BFI Finance kantongi laba Rp1,8 triliun di 2022, naik 59,7 persen

BFI Finance kantongi laba Rp1,8 triliun di 2022, naik 59,7 persen

tribun-nasional.com – PT BFI Finance Indonesia Tbk membukukan laba bersih senilai Rp1,8 triliun sepanjang tahun 2022, atau tumbuh 59,7 persen year on year (yoy) dari sebelumnya sebesar Rp1,13 triliun pada 2021.

Pertumbuhan laba emiten berkode saham BFIN tersebut ditopang oleh pendapatan yang meningkat 30,6 persen yoy dan biaya operasional yang terkendali, sebagaimana keterangan di Jakarta, Selasa.

“Berbagai keputusan strategis dan pemutakhiran proses bisnis sepanjang pandemi kemarin telah memberikan hasil yang baik di tahun 2022,” ujar Finance Director BFI Finance Sudjono.

Perusahaan leasing yang dikendalikan Boy Thohir dan Jerry Ng ini mencatatkan total pembiayaan baru (booking) tertinggi sepanjang sejarah, yaitu Rp20 triliun atau naik 52,7 persen yoy.

Sementara, piutang pembiayaan yang dikelola tercatat Rp20,5 triliun atau tumbuh 40,7 persen yoy, dengan portofolio pembiayaan roda empat sebesar 67,3 persen, dan alat berat dan mesin 13,0 persen.

Selain itu, pembiayaan roda dua sebesar 11,9 persen, pembiayaan agunan sertifikat rumah dan ruko (property-backed financing) 4,2 persen, serta syariah sebesar 3,6 persen.

Kemudian, aset perseroan tercatat senilai Rp22 triliun, atau tumbuh melesat 40,3 persen yoy.

“Kami mencatatkan pertumbuhan yang sehat juga tingkat risiko yang terkendali, dimana nilai pencadangan, kualitas aset, dan seluruh rasio penting keuangan yang menunjukkan kenaikan dibandingkan tahun sebelumnya,” ujar Sudjono.

Pihaknya merincikan Return on Assets (RoA) dan Return on Equity (RoE) masing-masing berada di posisi 12,2 persen dan 21,9 persen.

Sudjono menyebut perseroan secara konsisten mencatatkan RoA dan RoE diatas rata-rata industri tahun 2022 yang RoA sebesar 5,7 persen dan RoE sebesar 14,4 persen.

Pihaknya menyampaikan pada awal pandemi COVID-19 perseroan telah menyalurkan relaksasi kredit kepada lebih dari sepertiga konsumen yang berhak.

Ia mengungkapkan restrukturisasi kredit terus menurun secara masif pada tahun 2022 dengan konsumen tersisa tinggal 1,6 persen, dan kontrak restrukturisasi yang masih aktif hanya tersisa 0,4 persen dari nilai total piutang pembiayaan.

Ia menyebut perseroan fokus pada penyediaan solusi keuangan yang bersifat customer centric pada tahun ini, dengan menyesuaikan kebutuhan setiap segmen pasar melalui pengembangan teknologi informasi dan kapasitas digitalisasi.

“Selama manajemen risiko dijaga dengan baik dan disiplin menerapkan good corporate governance, masih ada banyak peluang positif bagi Perusahaan,” ujar Sudjono.