tribun-nasional.com – Nama Kopral Dua (Kopda) Ahmad Nofrizal tengah menjadi perbincangan setelah sukses mengevakuasi Kapolda Jambi Irjen Rusdi Hartono di hutan Kerinci, Jambi, Selasa (21/2/2023).
Dalam proses evakuasi, prajurit Komando Pasukan Gerakan Cepat (Kopasgat) dari Batalyon Komando 462/Pulanggeni ini harus bertaruh nyawa.
Sebab, Nofrizal harus bergelantungan dan berputar-putar pada seutas tali untuk menjaga keseimbangan tandu yang membawa Kapolda Jambi menuju helikopter Super Pumda H-3211 yang terbang rendah.
Dalam video yang beredar, tiupan angin lebih dari 15 knot yang berasal dari baling-baling helikopter membuat keduanya berputar-putar bak gasing.
Untuk menjaga keseimbangan, Nofrizal mesti memeluk erat Kapolda Jambi ketika proses pengangkatan dari daratan menuju helikopter.
Setelah 53 jam berada di belantara hutan Kerinci, jenderal polisi bintang dua ini pun berhasil dievakuasi oleh prajurit dari pasukan elite TNI Angkatan Udara.
“Saya diperintah komandan untuk memastikan keselamatan Pak Kapolda sampai atas (helikopter). Maka saya pegang erat-erat agar selamat,” kata Nofrizal melalui pesan singkat, Selasa kemarin.
Dalam evakuasi terhadap Kapolda Jambi bersama tujuh anggotanya, helikopter yang diterbangkan Mayor Pnb Ravi Rakasiwi dan Kapten Pnb Surya Mega membawa tujuh prajurit dari tim penyelamatan dan pertolongan Kopasgat.
Dengan lancarnya proses evakuasi ini, misi kemanusiaan yang dijalankan prajurit Kopasgat pun berjalan sukses.
Di luar dari misi kemanusiaan ini, Kopasgat nyaris tak pernah absen dari peristiwa penting perjalanan bangsa Indonesia, termasuk keterlibatan Kopasgat di sejumlah operasi.
Berikut lima operasi yang pernah dilakukan Kopasgat:
1. Penumpasan RMS, DI/TII dan PRRI/Permesta
Muncul gejolak perlawanan ketika Indonesia baru merdeka.
Perbedaan visi dan misi membuat sejumlah kelompok memilih caranya sendiri, termasuk DI/TII. Ketika itu terjadi pemberontakan DI/TII di Jawa Barat.
Sebagai pasukan dengan kategori khusus, Pasukan Khas (Paskhas), kini bernama Kopasgat, langsung diterjunkan ke lapangan. Mereka bersigap untuk melaksanakan sebuah misi pengejaran.
Tak hanya di Jawa Barat saja, Kopasgat juga mengerahkan satu kompi untuk penumpasan Republik Maluku Selatan (RMS) pada 1952.
Mereka melakukan perlawanan di kendari dan Pulau Buru, Maluku. Operasi selanjutnya juga berkaitan dengan Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) di wilayah Sumatera.
Bersama dengan Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD)/Kopassus, Kopasgat juga melakukan operasi untuk memperkokoh NKRI.
2. Operasi Trikora
Operasi ini merupakan rangkaian usaha yang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia untuk menggabungkan wilayah Papua bagian barat.
Ketika itu, Mayor Jenderal Soeharto diangkat sebagai panglima dalam operasi ini. Ketika terjadi gejolak yang panas tentang status Irian Barat, Kopasgat ikut ambil bagian untuk melakukan sebuah operasi.
Mereka membantu operasi yang sering disebut dengan Trikora. Sekitar 532 personel Kopasgat dikirim menuju Irian Barat.
Setelah beberapa kali melakukan penerjunan, terdapat kisah heroik. Kali pertama bendera Merah Putih dikibarkan di Irian Barat oleh pasukan Kopasgat.
Pada 19 Mei 1962 terjadi saling serang antara regu penerjun dengan tentara Belanda. Peristiwa yang terjadi itu merenggut hampir 53 orang anggota Kopasgat.
Akhirnya untuk mengenang, dibangunlah sebuah monumen di Teminabuan, Sorong dengan nama Tugu Merah Putih. Total dilakukan sembilan kali penerjunan yang dilakukan Kopasgat selama operasi Trikora.
3. Operasi Dwikora
Operasi Dwikora dilakukan saat Indonesia melakukan konfrontasi dengan Malaysia.
Slogan Soekarno saat itu, “Ganyang Malaysia”, menjadi pertanda untuk melakukan operasi militer terhadap negara itu.
Berbeda dengan operasi sebelumnya yang bergabung dengan pasukan lain, kini Kopasgat melakukan operasi tunggal penerjunan.
TNI Angkatan Darat dan Marinir juga mengirimkan beberapa batalyon dalam serangan ini.
Peristiwa nahas terjadi ketika Kopasgat melakukan penerjunan. Pesawat C-130 Hercules yang diterbangkan Mayor (U) Djalaloedin Tantu terjatuh di Selat Malaka.
Pesawat itu terjatuh karena terbang terlalu rendah untuk menghindari deteksi radar musuh.
Jumlah personel Kopasgat yang gugur/hilang selama operasi ini sejumlah 83 orang dengan 117 tertangkap dan terluka.
4. Operasi Seroja
Operasi ini dilakukan oleh Kopasgat pada 7 Desember 1975 di Timor Timur, kini Timor Leste.
Dalam operasi ini, Kopasgat tak berfungsi sebagai pasukan pemukul, hanya untuk pengendali tempur, pengendali pangkalan, dan membentuk pangkalan udara.
Tugas Kopasgat adalah membebaskan lapangan terbang Baucau, atau lebih populer dengan Villa Salazar dalam bahasa Portugis.
Selain itu, Kopasgat juga melaksanakan Operasi Pembentukan dan Pengoperasian Pangkalan Udara Depan (OP3UD).
Ketika berada di Timor-Timur, Kopasgat bersama dengan pasukan lain melakukan koordinasi dengan satuan lainnya untuk meredam kekacauan di sana.
Markas Kopasgat dijadikan perlindungan rakyat untuk menghindari konflik bersenjata.
5. Operasi Trisula dan Operasi Saberkilat
Operasi Trisula merupakan lanjutan dari pembersihan Gerakan 30 September 1965. Operasi ini dilakukan pada 1967 di Blitar Jawa Timur.
Kopasgat turut andil dalam operasi ini dengan mengerahkan satu kompi pasukan. Hasilnya, banyak anggota PKI yang tertangkap.
Tulang punggung kekuatan udara, yaitu pesawat Pengebom B-26 Invader dan tiga pesawat pemburu P-51 Mustang ikut diterjunkan.
Sedangkan Operasi Saberkilat merupakan untuk meredam pergolakan di Kalimantan Barat.
Pergolakan terjadi karena dimotori kelompok yang dikenal dengan Pasukan Gerilya Rakyat Sarawak (PGRS) dan Pasukan Kalimantan Utara (Paraku).
(Penulis: Kontributor Jambi Suwandi, Aswab Nanda Pratama | Editor: Bayu Galih, David Oliver Purba)
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram “Kompas.com News Update”, caranya klik link , kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.