tribun-nasional.com – Rusia menuduh Amerika Serikat (AS) tengah merencanakan sebuah provokasi di Ukraina dengan menggunakan zat kimia beracun. Moskow menegaskan pihaknya akan mencari dan menghukum pelaku di balik rencana aksi provokasi Washington itu.
Seperti dilansir Reuters, Selasa (28/2/2023), tuduhan terbaru itu dilontarkan oleh Kementerian Luar Negeri Rusia dalam pernyataan terbaru pada Selasa (28/2) waktu setempat.
Dalam pernyataannya, Kementerian Pertahanan Rusia mengutip pernyataan mantan Duta Besar AS untuk Rusia John Sullivan yang pernah menyebut bahwa ‘pasukan Rusia berencana menggunakan senjata kimia di area operasi militer khusus’.
“Kami menganggap informasi ini sebagai niat Amerika Serikat dan antek-anteknya untuk melancarkan provokasi di Ukraina menggunakan zat kimia beracun,” ujar kepala pasukan pertahanan radiasi, kimia dan biologi pada Angkatan Bersenjata Rusia, Igor Kirillov, dalam pernyataannya.
Ditegaskan Kirillov bahwa Rusia akan ‘mengidentifikasi dan menghukum para pelaku sebenarnya’.
Belum ada tanggapan resmi dari otoritas AS atas tuduhan tersebut.
Sebelumnya, pemerintah Rusia melontarkan kecaman keras atas rentetan sanksi terbaru yang diberikan oleh Uni Eropa dan AS yang dijatuhkan terkait invasi militer Moskow ke Ukraina yang telah berlangsung setahun terakhir.
Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov, seperti dilansir AFP, menuturkan kepada wartawan setempat bahwa rentetan sanksi terbaru Uni Eropa yang mulai diadopsi pekan lalu itu ‘absurd’.
Sanksi-sanksi Uni Eropa yang menargetkan 121 individu dan entitas itu, merupakan sanksi putaran ke-10 yang bertujuan mengurangi pendanaan dan pasokan militer Rusia untuk perang di Ukraina.
Rentetan sanksi terbaru dari Uni Eropa itu menargetkan puluhan bisnis dan lembaga negara Rusia, yang mencakup tiga bank Rusia. Masuk dalam daftar sanksi itu berarti pembekukan aset di Uni Eropa dan pemberlakuan larangan visa.
Secara terpisah, Kementerian Luar Negeri Rusia mengecam rentetan sanksi terbaru AS, yang juga diadopsi sejak pekan lalu, sebagai upaya ‘sia-sia dan tidak ada artinya’ yang ‘bertujuan merusak potensi industri dan finansial kami, untuk mengasingkan Rusia dari hubungan ekonomi internasional’.
Rentetan sanksi baru AS diketahui menargetkan berbagai sektor, mulai dari perbankan, tambang hingga industri pertahanan. Sanksi AS itu menargetkan lebih dari 200 individu dan entitas, baik yang dikelola warga Rusia sendiri maupun dikelola pihak lain dari negara ketiga.
Kementerian Luar Negeri Rusia menyatakan Moskow tengah mempersiapkan sanksi balasan untuk Uni Eropa dan AS.