Bukan Asing, Eksportir Tambang Bikin RI Jebol Triliunan!

Bukan Asing, Eksportir Tambang Bikin RI Jebol Triliunan!

tribun-nasional.com

  • Transaksi finansial defisit karena defisit pada investasi portofolio dan pembengkakan defisit investasi lainnya
  • Banyaknya dana warga RI yang ditempatkan di luar negeri ikut membuat defisit transaksi finansial bengkak
  • Investasi portofolio defisit karena investor asing banyak meninggalkan Indonesia menyusut tingginya ketidakpastian di pasar keuangan global

Jakarta, CNBC Indonesia – Kaburnya investor asing dari pasar keuangan Indonesia bukan satu-satunya penyebab defisit transaksi finansial. Banyaknya warga RI yang memilih memarkir uang di luar negeri juga membuat transaksi finansial ambruk.

Besarnya uang yang diparkir warga Indonesia di luar negeri tercermin dari tingginya defisit transaksi lainnya pada neraca transaksi finansial.

Sebagai catatan, transaksi finansial merupakan komponen dari Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) yang mencatat lalu lintas investasi, baik investasi langsung (foreign direct investment/FDI), investasi portofolio, dan investasi lainnya.

Data Bank Indonesia (BI) menunjukkan defisit investasi lainnya menembus US$ 15,06 miliar atau Rp 229,14 triliun. Jumlah tersebut adalah yang tertinggi setidaknya sejak 2004 atau 19 tahun terakhir.

“(Defisit investasi lainnya) terutama disumbang oleh sektor swasta, sejalan dengan lebih besarnya net penempatan investasi di sisi aset,” tulis BI dalam laporannya NPI Kuartal IV 2022.

Ekonom Bahana Sekuritas Satria Sambijantoro menjelaskan aksi jual asing di pasar Surat Berharga Negara (SBN) memang membuat transaksi finansial bengkak. Namun, ada persoalan yang tak kalah besar dari aksi jual asing.

“Sebenarnya di 2022 lalu ada banyak faktor termasuk penempatan dana asing yang besar di luar negeri. Ini disebabkan dari melebarnya suku bunga domestik dan asing,” tutur Satria, kepada CNBC Indonesia.

Dia menambahkan besarnya selisih bunga domestik dan asing menyebabkan dana hasil surplus di neraca transaksi berjalan justru ditempatkan di luar sehingga transaksi finansial defisit.

Sebagai catatan, bank-bank Singapura gencar menaikkan suku bunga simpanan, termasuk untuk dolar Amerika Serikat (AS).

Rata-rata bunga simpanan deposito valuta asing (valas) ada di angka 3-4% sementara di Tanah Air hanya 1-2%.