penggunaan rudal yang membutuhkan radar lintasan kemungkinan keberhasilannya lebih rendah karena sulit melacak obyek yang lebih kecil, sedangkan menggunakan meriam akan membuat pesawat berisiko terbang ke puing-puing.
Oleh karena itu, AIM-9X menjadi “senjata pilihan melawan obyek… yang kami lihat,” pungkasnya.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram “Kompas.com News Update”, caranya klik link , kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.