tribun-nasional.com – Jepang berupaya untuk meningkatkan pertukaran budaya dengan anggota Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia tenggara (ASEAN) dalam momentum ke-50 tahun Persahabatan dan Kerja Sama Jepang-ASEAN.
“Jepang tengah berusaha untuk mengenalkan hal-hal yang menarik dari negara-negara Asia Tenggara ke Jepang,” kata Direktur Pelaksana Departemen Perencanaan The Japan Foundation Furuya Masato dalam konferensi pers daring di Jakarta, Selasa.
Dengan demikian, Furuya berharap seniman dan anak muda Jepang dapat menciptakan sesuatu yang baru dari beragam budaya di Asia Tenggara.
Tahun ini, dia menuturkan, terdapat beberapa program untuk memperkokoh kerja sama di bidang seni dan budaya dengan negara-negara ASEAN, di antaranya seni rupa, seni pertunjukan dan film.
Untuk seni rupa, salah satunya yakni pameran perjalanan (traveling exhibition) yang memamerkan beragam karya tradisional Jepang, mulai dari seni keramik, kerajinan tangan dan boneka Jepang.
Pameran seni dan keindahan boneka Jepang bertajuk Ningyou yang juga dijadwalkan di Indonesia pada tahun ini.
Selain itu juga terdapat seni rupa kontemporer, seperti fotografi, arsitektur dan desain.
Sementara itu, untuk seni pertunjukan, Jepang akan menciptakan satu panggung produksi melalui kolaborasi dengan seniman internasional.
“Kami bertujuan untuk menumbuhkan nilai baru. Dengan demikian, kami bisa menciptakan peluang bagi masyarakat untuk saling memahami budaya yang berbeda,” kata Furuya.
Adapun untuk film, terdapat JFF+ Independent cinema dan Japanese Film Screenings Overseas.
Selain seni dan budaya, Japan Foundation juga berfokus pada pendidikan Bahasa Jepang di negara-negara ASEAN.
Indonesia merupakan negara paling banyak menerima penutur asli Jepang yang diperbantukan untuk para pengajar dan pemelajar Bahasa Jepang.
Sejak dimulainya program tersebut pada 2014 hingga 2022, terdapat 884 penutur asli Jepang yang dikirim ke Indonesia. Di posisi kedua, yakni Thailand dengan 644 orang, Vietnam 302 orang, Malaysia 302 orang dan Filipina 228 orang.
Furuya menyebutkan total anggaran yang dikucurkan sejak dimulainya berbagai program dalam WA Project tersebut sejak Desember 2013 hingga untuk 2023, yakni 20,03 miliar yen (Rp2,3 triliun).
Dengan anggaran itu, terdapat 2.504 proyek terlaksana dan 5,54 juta orang penerima manfaat dalam program seni dan budaya serta pertukaran antarbangsa.
Sementara itu, sebanyak 1,78 juta penerima manfaat dan 2.375 orang yang dikirim dalam program pembelajaran Bahasa Jepang.
“Kami melihat adanya peningkatan permintaan terkait pembelajaran Bahasa Jepang dalam beberapa tahun belakangan. Melalui kerja sama badan budaya dan Kementerian Pendidikan, kami juga menyediakan layanan belajar Bahasa Jepang di Jepang,” kata Furuya.