tribun-nasional.com – Otoritas setempat di China melaporkan jumlah korban terbaru dalam insiden tambang batu bara yang runtuh akibat tanah longsor . Bencana tersebut terjadi di wilayah Mongolia Dalam, China Utara.
Jumlah korban yang dilaporkan hingga saat ini ada 5 orang tewas dan 48 lainnya masih hilang.
Menurut media setempat, tambang terbuka yang dioperasikan oleh perusahaan lokal kecil Xinjing Coal Mining Co itu runtuh dan banyak orang terjebak di balik tumpukan puing-puing bangunan.
Tak hanya tim gabungan, pemerintah setempat juga mengerahkan anjing pelacak untuk membantu proses pencarian para korban.
Komisi Kesehatan Nasional mengatakan bahwa 6 orang terluka telah dievakuasi dari pertambangan yang runtuh.
“Saya baru saja mulai bekerja pada pukul 13.15 siang ketika saya menyadari ada bebatuan yang jatuh dari gunung,” kata seorang penambang yang kini dirawat di rumah sakit.
“Saya mengamati bahwa situasinya memburuk dan evakuasi telah direncanakan, tetapi sudah terlambat, karena gunung itu sudah runtuh,” ucapnya.
Tambang batu bara China termasuk yang paling berbahaya di dunia, sebagian karena penerapan persyaratan keselamatan yang tidak memadai, meskipun banyak instruksi pemerintah selama bertahun tahun untuk peningkatan keselamatan.
Media pemerintah melaporkan bahwa Presiden Xi Jinping memerintahkan kegiatan pencarian dan penyelamatan sesegera mungkin, namun longsor susulan menjadi kendala penanganan tersebut.
“Kita harus melakukan segala upaya untuk menemukan yang hilang dan merawat yang terluka,” ujar Presiden Xi Jinping , sebagaimana dilansir Pikiran-Rakyat.com dari Reuters.
Perdana Menteri Li Keqiang memerintahkan penyelidikan cepat atas penyebab keruntuhan itu.
Administrasi lokal di berbagai daerah, termasuk Mongolia Dalam, Shanxi, dan Shaanxi, mendesak penambang batu bara , terutama mereka yang bekerja di tambang terbuka untuk segera menyelesaikan pemeriksaan dan inspeksi keselamatan.
Selama setahun terakhir, para penambang China telah berupaya untuk meningkatkan produksi sebagai tanggapan atas permintaan pemerintah akan pasokan yang lebih banyak dan harga yang stabil.
Pada 2022, diharapkan pemerintah menyetujui tambahan kapasitas penambangan batubara sebesar 260 juta ton. Pasalnya, Mongolia Dalam merupakan daerah penghasil batu bara terkemuka di China .
Dulu, tambang di dekat kota Liga Alxa itu adalah tambang bawah tanah. Menurut media pemerintah, itu diubah menjadi penambangan terbuka pada 2012. Namun, pemerintah menghentikan proses produksi selama tiga tahun sebelum dilanjutkan pada April 2021. Saat itu pemerintah tidak memberi penjelasan tentang alasan penutupan.***