Nyepuluh Ewunan (Belajar Empati dari Santri Lirboyo)

Nyepuluh Ewunan (Belajar Empati dari Santri Lirboyo)

tribun-nasional.com – Bulan februari 2023, saya mendapat kabar tentang dua sahabat yang berada di dua provinsi berbeda, yaitu satu orang sahabat saya di Prov Kalsel, dan satu orang lagi di Kalteng, dua sahabat saya ini keduanya sama-sama mendapat musibah

Pertama, sahabat saya yang berada di kalsel adalah seorang Ustadz yang mengabdikan dirinya di Pondok Pesantren Darul Ilmi. Lembaga dimana saya dan sahabat saya ini merasakan pendidikan agama selama 6 tahun, Saat ini sedang terbaring lemah dalam keadaan sakit hingga harus cuci darah.

Kedua adalah sahabat dan rekan kerja di IAIN Palangka Raya, namun beda unit. Dia staff di Unit Lab Bahasa, sementara saya di LP2M, karena musibah yang dialaminya kami sudah tidak mungkin bisa berkomunikasi lagi dengannya, sebab Allah telah memanggil untuk selamanya (meninggal).

Kabar berita duka dari kedua sahabat terbaik ini saya dapatkan dari dua Medsos WA Group, yaitu Group Alumni bernama “Dangsanak DI 90 An” dan WA Group di kantor bernama “FORUM ADMINISTRASI”.

Dalam pengamatan saya, Dari dua WA Group yang saya ada didalamnya, terdapat kesamaan dan perbedaan dalam merespon dua kabar duka dimaksud, dari para anggota group WA

Persamaan, untuk persamaanya adalah para anggota group sama-sama empati dan mendoakan yang terbaik dalam bentuk doa yang tertulis dengan bahasa arab atau meme/foto yang menggambarkan do’a dan rasa empati

Perbedaannya, adalah dari group Alumni (Dangsanak DI 90 an) di respon dengan doa dan inisiatip penggalangan bantuan dengan membuat ceklis sumbangan suka rela disertai dengan mencantumkan salah satu Nomer Rekening dari anggota group sebagai wadah pengumpulan dana bagi yang sakit

Dan di Group “FORUM ADMINISTRASI” saya tidak melihat adanya ajakan atau adanya inisiatif untuk ceklis dana dalam rangka untuk saling membantu dan menguatkan dengan bentuk materi pada sudara kita yang sedang mendapat musibah itu

Adanya perbedaan ini, bukan berarti penulis menjust bahwa anggota WA di Group yang satunya, adalah anti empati dan tidak melakuan kebaikan dalam bentuk doa, dan materi pada saudara sekantor yang sedang mendapat musibah. Sebab ada istilah mengatan “banyak jalan menuju roma”

Berbuat baik memang tidak harus bersama-sama bisa juga dilakukan mandiri tanpa harus koar-koar di group, yang mungkin akan memunculkan rasa sombong dari peyumbang. Berbuat baik bisa dilakukan masing-masing saat takziyyah misalkan

Namun, demikian bersama-sama melakukan hal kebaikan juga tidaklah salah, semisal apa yang dilakukan oleh teman-teman penulis yang ada di group (Dingsanak DI 90 an), terlebih jika domisili anggota dan sahabat yang berduka tidak satu daerah, maka dengan penggalangan dana ini adalah langkah tepat untuk saling berbagi

Dan sesuai dengan judul diatas, kita bisa belajar dari apa yang dilakukan oleh almuni santri pada Pondok Pesantren Lirboyo, saat ingin berbagi kebaikan.

Berikut adalah salah satu ajakan yang saya copas dari Group santri Lirboyo dalam membantu almuni atau sesama, yaitu:

Gambar. 1

Gambar.2

Gambar.3

gambar. 4

Dari apa yang dilakukan oleh santri Lirboyo ini walaupun beda kasus, dari yang penulis bahas, kita bisa belajar bahwa berbagi tidak harus dengan nominal uang yang besar sebagaimana kata “Nyepuluh Ewunan” adalah ajakan untuk berbagi dengan nominal Rp. 10.000,-

Nilai sepuluh ribu, memang kecil namun jika dikalikan dengan semua anggota group, misalkan di group FORUM ADMINISTRASI itu ada 84 anggota, seandainya semua anggota group tranfer, maka akan diperoleh nilai berikut 10.000 x 84 = 840.000. jika dikalikan 50.000 saja sudah 4.200.000,- tentu nilai yang besar bagi mereka yang sedang mendapat musibah.