Rakyat Kenya Tunggu Hasil Pemilihan Presiden yang Berlangsung Ketat

Rakyat Kenya menunggu hasil pemilihan presiden yang berlangsung ketat namun tenang. Jumlah pemilih yang memberikan suara tercatat lebih rendah daripada biasanya.

Pemilihan hari Selasa (9/8) kemungkinan besar merupakan upaya terakhir dari pemimpin oposisi lama Raila Odinga, yang pada upaya kelima ini didukung oleh bekas lawannya, Presiden Uhuru Kenyatta yang akan segera mengakhiri masa jabatannya. Pesaing utama lainnya adalah Wakil Presiden William Ruto, yang berselisih dengan presiden pada awal dekade kekuasaan mereka.

Para pemilih telah menyatakan kecil harapan bagi perubahan nyata dan frustrasi atas kenaikan harga serta korupsi yang luas di pusat ekonomi di Afrika Timur itu. Kedua kandidat utama telah lama dikenal warga Kenya. Odinga dikenal sebagai pendukung demokrasi dan mantan tahanan politik, sedangkan Ruto adalah seorang populis kaya yang mengangkat masa remajanya yang sederhana, berbeda dengan dinasti politik yang menghasilkan Odinga dan Kenyatta.

Kotak suara berjajar di pusat penghitungan suara di Nairobi, Kenya, Rabu, 10 Agustus 2022. (AP)

Kotak suara berjajar di pusat penghitungan suara di Nairobi, Kenya, Rabu, 10 Agustus 2022. (AP)

Dukungan presiden terhadap Odinga itu menerobos garis etnis pada lazimnya yang telah lama mempengaruhi pemilihan dan berkontribusi pada kekerasan. Kali ini tidak ada kandidat dari kelompok etnis terbesar Kenya, Kikuyu, meskipun kedua kandidat utama memilih pasangan calon presiden dari etnis tersebut.

Hasil resmi pemilihan harus diumumkan dalam sepekan setelah pemungutan suara, tetapi ada sebagian yang mengantisipasi pemenang pemilu akan diketahui hari Rabu. Komisi pemilihan harus memverifikasi surat suara yang datang dari berbagai penjuru negara itu. Lebih dari 95 persen surat suara dari 46 ribu lebih TPS telah dikirim ke komisi itu sebelum Rabu siang.

Pemilihan putaran kedua akan diadakan jika tidak ada kandidat yang meraih lebih dari 50 persen suara.

Komisi menyatakan jumlah pemilih yang hadir diperkirakan di atas 60 persen, jauh lebih rendah daripada angka 80 persen pada pemilihan sebelumnya pada tahun 2017. Lebih dari 22 juta orang terdaftar untuk memilih, tetapi sebagian mengatakan kepada Associated Press mereka ragu untuk memilih, karena merasa putus asa oleh berbagai tantangan ekonomi termasuk utang nasional yang sangat besar dan meluasnya pengangguran.

Pemilu yang relatif lancar mungkin akan berlangsung. Menjelang pemilihan, pemerintah Kenya memperingatkan warga bahwa “ini adalah KONTES, bukan PERTEMPURAN. Pada kontes harus ada pemenang, dan ada yang kalah. Dalam pertempuran, kadang-kadang ada nyawa yang hilang.”

Rakyat Kenya cenderung menyatakan pemilu berlangsung tenang dan masalah muncul belakangan. Lebih dari 1.000 orang tewas setelah hasil pemilu 2007 diumumkan dan Odinga menuduh ada kecurangan besar-besaran. Pada tahun 2017, pengadilan tinggi membatalkan hasil pemilu, kejadian pertama di Afrika, setelah Odinga menuduh terjadi pelanggaran. Ia memboikot pemilu baru dan menyatakan dirinya sebagai “presidennya rakyat,” menuai tuduhan ia melakukan pengkhianatan.

Odinga dan Ruto telah menyatakan mereka akan menerima hasil pemilu selama pemilihan berlangsung bebas dan adil. [uh/ab]

Artikel ini bersumber dari www.voaindonesia.com.

Tinggalkan Balasan