tribun-nasional.com – Jakarta, CNBC Indonesia – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpantau terkoreksi parah pada perdagangan sesi I Rabu (22/2/2023), di mana saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) menjadi pemberat terbesar IHSG pada sesi I hari ini.
Per pukul 11:07 WIB, IHSG ambles 1,15% ke posisi 6.794,56. IHSG pun keluar dari level psikologis 6.800 dan kembali ke level psikologis 6.700.
Saham emiten teknologi super apps yakni GOTO kembali menjadi pemberat terbesar IHSG pada perdagangan sesi I hari ini yakni mencapai 13,26 indeks poin. Adapun sahamnya ambruk 4,96% ke posisi Rp 115/saham.
Saham GOTO tak jarang menjadi pemberat terbesar IHSG, juga tak jarang menjadi penopang IHSG. Hal ini karena saham GOTO juga menjadi salah satu saham yang bobotnya cukup besar dan mempengaruhi pergerakan IHSG.
Sentimen buruk dari potensi kenaikan suku bunga bank sentral global yang masih akan terjadi turut memperberat pergerakan saham teknologi global dan di Indonesia, termasuk saham GOTO.
Para pelaku pasar khawatir inflasi yang “membandel” akan menyebabkan bank sentral Amerika Serikat (Federal Reserve/The Fed) mempertahankan suku bunga lebih tinggi untuk waktu yang lebih lama, yang dapat menyebabkan ekonomi resesi.
Di sisi lain, tanda-tanda ekonomi AS makin solid tergambar pada pembacaan awal aktivitas manufaktur Februari 2023 yang naik ke angka 47,8. Posisi ini lebih tinggi dari bulan sebelumnya yakni 46,9 dan lebih tinggi dari ekspektasi 47,1.
Data aktivitas ini semakin melengkapi rilis data sebelumnya yang mengindikasikan bahwa ekonomi Paman Sam masih kuat. Dampaknya adalah kebijakan suku bunga The Fed.
Sebelumnya, AS dilaporkan mampu menyerap 517.000 tenaga kerja di luar sektor pertanian, jauh lebih tinggi dari sebelumnya yakni 260.000 orang. Tingkat pengangguran pun turun menjadi 3,4% dan merupakan angka terendah sejak Mei 2969.
Kemudian, rata-rata upah per jam masih tumbuh 4,4% (year-on-year/yoy), lebih tinggi dari prediksi 4,3%.
Masalahnya data-data yang positif ini membuat para pelaku pasar tidak tenang. Pasalnya ekonomi yang solid dipandang menjadi momentum bagus untuk terus menaikkan suku bunga dalam upaya menurunkan angka inflasi.
Goldman Sachs dan Bank of America memperkirakan masih akan ada tiga kenaikan suku bunga lagi masing-masing naik 25 bp.
Selaras dengan Sachs, pasar kini melihat The Fed akan menaikkan suku bunga tiga kali lagi pada Maret, Mei dan Juni masing-masing sebesar 25 basis poin hingga menjadi 5,25% – 5,5%. Ini artinya pasar melihat suku bunga bisa lebih tinggi dari proyeksi yang diberikan The Fed 5% – 5,25%.
Para pelaku pasar saat ini fokus pada The Fed yang akan digelar pada Rabu waktu setmpat dan dijadwalkan untuk merilis risalah dari pertemuan 31 Januari dan 1 Februari. The Fed berpotensi menaikkan suku bunga kembali sebesar 25 basis poin (bp) setelah pertemuan itu.
CNBC INDONESIA RESEARCH
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.