tribun-nasional.com – Duta Besar Jepang untuk Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara (ASEAN)Kiya Masahiko mengungkapkan empat pilar mewujudkan visi persahabatan dan kerja sama dalam 50 tahun ke depan.
“Yaitu keberlanjutan, inovasi, konektivitas dan sumber daya manusia (SDM),” kata Masahiko dalam sambutan pada acara bertajuk “ASEAN-Japan: Co-Creation, Co-Innovation” secara daring di Jakarta, Rabu.
Rincian keempat pilar itu adalah menyeimbangkan keberagaman dan ketercakupan dalam pembangunan yang berkelanjutan, memajukaninovasi terbuka dan tanpa batas, memperkuat konektivitas siber dan fisik, dan membangun ekosistem dalam perwujudan bersama SDM yang dinamis.
“Inisiatif ini hanya dapat dilaksanakan dengan keterlibatan dan partisipasi aktif dari pihak ASEAN,” kataMasahiko.
Dalam perumusan visi peringatan ke-50 tahun Persahabatan dan Kerja Sama ASEAN-Jepang, terdapat tiga poin yang menjadi catatan, yakni transformasi besar dalam hubungan ASEAN-Jepang, tantangan pandemi COVID-19 serta perang Ukraina-Rusia,dan perubahan perkembangan ekonomi dari model “angsa terbang” (flying geese) ke model rantai nilai global (global value chain/GVC).
Transformasi hubungan ASEAN-Jepang dipengaruhi kebangkitan ASEAN sebagai episentrum pertumbuhan ekonomi dan perubahan generasi dalam masyarakat ASEAN.
Selain itu, perubahan tersebut juga diakibatkan ekonomi Jepang yang stagnan akibat “tiga dasawarsa yang hilang” dan melonjaknya jumlah penduduk usia tua.
Di sisi lain, Jepang tak lagi memimpin perekonomian kawasan Asia Pasifik lewat model “angsa terbang” yang populer, tetapi jaringan tahap produksi hingga distribusi barang dilakukan di berbagai negara dalam model GVC.
“ASEAN yang dipimpin Indonesia tahun ini memainkan peranan penting sebagai motor perdamaian, stabilitas dan kesejahteraan di wilayah dan di luar wilayah dengan cara yang inklusif lewat inovasi,” kata Masahiko.
Dia juga menyampaikan komitmen Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida untuk meningkatkan hubungan ke level yang baru guna menciptakan visi baru bagi kerja sama tahun ini.
Masahiko juga menuturkan tiga konsep fundamental untuk mendukung visi tersebut, yaitu saling berbagi praktik untuk pembangunan dan tantangan ke depan, tetap tenang dalam kenyataan yang beragam dan geopolitik yang berkembang, melakukan pertukaran SDM dan membawa inovasi bersama.
Di antara kerja sama yang dilakukan Jepang dan ASEAN sejak 2006 adalah Japan ASEAN Integration Fund (JAIF), Economic Research Institute for ASEAN and East Asia (ERIA), AHA Centre (Disaster Management) dan ASEAN Centre for Public Health Emergencies and Emerging Diseases (ACPHEED).