Harga Minyak Naik 2,5 Persen Setelah Arab Saudi Batal Meningkatkan Pasokan untuk Pasar Global

Laporan Wartawan Tribunnews.com  Namira Yunia Lestanti

TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON – Harga minyak mentah di pasar global kembali terkerek naik sebanyak 2,5 persen pada awal perdagangan Sabtu (16/7/2022).

Kenaikan tersebut terjadi setelah seorang pejabat AS mengatakan bahwa kilang minyak Saudi Arabia membatalkan rencananya untuk meningkatkan pasokan minyak di pasar global.

Hal inilah yang memicu kekhawatiran berlebih pada sejumlah investor, hingga mereka memperketat harga jual minyak mentah dunia.

Baca juga: Harga Minyak Dunia 120 Dolar AS per Barel, Jokowi: di Negara Lain BBM Sudah Naik

Reuters mencatat, harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman September terangkat 2,06 dolar AS atau sekitar 2,1 persen menjadi naik di harga101,16 dolar AS per barel. 

Kenaikan juga terlihat pada minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) yang lompat 1,81 dolar AS atau sekitar 1,9 persen. Kenaikan tersebut mengantarkan minyak WTI menetap di 97,59 dolar AS per barel.

Pembatalan tersebut diketahui setelah presiden AS Joe Biden melakukan kunjungan dagang ke Saudi pada awal pekan lalu, namun karena adanya keterbatasan ruang penyimpanan membuat kontrak peningkatan produksi minyak di kilang Saudi Arabia batal dilakukan.

Imbas dari pembatalan tersebut, kontrak acuan kedua pasar minyak AS mengalami penurunan persentase, bahkan penurunan ini jadi yang terbesar dalam satu bulan terakhir.

Dimana Brent kehilangan 5,5 persen dalam penurunan mingguan ketiga, sementara WTI turun 6,9 persen dalam penurunan mingguan kedua.

“Bagian dari dukungan adalah bahwa setiap orang dan saudara mereka yang menggali situasi Saudi melihat bahwa mereka tidak memiliki banyak kapasitas tersisa,” kata John Kilduff, mitra di Again Capital LLC di New York.

Baca juga: The Fed Naikkan Suku Bunga, Ini Imbasnya pada Minyak Dunia hingga Rupiah

Meski rencana tersebut batal, namun AS mengungkap bahwa pihaknya masih bisa mengupayakan peningkatan pasokan lainnya lewat komitmen kerjasama OPEC yang akan dilakukan beberapa bulan ke depan.

Tak hanya itu saja Libya dikabarkan juga turut membantu AS memasok  kebutuhan kilang minyaknya, rencananya produksi tersebut akan dilanjutkan setelah Barat membuka blokade fasilitas minyak Libya. Dengan begini jumlah rig minyak AS untuk produksi masa depan akan naik tipis menjadi 599.

Tak hanya kilang AS saja yang mengalami penyusutan stok minyak, belakangan kilang China Throughput diketahui turut mengalami penurunan pasokan, tercatat selama bulan Juni kemarin pasokan Throughput menyusut hampir 10 persen dari tahun sebelumnya.


Artikel ini bersumber dari www.tribunnews.com.

Tinggalkan Balasan