tribun-nasional.com – JAKARTA – Bao Fan, miliarder China Pimpinan bank investasi China Renaissance dilaporkan menghilang sejak 16 Februari 2023 kemarin.
Perusahaannya yaitu China Renaissance mengatakan dalam laporan perdagangan bahwa Bao tidak dapat dihubungi sejak Kamis malam.
“Perusahaan tidak bisa menghubungi Tuan Bao,” tulis pihak China Renaissance Holdings kepada para investor saham lewat Bursa Efek Hong Kong dilansir dari CNN pada Minggu (19/2/2023).
Bao Fan yang juga menjabat sebagai direktur eksekutif bank tersebut adalah tokoh utama dalam industri teknologi Tiongkok dan telah memainkan peran kunci dalam kemunculan berbagai startup Internet domestik.
Analis Senior di Forsyth Barr Asia Willer Chen mengatakan dengan ketidakhadiran eksekutif bisa menjadi dampak jangka panjang pada saham. Terbukti, berita hilangnya Bao sempat membuat saham perusahaannya anjlok sebanyak 50 persen pada awal perdagangan Hong Kong per Jumat (17/3). Pada penutupan perdagangan, saham turun 28 persen.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin mengatakan dia tidak mengetahui informasi apapun soal hilangnya Bao.
“Tapi saya dapat memberi tahu Anda bahwa China adalah negara di bawah supremasi hukum. Pemerintah China melindungi hak-hak sah warganya sesuai dengan hukum” katanya dilansir dari BBC pada Minggu (19/2/2023).
Lantas, siapa sebenarnya Bao Fan ini?
Bao Fan adalah salah satu pemodal paling terkenal di China.
Dia memulai karirnya sebagai bankir M&A dengan Morgan Stanley pada akhir 1990-an dan juga pernah bekerja untuk Credit Suisse. Kemudian, Bao menjabat sebagai penasihat bursa saham di Shanghai dan Shenzhen.
Hingga akhirnya, bankir investasi itu mendirikan China Renaissance Holdings pada 2005 sampai akhirnua terdaftar di bursa saham Hong Kong pada 2018. Kala itu, melansir dari Financial Times, mimpinya yaitu ingin membangun lembaga keuangan kelas dunia, sama seperti Goldman Sachs, Blackstone, BlackRock.
Kiprah China Renaissance dalam Bisnis
Di bawah kepemimpinannya, China Renaissance pun berkembang menjadi lembaga keuangan global, dengan lebih dari 700 karyawan dan kantor di Beijing, Shanghai, Hong Kong, Singapura, dan New York.
Grup ini juga telah mengawasi IPO dari beberapa raksasa Internet domestik, termasuk perusahaan ecommerce terkemuka JD.com.
Bao juga memfasilitasi merger blockbuster 2015 antara perusahaan ride-hailing besar Didi dan pesaing utamanya saat itu, Kuaidi Dache.
Melansir dari Bloomberg, Bao juga berinvestasi di pembuat kendaraan listrik China Nio (NIO) dan Li Auto.
Sejumlah Miliarder China Sempat Menghilang
Hilangnya Bao sebagai salah satu investor teknologi terkemuka China – kembali membangkitkan sejarah eksekutif China yang tiba-tiba menghilang selama beberapa waktu tanpa penjelasan.
Menurut Majalah Forbes, artinya total ada enam miliarder China termasuk Bao Fan yang dalam beberapa tahun terakhir ini menghilang setelah berselisih dengan Partai Komunis.
Dalam beberapa kasus, mereka diduga terjerat korupsi, pajak, atau investigasi pelanggaran lainnya.
Pada 2015, Gu Guangchang , miliarder yang dikenal sebagai “Warren Buffett dari China”, dilaporkan hilang oleh konglomerat Fosun International. Belakangan, firma tersebut mengonfirmasi bahwa Guo membantu pihak berwenang dalam penyelidikan.
Pengusaha Tionghoa-Kanada Xiao Jianhua dibawa pergi oleh agen keamanan Tiongkok pada tahun 2017. Agustus lalu, dia dijatuhi hukuman 13 tahun penjara atas tuduhan korupsi.
Pada tahun yang sama, perusahaan asuransi Anbang mengumumkan ketuanya, Wu Xiaohui tidak akan dapat melepaskan tugasnya setelah dia ditahan oleh pihak berwenang. Wu akhirnya dijatuhi hukuman penjara selama 18 tahun.
The Guardian pun turut melaporkan, pada tahun 2020, Jack Ma, pendiri raksasa teknologi Alibaba, menghilang selama tiga bulan, setelah mengkritik regulator pasar sampai akhirnya dia muncul kembali di depan umum pada akhir 2021.
Taipan real estate Ren Zhiqiang pun sempat menghilang selama beberapa bulan pada tahun 2020 setelah dia diduga menentang penanganan Xi terhadap pandemi Covid-19. Dia juga dipenjara selama 18 tahun atas tuduhan korupsi.