tribun-nasional.com – Pembelian saham senilai ratusan juta dolar terhadap raksasa Alibaba milik Jack Ma oleh miliarder Kanada, Ryan Cohen telah memberikan angin segar. Nilai pasar raksasa e-commerce itu telah menembus lebih dari USD140 miliar (Rp2.126 triliun) dalam perputaran terbaru.
Saham yang terdaftar di Hong Kong itu melonjak 3% pada Selasa pagi menyusul berita bahwa Cohen telah mengakuisisi saham senilai ratusan juta dolar pada paruh kedua tahun lalu dan mendorong lebih banyak pembelian kembali.
Saham kemudian memangkas kenaikan, tetapi tetap sekitar 85% lebih tinggi dari titik terendah Oktober karena pelonggaran peraturan dan pembukaan kembali China dari pembatasan Covid.
Melansir Bloomberg di Jakarta, Selasa (17/1/23) masuknya Cohen cukup ppositif untuk saham karena membantu meningkatkan kepercayaan terutama di kalangan investor Barat yang skeptis terhadap China, ujar direktur pelaksana di Union Bancaire Privee, Vey-Sern Ling.
“Ini membantu untuk menyoroti betapa undervaluednya saham tersebut, dan jika dia mendorong lebih banyak pembelian kembali maka itu juga membantu pengembalian pemegang saham.”
Setelah dianggap tidak dapat diinvestasikan oleh beberapa orang di Wall Street, saham tersebut telah memenangkan kembali investor karena melonggarnya pengawasan peraturan dan permintaan konsumen China yang terpendam diperkirakan akan meningkatkan sahamnya.
Pandangan Cohen adalah bahwa Alibaba dapat mencapai ekspansi penjualan dua digit dan pertumbuhan arus kas bebas hampir 20% selama lima tahun ke depan, menurut laporan.
Ling dari Union Bancaire Privee setuju dengan perkiraan bos GameStop tersebut, Ling mengatakan ramalannya tidak jauh berbeda dari konsensus sehingga tidak realistis.
Alibaba pada bulan November menyetujui ekspansi senilai USD15 miliar (Rp227 triliun) untuk program pembelian kembali senilai USD25 miliar (Rp379 triliun) yang ada, sambil memperpanjang durasi hingga 2025. Meskipun telah diumumkan, Alibaba belum aktif dalam membeli kembali saham dalam operasi pasar terbuka.
Uang tunai dan investasi jangka pendek perusahaan pada September 2022 bernilai hampir sepertiga nilai pasarnya, menurut perhitungan Bloomberg.
Meski sahamnya tetap murah, prospek pendapatannya belum membaik.
Perkiraan pendapatan 12 bulan ke depan untuk Alibaba telah turun sekitar 8% bulan ini dibandingkan dengan kenaikan 1,7% untuk Indeks Teknologi Hang Seng, menurut data Bloomberg. Saham diperdagangkan 15,2 kali lipat dari pendapatan 12 bulan ke depan, lebih murah dari rata-rata lima tahun 18,8 kali lipat.
Harga target analis menyiratkan pengembalian 23% selama 12 bulan ke depan untuk saham perusahaan yang terdaftar di Hong Kong, dibandingkan dengan kurang dari 7% untuk saingannya Tencent Holdings Ltd., menurut perkiraan yang dilacak oleh Bloomberg.