Kota New York Berencana Terapkan Biaya Kemacetan

Ini memang baru rencana. Kelak, ketika memasuki kawasan Manhattan yang macet, tepatnya di jalan-jalan bernomor di bawah 60, mobil Anda akan dikenai biaya tambahan secara elektronik.

Menurut Dinas Transportasi Kota New York, jika kebijakan itu diberlakukan, kota itu mendapat pemasukan sekitar $1 miliar per tahun. Dana itu kelak bisa digunakan untuk meningkatkan kualitas layanan trasnsportasi massal, seperti kereta bawah tanah dan bus.

Praktik ini biasanya disebut sebagai biaya kemacetan dan telah diberlakukan di sejumlah kota besar, termasuk London, Singapura, dan Stockholm.

FILE - Lalu lintas padat dari arah Brooklyn menuju Manhattan dari Jembatan Williamsburg di New York, 28 Maret 2019. New York berencana menjadi kota pertama di AS yang akan mengenakan biaya tambahan kepada pengendara untuk memasuki daerah lalu-lintas terpadat di kota tersebut. (Foto AP/Mary Altaffer, File)

FILE – Lalu lintas padat dari arah Brooklyn menuju Manhattan dari Jembatan Williamsburg di New York, 28 Maret 2019. New York berencana menjadi kota pertama di AS yang akan mengenakan biaya tambahan kepada pengendara untuk memasuki daerah lalu-lintas terpadat di kota tersebut. (Foto AP/Mary Altaffer, File)

Sementara banyak pengendara skeptis bahwa dana yang kelak terkumpul akan benar-benar digunakan untuk memperbaiki layanan kereta bawah tanah dan bus, sejumlah pengemudi mengatakan mungkin sudah saatnya menghasilkan keuntungan dari kekacauan lalu lintas di kota New York.

Tony Claudio, seorang supir perusahaan pengiriman mengatakan, “Jika ingin menghentikan kemacetan, bayar $16. Ini bisnis, itu yang harus Anda lakukan.”

Berapa biaya kemacetan itu memang belum dipastikan. Bisa $16 atau bahkan lebih. Pemerintah kota New York pada akhir Juli menunjuk lima orang untuk duduk sebagai dewan peninjau mobilitas lalu lintas. Dewan ini akan memutuskan berapa besar biaya kemacetan, dan siapa saja yang mendapat pengecualian dari biaya ini.

Kathy Wylde, dari organisasi Partnership for New York, ditunjuk sebagai anggota dewan itu. Ia mengatakan, masalah pengecualian berpotensi menjadi masalah utama. “Adanya pengecualian seperti mengundang kecurangan. Kalau terlalu banyak memberi pengecualian, akan ada yang memanfaatkannya dan berbuat curang,” jelasnya.

Lalu lintas di jalan tol yang padat di kawasan Manhattan, New York, 15 Mei 2020. (Johannes EISELE / AFP)

Lalu lintas di jalan tol yang padat di kawasan Manhattan, New York, 15 Mei 2020. (Johannes EISELE / AFP)

Memperbaiki layanan kereta bawah tanah tampaknya memang keharusan. Janno Lieber, CEO Metropolitan Transportation Authority (MTA) New York, mengatakan pengguna layanan itu menyusut drastis sehingga perlu berbagai perbaikan untuk meningkatan minat penggunaannya. “COVID mengubah tingkat penggunaan layahan kereta bawah tanah. Sejumlah perubahan yang terjadi tampaknya permanen,” jelasnya.

Tingkat penggunaan kereta bawah tanah New York kini memang meningkat, namun angkanya kini hanya berkisar pada 60 persen dari tingkat prapandemi. Sementara itu, lalu lintas kendaraan di jembatan, jalan dan terowongan kota New York telah kembali ke tingkat normal sejak tahun lalu.

Biaya kemacetan kemungkinan belum akan diterapkan sampai akhir tahun depan.. Badan Legislatif New York sebetulnya menyetujui rencana biaya kemacetan ini pada tahun 2019 dan memproyeksikan akan menerapkannya pada tahun 2021. Tetapi pandemi dan kurangnya panduan dari badan pengawas federal mengenai evaluasi lingkungan yang diperlukan membuat rencana tersebut terkatung-katung. [ab/uh]

Artikel ini bersumber dari www.voaindonesia.com.

Tinggalkan Balasan