Laporan Wartawan Tribunnews.com, Malvyandie Haryadi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Pemerintah diharapkan bisa turut serta dalam memaksimalkan upaya pengurangan bahaya rokok di Indonesia.
Salah satu caranya, dengan bersikap terbuka dan menyediakan informasi akurat serta komprehensif mengenai potensi dari produk tembakau alternatif kepada publik, terutama terhadap para perokok dewasa.
Kepala Pusat Unggulan Iptek Inovasi Pelayanan Kefarmasian Universitas Padjadjaran, Neily Zakiyah menjelaskan, produk tembakau alternatif merupakan salah satu alat yang bisa dimanfaatkan para perokok dewasa yang merasa kesulitan untuk berhenti merokok.
Alasannya, berdasarkan hasil kajian ilmiah, produk tembakau alternatif memiliki risiko yang lebih rendah daripada rokok, namun tetap bisa menghantarkan nikotin yang dibutuhkan penggunanya.
Baca juga: Konsumen Dewasa Dinilai Juga Berhak Dapat Informasi Soal Produk Tembakau Alternatif
“Hasil study systemic review kami yang terbaru menunjukkan bahwa berbagai produk tembakau dan nikotin alternatif seperti rokok elektrik, produk tembakau yang dipanaskan, snus, dan nicotine replacement therapy (NRT) dalam bentuk patch, gum, dan lain-lain memiliki potensi untuk membantu upaya pengurangan risiko pada perokok aktif dewasa,” ujar Neily, Sabtu (6/8/2022).
Neily melanjutkan salah satu keuntungan dari penggunaan produk tembakau alternatif bagi perokok dewasa adalah dalam mengurangi gejala withdrawal.
Gejala tersebut kerap dialami perokok dewasa ketika berhenti merokok secara langsung sehingga berpotensi membuat perokok dewasa kurang nyaman secara fisik dan psikologis.
“Hal ini dapat meningkatkan kemungkinan orang tersebut untuk kembali merokok atau relapse,” katanya.
Hal yang sama juga dikemukakan sejumlah pembicara dalam Global Forum on Nicotine (GFN) 2022 dengan tema “Benefits of Nicotine” yang diselenggarakan baru-baru ini.
Founder Center of Excellence for the Acceleration of Harm Reduction (CoEHAR) dari University of Catania Italia, Ricardo Polossa mengungkapkan, berdasarkan hasil riset yang dilakukan timnya menunjukkan sebanyak 40 orang pasien skizofrenia yang menjalani perawatan antipsikotik bisa berhenti merokok sepenuhnya setelah beralih ke produk tembakau alternatif.
Temuan menarik lainnya adalah para pasien tersebut tidak mengalami dekompensasi atau perburukan gejala psikotik selama proses penelitian. Pada saat yang bersamaan, dokter juga bisa mengurangi dosis obat antipsikotik yang harus dikonsumsi para pasien.
“Jadi, secara keseluruhan, kita memperbaiki kualitas hidup mereka, mengurangi dosis obat antipsikotik,” kata dia.
Dalam kesempatan yang sama, Director of the Center for Cognitive Medicine, Departemen Psikiatri dari Vanderbilt University Medical Center Tennessee, Paul Newhouse mengatakan, terlepas dari bagaimana memanfaatkan nikotin, setiap orang berhak untuk mendapatkannya dengan cara yang lebih rendah risiko daripada rokok, seperti melalui produk tembakau alternatif.
“Dengan cara di mana setiap orang bisa menentukan sendiri apakah nikotin akan bermanfaat bagi mereka atau tidak,” ujarnya.
Artikel ini bersumber dari www.tribunnews.com.