tribun-nasional.com – Si pria menginginkan hubungan romantis, tapi sang perempuan hanya ingin jadi teman saja.
Ketika Nora Tan Shu Mei menolaknya, K Kawshigan menggugatnya sebesar 3 juta dollar Singapura, atau lebih dari Rp 33 miliar di Pengadilan Tinggi Singapura.
Alasan yang ia berikan karena ia mengaku menderita trauma emosional akibat penolakannya.
Kawshigan, CEO perusahaan drone-racing yang berusia sekitar 30 tahun ini, mengatakan dia pertama kali bertemu Nora Tan di sebuah acara pada tahun 2016.
Seiring dengan waktu, perkenalan mereka berkembang menjadi semakin dekat.
Tetapi pada akhir tahun 2020 keduanya “menjadi tidak sejalan” dalam memandang hubungan mereka, menurut dokumen pengadilan.
Dokumen tersebut mengungkapkan Nora akhirnya mengatakan kepada Kawshigan jika ia hanya menginginkan persahabatan.
“Dalam diskusi berikutnya, (Nora) meminta agar interaksi mereka dikurangi,” menurut transkrip pengadilan.
“Hal ini menyebabkan (Kawshigan) tidak senang, yang merasa merupakan ‘langkah mundur dalam hubungan mereka’.”
Ketika Nora mencoba untuk membuat batasan, termasuk kontak dengan Kawshigan, pria ini mengancam mengambil langkah hukum atas “kerugian dalam bentuk uang yang timbul akibat penderitaan emosional yang diabaikan dan kemungkinan pencemaran nama baik”.
Nora berusaha memberi penjelasan kepada Kawshigan, memintanya untuk “mandiri” dan menyampaikan bahwa “ketidaknyamanan” yang ia rasakan tidak dibuat-buat.
Kawshigan menanggapinya dengan mengatakan Nora punya pilihan memenuhi tuntutannya atau menderita “kerusakan baik secara pribadi maupun profesional, yang tidak dapat ditarik lagi”.
“Ketidaknyamananmu sama palsunya dengan alasan (yang kamu sampaikan),” jawabnya dalam satu pesan telepon.
“Dan secara emosional, sampai nanti aku mati, kamu adalah penyebab aku trauma.”
Bagaimana perselisihan berakhir
Terlepas dari ancaman tersebut, Nora setuju untuk mengambil bagian dalam sesi konseling untuk “membantu Kawshigan menerima keputusannya agar tidak menjalin hubungan romantis dengannya.”
Tapi 18 bulan kemudian, dia merasa sesi itu menjadi “tidak berarti dan sia-sia” karena Kawshigan tampaknya “tidak dapat menerima alasan Nora yang tidak menginginkan hubungan apa pun dengannya.”
Saat menghadapi “tuntutan berulang kali untuk pertemuan yang lebih sering dan percakapan yang lebih dalam”, Nora akhirnya memutuskan semua kontak dengan Kawshigan.
Dia memperoleh perintah perlindungan terhadapnya, dan sejak itu mengajukan proses ganti rugi karena pelecehan yang dialaminya, penutup biaya yang ia keluarkan untuk membayar keamanan tambahan di rumahnya serta konseling pribadi.
Namun, Kawshigan mengajukan gugatan Pengadilan Tinggi terhadap Nora, meminta 3 juta dollar AS atas “kerugian yang tidak terhingga dari potensi investasi, program rehabilitasi dan terapi untuk mengatasi trauma yang berkelanjutan, serta kapasitas penghasilannya yang berkurang.”
Dalam kasus terpisah, Kawshigan juga menggugat Nora sebesar 22.000 dollar Singapura sebagai ganti rugi, mengeklaim Nora melanggar kesepakatan untuk “memperbaiki hubungan mereka”.
Karena masuk ke ranah hukum, Nora menawarkan Kawshigan daftar “perbaikan” yang bisa ia lakukan untuk hubungan mereka, termasuk “bertemu berdasarkan ketersediaan waktu bersama di luar janji minum kopi” dan “ruang bagi (Kawshigan) untuk berbagi inspirasi, perjuangan dan prestasi.”
Tapi bulan lalu Pengadilan memutuskan tidak ada kontrak yang mengikat seperti itu, dan mengecam klaim Kawshigan sebagai penyalahgunaan proses, menggambarkannya sebagai suatu hal yang “secara nyata tidak berdasar dan tanpa dasar.”
“Setelah mempertimbangkan secara keseluruhan, saya menemukan tindakan ini sengaja diprakarsai oleh Pengadu (Kawshigan) dengan motif tersembunyi untuk menyusahkan atau menindas Terdakwa (Nora) dengan meminta dia untuk menjawab berbagai klaim,” tulis hakim.
“Pengadilan ini tidak akan menjadi kaki-tangan bagi usahanya yang penuh perhitungan untuk memaksa pertunangan dengan Terdakwa yang, setelah bertahun-tahun, akhirnya memutuskan untuk menghadapi ancamannya daripada berlutut dan menyerah pada tuntutannya.”
Tapi kasus Pengadilan Tinggi masih berlangsung, begitu juga dengan klaim pelecehan Nora.
Kasus Pengadilan Tingginya akan kembali ke digelar pada 2 Maret.
ABC telah mencoba menghubungi Kawshigan untuk memberikan komentar.
“Perempuan tidak berutang waktu kepada pria”
Sebuah kelompok hak asasi perempuan Singapura mengatakan, proses litigasi ini melukiskan “gambaran yang mengkhawatirkan tentang hak seksual dan romantis pria” bahkan setelah seorang perempuan sudah mengomunikasikan ketidaknyamanan dan tidak lagi berminat.
“Perempuan tidak berutang waktu atau perhatian kepada pria, apalagi persahabatan, cinta, aktivitas seksual, atau kerja emosional mereka,” kata Aware Singapore dalam pernyataannya baru-baru ini.
“Konsep seperti ‘zona pertemanan’, yang menyiratkan perempuan secara default harus tertarik secara seksual kepada laki-laki dalam hidup mereka, adalah bagian dari spektrum hak laki-laki ini.”
“Kita perlu membongkar racun maskulinitas dan pola pikir patriarki yang mendasari perilaku ini.”
Singapura memberlakukan Undang-Undang Perlindungan dari Pelecehan pada tahun 2014 untuk melindungi orang dari sasaran pelecehan atau penguntitan, baik online maupun dalam kehidupan nyata, dengan kemungkinan hukuman penjara hingga enam bulan atau denda hingga 5.000 dollar Singapura, sekitar Rp 57 juta.
Namun sebuah penelitian lima tahun kemudian menemukan pelecehan terhadap perempuan masih umum terjadi.
Survei tersebut menemukan seperempat perempuan di Singapura pernah mengalami pelecehan seksual, hampir setengahnya tidak melaporkannya karena malu atau takut akibatnya.
Di antara bentuk-bentuk pelecehan seksual yang paling sering dialami, 27 persen melibatkan ajakan berbau seksual yang terus-menerus dan tidak diinginkan.
Artikel ini diproduksi oleh Hellena Souisa .
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram “Kompas.com News Update”, caranya klik link , kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.