Laporan Wartawan Tribunnews, Nur Febriana Trinugraheni
TRIBUNNEWS.COM, MOSKOW – Rusia meraup pendapatan sebesar 24 miliar dolar AS dari hasil penjualan energi ke China dan India selama tiga bulan setelah invasinya ke Ukraina.
Ini menunjukkan harga energi global yang lebih tinggi telah membatasi upaya Amerika Serikat (AS) dan Eropa untuk menghukum Presiden Rusia Vladimir Putin.
Dikutip dari Aljazeera, China menghabiskan 18,9 miliar dolar AS untuk membeli minyak, gas dan batu bara Rusia pada periode akhir Februari hingga akhir Mei, hampir tiga kali lipat dari jumlah di tahun sebelumnya.
Baca juga: Rusia Klaim Selama 10 Hari Terakhir Tewaskan 170 Tentara Bayaran di Ukraina
Sementara India menghabiskan dana sebesar 5,1 miliar dolar AS pada periode yang sama, lima kali lipat dari jumlah di tahun sebelumnya.
“China pada dasarnya telah membeli segala sesuatu yang dapat diekspor Rusia melalui jaringan pipa dan pelabuhan Pasifik,” kata analis utama di Pusat Penelitian Energi dan Udara Bersih yang berbasis di Finlandia, Lauri Myllyvirta.
Myllyvirta yang telah melacak aliran energi Rusia sejak perang Ukraina pecah, mengatakan India telah menjadi pembeli utama kargo Rusia yang tidak diinginkan Eropa.
“India telah menjadi pembeli utama kargo dari Atlantik yang tidak diinginkan lagi oleh Eropa,” tambah Myllyvirta.
Keuntungan Rusia dari sektor energi diperkirakan tidak akan berakhir dalam waktu dekat, melihat harga energi jauh lebih tinggi dibandingkan tahun lalu, dan diskon bahan bakar yang ditawarkan Rusia berhasil menarik pembeli.
Myllyvirta memperkirkaan India dapat meningkatkan pembelian energi Rusia dalam beberapa bulan mendatang karena larangan Uni Eropa terhadap minyak Rusia mulai berlaku.
Sedangkan pembelian bahan bakar Rusia dari Eropa akan menyusut, karena larangan impor batu bara dan minyak Moskow mulai berlaku, dan Rusia telah memotong pasokan gas ke beberapa negara Eropa.
Baca juga: Rusia Ancam Pangkas Pasokan Bahan Bakar ke Jepang, Saham Mitsui dan Mitsubishi Langsung Anjlok
Rusia telah lama menjalin hubungan perdagangan dengan China dan India. Selain menawarkan diskon tinggi, Moskow juga menerima pembayaran dalam mata uang yuan China dan Rupee India untuk mempertahankan arus perdagangan yang kuat ke dua negara tersebut.
China adalah importir energi terbesar di dunia dan memiliki jaringan pipa khusus untuk minyak dan gas Siberia. Bahkan saat konsumsi energinya dibatasi selama paruh pertama tahun ini, yang diakibatkan lockdown Covid-19, China menghabiskan lebih banyak energi Rusia.
Menurut seorang pejabat Kementerian Perdagangan India yang tidak ingin disebut identitasnya, mengungkapkan India menghabiskan 8,8 miiliar dolar AS untuk impor minyak dan batu bara Rusia dari 24 Februari hingga 30 Juni.
Selain impor batu bara dan minyak Rusia yang melonjak, India juga mengimpor tiga kargo gas alam cair Rusia sejak perang dimulai.
Baca juga: Warga Uni Eropa Bersiap Hidup Tanpa Pasokan Gas Rusia dan Lonjakan Inflasi
“Secara historis, India telah mengambil sangat sedikit minyak Rusia, tetapi perang di Ukraina dan embargo minyak asal Rusia oleh Uni Eropa telah menyebabkan penyeimbangan kembali arus perdagangan minyak,” ujar seorang analis di Rystad Energy, Wei Cheong Ho.
Artikel ini bersumber dari www.tribunnews.com.