34% dari masyarakat RI menjalankan bisnis sendiri

Startup teknologi finansial dan payment gateway Xendit, bekerja sama dengan DailySocial Research ID merilis haris survei yang menyebutkan, secara umum terdapat peningkatan bisnis digital di wilayah Asia Tenggara yaitu, Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina, dan Vietnam.

Dengan populasi masyarakat yang mencapai kurang lebih 700 juta jiwa, 70 juta di antaranya merupakan pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Dari laporan tersebut, diketahui sebanyak 61% pelaku UMKM adalah generasi muda dengan rentang usia di bawah 35 tahun.

Selain itu, terdapat lebih dari 40 startup unicorn di Asia Tenggara yang diprediksi akan terus meningkat hingga 2025. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti kualitas pendidikan, kemajuan teknologi, hingga bantuan investasi dari pemerintah yang turut menopang perkembangan bisnis digital.

Berkaitan dengan perkembangan bisnis digital, dari data Xendit tercatat, sudah ada delapan unicorn teknologi Indonesia yang beroperasi di berbagai sektor. Hal ini menjadi bukti kekuatan ekonomi Indonesia mulai terbentuk meski berada di fase pemulihan ekonomi pascapandemi.

“Minat masyarakat Indonesia untuk wirausaha juga tinggi. Satu dari tiga penduduk usia produktif (15-35 tahun) punya kemauan untuk menjalankan bisnis mereka sendiri,” kata PR Corporate Communications Lead Xendit Ami Windarti dalam keterangan resminya, Selasa (12/7).

Lanjutnya, sebanyak 34% dari masyarakat Indonesia saat ini sudah menjalankan bisnis mereka sendiri. Hal ini sejalan dengan pertumbuhan bisnis di Indonesia yang mencatat dominasi bisnis oleh UMKM sebanyak 56% dan bisnis besar yang tumbuh sebanyak 44%.

Bisnis digital Indonesia makin berkembang karena adanya beberapa faktor pendorong yang dari hasil laporan Xendit di antaranya, penggunaan media sosial sebanyak, pembelian melalui toko online, video streaming, kelas edukasi online, dan penjualan melalui toko online.

Lebih lanjut, sebagai negara dengan jumlah penduduk terpadat di Asia Tenggara, Indonesia diprediksi akan mengalami ledakan bonus demografi usia produktif pada 2030. Ledakan ini selain mendatangkan peluang, tentunya turut mendatangkan tantangan bagi generasi muda. Mulai dari ketersediaan lapangan kerja, keterampilan yang tidak memadai, hingga infrastruktur yang tidak dapat menunjang produktivitas.


Artikel ini bersumber dari www.alinea.id.

Tinggalkan Balasan