Bisnis  

Tanggung Hidup 50 Orang, Nunung Srimulat Generasi Geprek?

Tanggung Hidup 50 Orang, Nunung Srimulat Generasi Geprek?

tribun-nasional.com – Kisah pilu Nunung Srimulat yang viral usai dikabarkan terserang kanker payudara santer menjadi perbincangan. Julukan generasi sandwich untuk Nunung yang bekerja keras menanggung hidup puluhan anggota keluarga tampaknya kurang pas, karena Nunung lebih cocok disebut Generasi Geprek.

Jika istilah Generasi Sandwich sudah ada sejak 1981 silam, istilah Generasi Geprek sebetulnya muncul di 2022 di media sosial, dan Generasi Geprek itu sendiri, sering disebut lebih parah dari Generasi Sandwich.

Melansir Finansialku.com, mereka yang masuk dalam Generasi Geprek ibarat terjebak di lingkaran setan.

Asal muasal kata geprek tentu dari makanan yaitu ayam geprek. Ayam yang digoreng dengan tepung digeprek sampai hancur dan dicampur sambal.

Orang-orang yang masuk di kategori Generasi Geprek memiliki penghasilan yang tak sepadan dengan biaya hidupnya. Belum lagi, dia digeprek dari berbagai arah, hingga akhirnya keuangannya babak belur.

Salah satu hal yang dialami oleh generasi geprek tentunya adalah kesulitan dalam mencapai kemerdekaan finansial. Jangankan menabung, untuk membiayai hidup saja sulit.

Apa honor Nunung di dunia hiburan rendah hingga akhirnya disebut geprek?

Rendah atau tidaknya penghasilan, semua tergantung dari berapa pengeluaran bulanan orang yang bersangkutan.

Mungkin saja, seseorang dengan penghasilan ratusan juta Rupiah per bulan tapi selalu merasa tidak cukup dan mengeluh tak bisa menabung karena penghasilannya kurang. Setelah ditelaah lebih lanjut, ternyata dia punya banyak tanggungan dan gaya hidup ultra mewah.

Berdasarkan perbincangan Nunung dan Ruben Onsu di video Youtube MOP Channel pekan lalu, Nunung blak-blakan mengatakan kalau tabungannya habis usai dirinya menjalani rehabilitasi di 2019. Dan setelah badai Covid-19 masuk ke Indonesia, keuangannya pun semakin morat-marit karena dirinya kehilangan peluang penghasilan.

Di usianya yang sudah tak lagi muda, Nunung masih harus banting tulang mencari nafkah karena ada puluhan anggota keluarga yang dia hidupi.

Meski pada akhirnya jumlah tanggungan Nunung berkurang jadi 20 karena beberapa anaknya sudah lulus dan diterima kerja, beban keuangan Nunung masih cukup berat. Keuangan Nunung menjadi semakin sekarat karena gempuran finansial dari berbagai sisi.

Apalagi, belakangan ini potensi penghasilan Nunung hanya berasal dari undangan sebagai bintang tamu bisa dinilai kurang cukup untuk menanggung keluarganya.

Proteksi dan penghasilan tambahan saja tidak cukup

Asuransi kesehatan, jiwa dan penyakit kritis tentu menjadi salah satu solusi untuk mengatasi masalah keuangan mereka yang masuk dalam kategori generasi geprek. Namun satu hal yang terpenting bagi adalah mengedukasi anggota keluarga seputar keuangan.

Ketidakmandirian finansial bisa menyebabkan terciptanya generasi geprek selanjutnya di lingkaran keluarga besar.

Sayangnya, hal ini tidak semudah membalikkan telapak tangan. Perencanaan keuangan adalah hal yang tidak pernah diajarkan di sekolah. Tanpa ada kesadaran untuk memahami, maka sangatlah sulit untuk menciptakan generasi mapan finansial ke depannya.

Peran regulator, stakeholders, perencana keuangan independen atau tied tentu sangat penting untuk bisa meningkatkan literasi finansial di Indonesia.